Kamis, 21 Agustus 2014

Orang-Orang Bahagia




Hari Sabtu lalu kami pergi ke Polmadie Car boot sale, tempat tersebut merupakan tempat barang-barang murah. Ada yang barang bekas pakai ada pula yang baru namun dengan harga yang miring. Sebagai mahasiswa dengan beasiswa pemerintah yang seringkali telat cair hihi, tentu saja tempat seperti ini menjadi tempat favorit kami.
Gerimis Sabtu pagi itu mengguyuri Glasgow walaupun jadwal waktu masih dikategorikan dalam musim panas. Namun beginilah Glasgow, sudah terkenal dengan hujan (dan kadang anginnya). Tapi tentu saja cuaca super gloomy itu tidak menyurutkan langkah kami menuju Polmadie car boot sale. Oh ya dinamakan car boot sale karena kebanyakan dari mereka menggelar dagangannya dalam mobil yang terbuka. Barang dagangan bermacam-macam mulai dari perkakas rumah tangga, pakaian, sepatu, pernak pernik sampai buah dan sayur.
Niatnya kami ingin membeli beberapa keperluan flat baru mas basid yang baru saja pindah ke Bankhall, Govanhill, hanya sekitar 20 menit jalan kaki menuju Polmadie Car boot sale. Nah, saat melihat toples biru lucu yang tergelar di barang dagangan seorang bapak-bapak berumur 40 tahunan, kami mendekat dan melihat-lihat barang dagangannya.
            “ 50 pence each,” katanya sigap, dengan senyumnya yang lebar. Tubuhnya tinggi besar, bila dari jauh terlihat sangar namun setelah didekati nampak keramahan yang terpancar dari wajahnya.
Saya kemudian memeriksa toples biru yang sepertinya cocok untuk tempat gula. Kemudian ternyata ada set cocokannya dengan toples yang lebih besar dengan warna senada. Lucu juga, pas untuk tempat camilan.  Dan harga 50 pence tentu saja harga yang murah untuk sebuah toples di Glasgow. Harga di Indonesia mungkin lebih dari segitu (50 pence sekarang sekitar 10 ribu).
            “Eh, tempat dimsum itu di Cunying (toko cina-red) berapa ya?” tanya Mas Basid, saat menjumpai bapak itu juga menjual tempat untuk mengukus dimsum. Memang sudah agak lama saya ingin membeli kukusan dimsum itu, biar bisa nyobain bikin dimsum atau untuk mengukus siomay. Namun harga kukusan dimsum di toko cina itu membuat malas membelinya, ehehe memang tidak terlalu mahal namun masih terhitung mahal untuk sebuah kukusan dari bambu itu.
            “How much is this? “ tanya saya pada si bapak itu. Hummm malahan si bapak itu bingung mengira-ngira.
            “You can have two for one pounds.” Jawab si bapak itu. Namun demi melihat reaksinya, saya yakin kalau saya nambah barang lagi pasti boleh. Pandangan saya meluncur pada alat penggiling roti dari kayu yang tergeletak di meja. Wuhuuuu, ini dia yang saya butuhkan. Karena selama ini saya menggiling adonan cookies dengan bantuan gelas, pasti akan lebih nyaman bila mengunakan alat penggiling kayu tersebut.
            Sementara itu bapak-bapak itu ngajak ngobrol, mulai dari nanya dari mana, student dimana, dan jurusan  apa. Saat menyebut University of Glasgow, si bapak itu mencadai kami dengan bilang itu bukan universitas terbaik, sambil tiba-tiba dikeluarkan tempat minumnya yang bertuliskan University of Stratcylde (universitas lain di Glasgow).
            “No..no..Uni Glasgow is the best” timpalku becanda.
            “Look” kata saya sambil menunjukkan logo Uni Glasgow yang terpasang di tas saya
            “ I can’t see that!” kata bapak itu balas mencandai kami
Ahaha lucu juga si bapak ini. Si bapak ini ternyata mempunyai satu jari yang tinggal separuh, katanya terpotong saat main kala kecil dulu. Tapi beliau tetap bercerita dengan jenaka. Beberapa orang yang ikut melihat barang dagangannya juga dibecandainya.
            “No..no, stop..stop.  I don’t like you,” begitu kata si bapak itu setiap kali Mas Basid mencoba membalas candaannya.
Akhirnya, kami menawar lagi barang-barang dagangannya. 2 toples, 2 kukusan dimsum, satu alat penggiling kue, dan 6 tempat bumbu yang berbuat dari kaca berhasil diboyong dengan harga 2 pounds. Phew murahnya pake banget.
            “It’s steal!” kata si bapak. Kami berdua bingung dengan maksud steal. Dan memang yang dimaksud dengan steal=mencuri, namun maknanya adalah seperti memberikan barang dengan cuma-cuma atau sangat murah.
