Jumat, 17 Agustus 2012

Menjelang Lebaran di Negeri Seberang



Lebaran 2010-Minus Si bungsu (yg motret ehehe)
Bulan ramadhan sudah menginjak hari-hari terakhir, aroma lebaran sudah mendekat. Tapi aromanya hanya tercium samar dari sini. Tak ada cerita tentang arus mudik, tak ada cerita tentang saling mengantarkan parcel hantaran lebaran ke sanak saudara, tak ada persiapan kue-kue lebaran ataupun merencanakan masak apa nanti kala Hari Raya Idul Fitri tiba. Memang tak ada. Hari ini masih masuk lab seperti sedia kala, walau otak rasanya sudah enggan bekerja, maunya menikmati libur saja. Apalagi hujan menguyur Glasgow sedari tadi malam, enaknya santai di flat sambil nulis ehehe..
Timeline di jejaring sosial facebook penuh dengan status-status tentang mudik, kemacetan, bikin ketupat dan pernak pernik menjelang lebaran lainnya. Dan kini, saya menikmati pengalaman lain yakni mengalami lebaran di negeri orang. Ada yang hilang, tapi juga ada yang kita dapatkan. Saya kehilangan momen-momen bersama keluarga seperti biasanya saat lebaran, tapi di sisi lain saya juga mendapatkan pengalaman baru yang tak semua orang bisa rasai.
            Lagi buka puasa dengan anak yatim di rumahkah?” tanyaku via BBM saat melihat update status BBM adekku. Ah, saya melewatkan ikut sibuk bersama ibu di rumah untuk menyiapkan hidangan untuk berbuka anak-anak yatim. Memang biasanya hampir rutin setiap tahunnya keluarga kami mengundang seluruh anak-anak yatim di desa kami untuk berbuka puasa di rumah.
Rindukah saya? Ehehe..saya sudah lama mengakrabi rindu. Bila sudah terlampau sering bepergian, engkau harus menempatkan rindu di dekat hatimu. Terkadang ia disana, tidak kemana-mana, meski sudah pula ada persuaan. Karena kata pergi akan segera menghampiri lagi.
            Rindunya harus ditransformasi jadi semangat loh ya,” katamu suatu kali, eh beberapa kali. Karena kamu pun tahu seberapa lama dan seberapa sering saya harus mengakrabi dan merasai kata itu.
Apa yang paling saya rindukan dari lebaran? Ketupatnya? Opor ayam dan kue-kue lebaran? Tentu bukan. Saya rindu kebersamaan saat lebaran dan juga rindu aura lebaran. Kebersamaan bersama keluarga sekarang ini menjadi sesuatu yang langka. Untuk bisa berkumpul utuh satu keluarga saja terkadang sudah sulit, dan momen lebaran merupakan saat yang pas untuk berbagi kebersamaan. Saya rindu memasak untuk hidangan di Hari Raya, rindu menyiapkan keperluan-keperluan lebaran di malam takbiran—menyetrika baju yang akan dipakai shalat ied, menata kue-kue di meja dan beres-beres--. Rindu juga suara bedug dan takbir yang membahana dari corong masjid di dekat rumah. Paduan suara bedug dan takbir itu menyelusupkan rasa yang terkadang sulit untuk dimaknai tapi menggetarkan untuk dirasai. Biasanya di malam takbiran, ada anak-anak kecil yang melakukan takbir keliling desa, berbaris beriring menambuh bedug dan mengumandangkan takbir melewati jalan-jalan berkeliling desa memeriahkan suasana, berbahagia menyambut hari raya.
Rindu berangkat untuk shalai Ied di masjid bersama-sama para warga lainnya kemudian bersalam-salam. Tak bisa pula sungkem pada bapak ibu untuk meminta maaf secara langsung, hingga lebaran kali ini nampaknya harus pake jendela ajaib Skype ehehe. Rindu repotnya membantu menyiapkan minum untuk para tamu dan saudara yang bersilaturahmi ke rumah. Warga desa saya masih memelihara tradisi “mider” yakni mengunjungi rumah satu per satu untuk meminta maaf. Jadi dipastikan hari pertama, akan sibuk dengan para tamu sampai sore. Sibuk pula cuci-cuci gelas dan piringnya ehehe ;p

Silaturahim bersama saudara-Lebaran 2010
Hayuk mari siapa mauuuu...(Lebaran 2011)
Togetherness with relatives (lebaran 2010)
Makan bersama-sama *menu gurameh dari kolam samping rumah (lebaran 2011)

Hari kedua dipastikan sibuk dengan memasak besar, karena akan ada silaturahmi keluarga besar Jayanangga yang jumlahnya akan berkali-kali lipat dari bila kegiatan kumpul biasanya tiap bulan. Karena satu keluarga biasanya sudah mengganda bila sudah mempunyai menantu ataupun cucu, dan semuanya berkumpul saat lebaran tiba. Begitulah ritual lebaran keluarga kami. Baru lebaran hari ketiga, bisa mengunjungi sahabat-sahabatku yang tingal di sekitaran kebumen. Berjumpa dengan mereka selalu saja sebuah pengalaman rasa yang menyenangkan. Dan rindu aura lebaran. Lihatlah wajah masing-masing orang, begitu antusias dengan binar menyambut lebaran. Binar-binar itu menciptakan satu frekuensi yang sama dengan jumlah yang begitu banyaknya. Sadarkah kalian akan hal itu? Cobalah perhatikan saja.
Di sini tentu saja berbeda, manusia-manusia lain masih sibuk dengan eksperimen lab, dengan rusaknya Cold Room, dengan konferensi. Tak ada lebaran bagi mereka. Hanya bisa kusaksi binar itu bila menjumpai kawan-kawan malaysia bila  berjumpa, dan teman-teman Indonesia tentu saja.
Walaupun begitu  Alhamdulillah, supervisor mengijinkan libur dua hari, senin dan selasa minggu depan..jadi lumayanlah total break 4 hari semenjak esok hari. Semoga bisa merayakannya bersama teman-teman PPI Glasgow walaupun sampai detik ini belum ada rencana kumpul-kumpul lebaran sekalipun. Setidaknya sudah ada kue kastengel, ada kacang telor dari Bali, dan masih ada emping yang besok akan kugoreng. Dan mungkin akan memasak sesuatu yang spesial saat lebaran nanti.
Menjelang lebaran kali ini, biarkan aku merasai perbedaan rasa yang mungkin jarang kurasai. Walau jauh dari keluarga, kamu dan sahabat-sahabat tercinta. Tapi bila kalian semua selalu kubawa dalam hatiku, apalah artinya jarak dan perbedaan waktu?
Selamat mudik dan berkumpul dengan keluarga, sahabat sekalian. Nikmati kebersamaan dengan orang-orang terkasih masing-masing, dan biarkan saya pula mendefinisikan arti kebersamaan menurut versi saya sendiri.
            Pasti akan berbeda, jauh dari mana-mana” kataku di chat saat terakhir kali kita sebelum lebaran.
            Siapa bilang begitu.., ada ***, ada keluarga dan sahabat-sahabat terkasih yang selalu bersamamu” ucapmu. Dan saya percaya itu.
Selamat mempersiapkan lebaran dengan “rasa” kalian masing-masing.

Previous Post
Next Post

2 komentar:

  1. Masak sambel goreng disana kan sudah bisa tho? masih ada stok trasinya kan?

    BalasHapus
  2. ehehe bisaaa....*stok terasi masih amaaan :)

    BalasHapus