Tentu bukan terdefinisi ada pada suatu titik, karena
ketidakterhinggaannya itu sepertinya masih berproses, tak terhenti, tak
berhingga.
Bilangan berapa? tidak tahu. Siapa yang tahu.
Apakah bilangan tak terhingga itu bisa disebut sebuah
puncak? Bila aku mempunyai rasa. Kemudian rasa tersebut ditambahkan, dikalikan,
dijumlahkan lagi, lalu dikalikan lagi. Tak terhingga
Aku memasuki bilangan tak terhingga,
Bila
ada rindu yang mendesak-desak tak pasti, kemudian dia ditambahkan, dikalikan
dengan rasa itu sendiri kemudian dikalikan satuan waktu, satuan jarak? apakah dia menjelma menjadi bilangan tak terhingga? Atau justru
kemudian dia bergerak mendekati titik nol. Seharusnya hasil perhitungan tersebut mendekati bilangan
tak terhingga, bukan mendekati ketiadaan bilangan nol.
Tapi rasa, apakah mampu diterjemahkan dengan begitu lugas
dengan matematika? Dengan model prediksi? Dengan model bayesian? Ataupun analisis
spasial? Semua menjadi mentah. Kadang.
Rindu yang basi, apakah ia menjelma menjadi bilangan tak
terhingga atau justru menjadi NOL?
Puncak dengan ketiadaan ternyata dekat.
Lebih dekat dibandingkan titik ketinggian dengan puncak, ataupun
titik kerendahan dan nol. Mungkin.
Bilangan tak terhingga ~
Mungkin pertanda ketidakmampuan matematika menjamah ranah
sebuah proses, yang terus berlangsung, dikalikan, dijumlahkan, terus..dan
terus..
Bilangan seharusnya mampu berhenti dan mendefinisikan
dirinya. Aku angka tujuh, kata angka tujuh. Aku seratus sepuluh, aku sepuluh
ribu. Kata yang lainnya.
Tapi bilangan tak terhingga,
Berpasrah menjalani proses, dalam ketidakberhingaannya.
Anggun dan Misterius.
Cinta. Rasa.
Mungkin serupa
bilangan tak terhingga.
Mari menambah cinta, kasih, mengalikannya, menambah
dengan waktu, tak apa dengan jarak. Menjalani proses ketidakberhinggaan.
Glasgow, 5 oktober 2012 05.30 am
2 Komentar
Cinta dan rindu termasuk bilangan tak berhinggakah?
BalasHapussepertinya begituuu...karena tak bisa kau definisi, berapa banyak cintamu, rindumu? 1 milyar? 7 milyar?tak terhingga..hihi
BalasHapus