Kamis, 08 Januari 2015

How Good You Know Yourself?



“Kayaknya aku harus ke psikolog lagi deh,” kata sahabat saya. Kalimat “ ke psikolog” mungkin bagi sebagian orang terdengar mengerikan, seperti sakit jiwakah?
Padahal tak semengerikan itu. Mungkin memang awareness masyarakat kita terhadap kesehatan mental masih belum begitu baik. “Sehat” seringkali hanya dimaknai oleh sehat raga saja, namun melupakan kesehatan jiwa. Padahal kesehatan jiwa tak kalah pentingnya, kadangkala pula kesehatan raga pun dipengaruhi oleh kesehatan jiwa kita.
Sepanjang perjalanan hidup saya, saya pernah menjumpai dua kasus ekstrim teman yang menurut saya kesulitan mengenali dan menerima dirinya sendiri. Satu kali saat kuliah S1 dulu dan yang satu lagi saat ada di dunia kerja, dan dua-duanya bisa dibilang dekat dengan saya (dahulu). Ada persamaan kasus di antara dua teman saya tadi, yakni dua-duanya menciptakan dunianya yang dikarangnya sendiri sedemikian rupa sehingga orang-orang disekitarnya percaya bahwa itu adalah realita. Bahkan mungkin dia meyakinkan dirinya sendiri kalau cerita dan kondisi yang dikarangnya adalah benar adanya.
Saya dan teman-temannya lainnya dengan polosnya meyakini bahwa apa yang diceritakannya mengenai diri teman saya itu adalah benar. Selama beberapa tahun lamanya. Dan yang membuat saya kaget adalah ketika pada akhirnya mengetahui bahwa semua itu adalah cerita karangan saja. Gila, gimana bisa? Pikir saya. Tapi that’s is it. It happened.
Dan pernah saya juga mendengar cerita dari sahabat saya kalau ada temannya yang “kekeh” banget meyakinkan semua orang bahwa saat ini dia sedang tinggal di Paris. Baik posting-posting-nya, foto-foto yang diunggahnya, ataupun cerita saat ngobrol. Dan sahabat saya itu tahu kalau sahabatnya itu nggak lagi tinggal di Paris.
Phew, look. Itu menurut saya sih kasus-kasus ekstrim sih bagaimana manusia-manusia kesulitan menerima dan mengenali diri mereka sendiri. Tapi dalam rate yang sedang-sedang, mungkin kita sering mendengar kalimat,
            “Apa sih sebenarnya yang aku mau?”
            “ Aku nggak tahu maunya diriku sendiri itu kayak apa,”
Pernah mendengar kalimat-kalimat tersebut? Atau bahkan pernah mengalaminya?
Banyak manusia melupakan memperhatikan seseorang di dalam dirinya sendiri. Mungkin ada yang terlalu sibuk dengan dunia di luar dirinya.
            “Mungkin selama ini kamu lebih tertarik dengan hal-hal menarik dan keren di luar, tapi lupa mencari hal-hal yang keren dan menarik yang ada pada dirimu,” bincangku dengan sahabat saya suatu kala. Dia terkekeh mendengarnya.
Saya juga seringkali alpa. Alpa membincangi diri saya yang terus berubah seiring kala. Kadang-kadang ada laju perubahan yang saya harus kerja keras untuk mengenalinya.
Kadangkala saya menjumpai sisi diri yang “tidak saya kenali” sebelumnya. Ada emosi-emosi rasa yang sebelumnya belum pernah saya rasai. Diri terus berubah dengan pemikiran dan perasaan seiring dengan laju perjalanan hidup yang dilewati. Kadangkala relationship banyak mengubah seseorang, ataupun pengalaman hidup, trauma, depresi, buku-buku yang dibaca, sahabat. Ada banyak hal dalam perjalanan yang memapar manusia tiap detiknya.
Seberapa baik engkau kenali dirimu sendiri?
Mungkin pada akhirnya, perjalanan ini adalah tentang bagaimana kita mengenali diri kita sendiri. Jangan terhenti berbincang.
Membincangi dirimu. Dirimu sendiri.

Salam.
 






Previous Post
Next Post

3 komentar:

  1. Ajiib... kalo sayah ngikut yg mana yak? Stress stadium akhir kali yak.khekhe
    Kalo orang lain nyembunyiin jatidirinya, kalo sayah malah diungkap. tapi makin diungkap, orang makin ga kenal sayah.he
    tapi bagus loh, orang yg sampai pada titik jenuh bertanya *sebenarnya apa yg aku inginkan dalam hidup ini?* karena barangkali, dia udah nyampe piramida kebutuhan tertinggi (A.H.Maslow).
    atawa pake pepatah ngarab (arab,he) *Man arofa nafsahu, faqod arofa robbahu*, sopo tineman tinemu (halah,,hehe) Siapa yg mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya.

    tulisan inih guweh banged,hehe,,soalnyah, sayah aja ga tau siapa diri sayah sendiri. tubuh ini akan lenyap, ruh-ku kekal. tapi kan, yg kekal cuma Tuhan. apakah ruh-ku kekal? apa yg menjadikan *aku* disebut aku? apakah ruh dan jasad, atw ruh / jasad aja? siapa aku?khekhe,,mending ga tau diri aja kali yak (haha, emang ga tau diri sayah, :p)

    nice note :D

    BalasHapus
  2. Agree, "Siapa yang mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya" mungkin begitulah perjalanan spiritual terletak pada perjalanan mengenali dirinya sendiri.
    Selamat melanjutkan perjalanan!

    BalasHapus
  3. Melanjutkan perjalanan sendirian itu tak enak, ya. :)

    BalasHapus