            “Yes, because you are good looking women,” kata si bapak itu. Tentu saja tidak ada nada rayuan di dalamnya. Hanya candaannya seperti biasa yang ramah. Ahaha, si bapak itu pastilah salah satu orang berbahagia yang selalu cerah ceria berbagi canda dengan cara yang sederhana. Dengan bahagia pula kami berlalu dari bapak itu dengan bungkusan di tangan.
Kemudian kami kembali memutar sambil asik melihat-lihat barang dagangan yang digelar. Saya yang maniak pernak pernak lapar mata demi melihat barang-barang yang unyu-unyu dan harganya murah. Sayangnya saya terbayang bagaimana membawanya pulang ke Indo, karena sebagain besar berbahan keramik atau kaca yang gampang pecah. Jadilah hasrat harus ditahan-tahan..sedikit ;p
Kemudian kami juga bertemu dengan seorang wanita dengan barang dagangannya. Semula saya melihat-lihat kain-kain di antara barang dagangannya, siapa tau ada kain yang cocok untuk alas sofa flat mas basid yang baru. Karena kami sudah membeli bantal-bantal sofa, namun sofa yang ada berwarna putih dan sudah terlihat lusuh, jadi kami pikir akan pas bila dipasang kain alas.
Ternyata tidak ada kain alas yang pas untuk sofanya, namun perempuan itu tertarik itu mengajak kami ngobrol. Seperti biasa, pertanyaan standar seperti berasal dari mana, student dimana dan pertanyaan standar lainnya. Begitu menyebut Indonesia, mata perempuan itu berbinar,
            “ I live in Thailand in winter for 15 years.” Kata perempuan itu.
            “15 years?” tanyaku penasaran. Karena setelah ngobrol, perempuan itu asli Glasgow namun tinggal 15 tahun selama musim dingin di Thailand tentu saja tidak biasa.
            “yes, I stay for summer in Glasgow, and stay for winter in Thailand,” jelas perempuan itu dengan antusias.
            “ Jadi kamu punya tempat tinggal di Thailand ya?” tanya saya.
          “ No, I can live in the street, in the juggle..kind of like that,” Maksud dari kalimatnya tadi pastilah bahwa ia tidak punya tempat tinggal yang tetap selama di Thailand.
            “What a life!” seruku. Dan senyum perempuan tadi terkembang seketika. Pancaran hidup terlihat jelas di wajahnya.
            “Yes, Lucky me” katanya.
Well, pembicaraan-pembicaraan dengan orang-orang yang saya jumpai di Polmadie itu kembali mengingatkan saat tentang bahagia. Bahwa orang-orang itu bahagia karena mengerti dirinya sendiri, menerima dirinya sendiri. Lihatlah perempuan itu, hidup saat musim panas di Glasgow, mengumpulkan uang kemudian pergi ke Thailand saat musim dingin dan itu sudah dijalaninya selama 15 tahun. Dan bangganya dia berkata “lucky me”. Ah, hidup terkadang adalah menjalani hidup sesuai dengan apa yang kau inginkan.
Selintas saya teringat berita tentang kematian Robie Williams dengan cara bunuh diri yang mengagetkan dunia. Robie Williams, aktor yang membintangi banyak film-film humoris dan keren. Tapi ternyata mengalami depresi hebat dan berakhir dengan bunuh diri. Bagaimana Robie Williams melihat dirinya sendiri, sungguh berbeda dengan orang kebanyakan melihat dirinya.
Hal ini kembali mengingatkan saya.
Bahagia, mungkin ada pada  bagaimana cara diri kita melihat diri kita sendiri. Sementara kebanyakan kita terlalu mementingkan pada “bagaimana orang lain melihat kita”. Tapi pembicaraan saya dengan orang-orang yang saya temui tadi kembali mengingatkan saya bahwa hidup adalah tentang diri kita, tentang perjalanan ke dalam diri.
Bahagia, salah satunya ada pada cara kita menghargai diri kita sendiri.
Salam
Glasgow, 21 Agustus 2014 lewat tengah malam.
Previous Post
Next Post

3 komentar:

  1. Glasgow...Hemm, kerennn.. Saya hanya tahu Glasgow seputar sepakbola saja heee, Celtic...

    BalasHapus
  2. Bahagia, salah satunya ada pada cara kita menghargai diri kita sendiri.

    Setuju banget dengan itu. Kalau bukan kita sendiri siapa lagi?

    Jalan-jalan ke blogku juga doong. Mohon komennya yaah ^^ http://diirumahkata.blogspot.com/2014/08/boleh-lahir-dari-telur-yang-sama-tapi.html

    BalasHapus
  3. @Nasirullah : ehehe iyaah, ada Glasgow Celtic dan Glasgow rangers di sini :)
    @Nur Ramadhani : hihi iyapps...oke siaaap berkunjung :))

    BalasHapus