Senin, 05 Januari 2015

2014 : Seperti Kembang Api

Momen Indonesian Cultural Day

Tahun 2014 sudah lewat. Waktu terasa terbang, cepat melesat. Seperti juga kembang api, melesat, berpijar pendar indahnya, lalu menghilang. Tapi, indahnya selalu saja berkesan. Begitu pulalah yang saya rasakan pada tahun 2014. Seperti kembang api.
Tuhan sepertinya telah menyiapkan semesta kecil saya di Glasgow dengan kehadiran orang-orang yang menyemarakkan hidup. Kalian pernah merasakan ada dalam lingkungan yang terasa “klik”, terasa “satu frekuensi”?
Saya pernah merasakannya beberapa kali. Kelas 3 saat saya SMA, kelas saya jaman kuliah S1, kelas prajab saya, kelas bahasa di Malang..dan mungkin juga PPI Glasgow 2013/2014. Kenapa semesta begitu rapi menempatkan orang-orang dalam satu tempat tertentu dan saling menjadikannya pijar satu sama lainnya?
Pernah mengalaminya?
Hati saya sangat bisa membedakan rasanya. Misalnya saja, saya dengan lingkungan rekan-rekan lab memang baik-baik saja, namun terasa plain, biasa saja.
Tentu saja saya sangat bersyukur tahun 2014 semesta dengan begitu baiknya menghadiahkan orang-orang yang sangat menyenangkan hadir. Tahun 2014 memang bukan tahun yg terbaik dalam deretan tahun-tahun saya. Tak ada pencapaian super yang mencolok, tapi bisa dibilang tahun yang sangat membahagiakan.
Bahagia yang sederhana, yang beberapa mungkin tak saya kenali rasanya sebelumnya. Saya sebagai diri pun terasa sangat tampil apa adanya, dalam artian saya menjadi diri saya yang biasa saja. Yang bahagia saat masakan saya disantap dengan lahap. Yang menghabiskan sore dengan secangkir teh atau kopi. Yang melewatkan weekend dengan jalan-jalan bersama sahabat, kumpul-kumpul makan,  mencobai resep resep masakan baru ataupun mencobai ide-ide craft yang saya sukai.
Jalan-jalan saya pun tak terlalu banyak tahun lalu, tapi selalu membahagiakan. Kadang tak perlu jauh-jauh, dan tak harus tujuan wisata yang terkenal. Biasa saja yang bahagia.
Studi saya pun berjalan biasa saja, tetap dengan onak duri dan liku-liku yang harus dilewati satu per satu. Tapi sampai saat ini pun saya baik baik saja, tengah menyiapkan naskah paper saya yang kedua dan juga tentu saja menulis thesis.
Tahun 2014, lebih saya rasakan tahun yang semarak dengan sahabat-sahabat. Kumpul-kumpul seru, nonton apapun sampai larut, masak dan makan-makan. Tentu saja disibukkan dengan berbagai kegiatan, dari Indonesian Cultural Day yang kita harus latihan nari (gurunya youtube), ada KAG (Kibar Autumn Gathering) ataupun Charity Brew untuk membantu petani kopi di Lombok.
            “ Pas jaman-jamannya ICD itu pas saat-saat paling bahagia jiwa dan raga deh,” kata Mona, sabahat saya. Karena raganya gerak (latihan nari) dan juga pastinya makan-makan terus kalau kita kumpul, dan jiwa bahagia soalnya ngobrol kesana kemari ketawa ketiwi.
Tapi kebersamaan kami dalam satu tempat pun usai seiring dengan selesainya studi mereka satu per satu. Memang tak semua, karena yang PhD masih ada yang tertinggal. Namun kebanyakan satu per satu mereka pergi. Entah berapa kali saya melepas kepergian mereka di Bandara Glasgow. Ada rasa-rasa kehilangan tentu saja, tapi hidup harus terus berjalan.
Memang seperti kembang api, berpijar pendar, kemudian hilang.
Namun indahnya selalu tersimpan.
Terimakasih untuk semua yang membuat saya begitu bahagia.
Semoga begitu pula tahun-tahun berikutnya, walau mungkin dengan rasa yang berbeda, dengan cara yang berbeda.
Mari berbahagia.

Glasgow, 5 Januari 2015

 


Previous Post
Next Post

0 Comments: