Resensi : Di Balik Koloni Milanisti : Indonesia-Italia


Hanya sebuah iseng sebenarnya, setelah selesai dengan urusan adminitrasi riset di rumah sakit, aku mulai duduk “kerja” di ruangan. Tadinya mau segera mengerjakan dokumen untuk pengurusan ethical approval dari University Glasgow, tapi tergerak untuk browsing tentang Sketsa Unsoed, karena hari ini bukuku “Koloni Milanisti” dititipkan ke bazar buku yang diadakan Tanggal 23-27 Mei 2012 oleh lembaga Pers Kampus tersebut. Portalnya langsung kubuka, dan sedikit kaget melihat buku-ku ada di streamline portalnya, dan ternyata ada postingan resensi bukunya yang ditulis mahasiswaku sendiri. Arif Fadiyan Putra, yang selama ini membantu riset dan juga proyek launching bukuku. Tak pernah bilang kalau dia nulis di Sketsa tentang bukuku ini, aih..terharu juga. Sebagai wujud terimakasihku, kuposting ulang di blog ini, silahkan disimak :

Di Balik Koloni Milanisti : Indonesia - Italia

-Jangan pernah engkau berpetualang jika hendak mencari akhir darinya. Ia akan menggodamu ke ceruk-ceruk yang lebih menantang- (Koloni Milanisti)


 Sepenggal kalimat dalam novel Koloni Milanisti -Sebuah Hidup di Atas Mimpi-. Sebuah karya tentang apa itu mimpi. Ungkapan hati yang dituangkan pada tulisan, rangkaian sastra yang indah. Seolah menatap jauh ke depan, tajam dan santai. Ungkapan pada suatu perjalanan hidup yang harus disikapi dan jangan dilewatkan begitu saja. Penggambaran semangat yang tak pernah padam untuk selalu kreatif. Novel tentang perjalanan hidup untuk sebuah tujuan, purpose, walaupun terasa berat dan seolah tiada bahagia di ujung sana, tapi ia tetap percaya bahwa Tuhan selalu ada. Ia percaya bahwa sang Maha selalu mendengar dan melihat usahanya. dan Tuhan memang pintar memainkan ritme kehidupan. Bagi penulis, itu adalah anugerah yang luar biasa. Semua itu ada dalam buku ini. Bingkisan cerita yang hebat. Anugerah akan kekuatan mimpi untuk melangkah melawan ketakutan dan kekawatiran. Tidak hanya membicarakan bola dan Italia, tapi ada hal yang lebih indah dari semua itu…

Friendly. Mungkin itu kata pertama yang bisa menggambarkan sosok beliau, penulis, sang aktor dalam novel ini,  Siwi Mars Wijayanti, dosen, penulis dan penikmat sastra, sehingga terbitlah Koloni Milanisti. Kalau secara legal, kami berbicara sebagai dosen-mahasiswa, tentu saja dengan kegiatan transpose materi kuliah, diskusi, power point, video-video atau handout materi serta jurnal Public Health. Dan terkadang ditambah motivasi hidup, dan ini adalah bagian yang saya suka dan kadang lebih menarik hehe.. Mempunyai apa yang disebut mimpi, yang tak pernah padam untuk dinyalakan. Seolah-olah apa yang beliau alami beliau berikan pada kami. Menjelajah ketakutan dan kekhawatrian. Memahami sebuah pilihan, karena hidup ini memang sebuah pilihan. Dan semua itu ada di Koloni Milanisti. Yah seperti kalau kami sedang berstatus formal. Sedangkan secara illegal, beliau adalah sosok guru sastra bagi saya, walaupun tidak ada embel-embel sastra di belakang namanya.

Alumnus Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) ini memang unik. Ibarat uang logam, beliau berjalan dengan dua sisi secara bersamaan, sebagai dosen dan juga penulis yang menjadikanya sosok berbeda bagi saya. Ada waktu dimana beliau akan menjawab 1 ditambah 1 sama dengan dua, jawaban dari sisi akademik yang sah, tepat dan mutlak. Tetapi akan berbeda saat jiwa penulisnya memberikan jawaban. Jawaban yang memerlukan imajinasi dan kreasi, dan itu adalah seni menulis yang menyenangkan. Mantan penggurus Persma Fakultas Biologi (Bioma) ini memang mempunyai kebanggaan tersendiri terhadap dunia menulis. Bagi beliau sastra meupakan bagian yang tak bisa terpisahkan. Hidup terasa kurang tanpa sebuah goresan tulisan. Mungkin seperti sayur tanpa garam. Hoby yang menyenangkan, dan ia ceritakan lewat perjalanan hidup negeri Italia, dan kota indah Perugia.


Beliau menulis begitu apik sebuah perjalanan hidup yang harus dilalui dengan semangat, kerja keras dan sedikit keunikan neko-neko dari seorang yang tak pernah lelah untuk sebuah mimpi. Berawal dari sebuah pertandingan bola serta kecintaanya terhadap italia, yang membuat beliau nekat belajar di kelas bahasa bermodal semangat belajar yang lebih dari seorang yang hanya mau belajar. Dan itulah semangat pemimpi…
Dan buku ini adalah inspirasi nyata tentang keajaiban bagi seseorang yang meyakini akan sebuah mimpi. Karena Tuhan akan selalu mendengar umatnya yang mau berusaha.. dalam wawancaranya dengan Suara Merdeka (edisi Sabtu 5 Mei 2012 di halaman 32) dan Humas Unsoed beliau selalu mengatakan “Jangan Pernah Menyerah jika Kau memiliki mimpi yang ingin di capai”…

-Kuberitahu satu hal, bila engkau mempunyai impian, maka agar impian itu menjadi nyata engkau harus membelinya dengan kredit sampai lunas dibayar. Karena Tuhan selalu pintar melabel harga setiap ”barang-barang” yang kita inginkan.  Aku selalu berpikir bahwa Ia tidak akan memberikan hal yang kita inginkan dengan cuma-cuma, bukan karena Ia pelit tapi karena ada banyak hal yang jauh lebih bermakna pada proses perjalanan mencapainya, bahkan terkadang lebih penting dari hasil akhir itu sendiri -(Koloni Milanisti)

Saat ini Penulis sedang melakukan penelitian dalam bidang epidemologi yaitu kasus demam berdarah di Kabupaten Banyumas untuk menyelesaikan studi Doktoralnya, sebagai mahasiswa S3 di University Of Glasgow, Skotlandia.  Novel Koloni Milanisti adalah buku ketiganya dan akan dibedah di Libero Cafe, Jl.HRBunyaminPurwokerto Hari Minggu, Tanggal 13 Mei 2012 pukul 10.00-Selesai. Sebagai Pembicara dalam bedah buku adalah Andi Sururi (sport editor detik.com),Widya Pramudita (salah satu tokoh Novel, Divisi News Trans7). 


-Arif Fadiyan Putra-
Alumnus Kesmas FKIK Unsoed, Pecinta Sastra.

0 Komentar