Jumat, 07 September 2012

Menjelajahi Indahnya Loch Ness dan Highland

Irama musik khas Scotland mengalun mengiringi perjalanan menuju tempat pemberhentian pertama yakni Loch Lomond. Sudah lama tidak merasakan atmosfer “jalan-jalan bersama” seperti ini. Iyah, memang aku sering berjalan-jalan, tapi jalan-jalan bersama rombongan yang semua orang dalam rombongan ber-aura siap jalan-jalan kayaknya sudah sangat lama tidak menikmati suasana seperti ini. Suasana sepeti saat study tour, berombongan satu bis yang di bagian depan bis-nya tertulis “rombongan bla bla bla” hihi entah mengapa hal itu saja membuat suatu perbedaaan yang signifikan.
Kali ini aku jalan-jalan ikut travel agent, padahal dulu aku pernah bilang “jalan-jalan pake travel agent itu jalan-jalan yang pas untuk simbah-simbah” hualaaah..sekarang malah mak jleb pada diri sendiri.
Maksudku dulu, tidak menyenangkan ikut travel agent karena berkurang tantangannya dan kurang puas karena harus diatur-atur. Tapi perjalanan kali ini lokasinya menuju Highlands yang susah ditempuh bila menggunakan bis karena tidak ada jurusan yang ke sana. Biasanya banyak yang menyewa mobil untuk melakukan perjalanan ke daerah tersebut. Kebetulan Rora yang sebentar lagi akan pulang ke Indo setelah submit disertasi masternya mengajakku ikutan one day tour ke Lochness, Glenco dan Highland, langsung deh mau hihi ;p
Pemberhentian pertama kami di Loch Lomond. Oh ya Loch itu bahasa Scottish Gaelic yang artinya danau, jadi ada banyak danau/Loch di daerah Scotland yang cantik-cantik, dan salah satunya Loch Lomond. Sepanjang jalan, si supirnya terus saja rajin menceritakan tempat-tempat unik di sepanjang jalan layaknya seorang tour guide, dengan sesekali melontarkan lelucon. Bila selesai ngomong panjang lebar tentang tempat menarik yang terlewati, dia segera memasang musik yang sesuai dengan suasana tempatnya. Aih..serasa santaaaaiiii bangeeet, benar-benar menghilangkan penat setelah menempuh mini viva sidang tahun pertama studi doktoralku. Lanskap di luar jendela yang hijau menentramkan mata, sementara musik mengalun mendamaikan jiwa. Sekumpulan domba-domba merunduk di perbukitan, lalu melewati daerah peternakan dengan sapi-sapinya, lalu terus naik ke daerah yang mulai bergunung-gunung hijau. Indahnya kadang bisa membuat menahan nafas ehehe...
Tepian danau sudah nampak, sementara langit muram, dan kabut tipis turun perlahan.  Mobil/travel Coach kami berhenti di tempat peristirahatan yang sudah disediakan, kata si supirnya, rumah-rumah peristirahatan di sekitar Loch Lomond itu favoritnya artis-artis Hollywood untuk menghabiskan liburan, beberapa artis ternama ia sebutkan. Humm pantes saja, tempatnya sangat memikat hati begini.

Sayangnya mobil travel kami tidak berhenti terlalu lama, jadi tak ada waktu untuk menatapi lama-lama danau yang permukaannya tengah diciumi kabut tipis itu. Bahkan untuk bernarsis ria dengan foto-fotopun sangat terbatas. Ah inilah salah satu kekurangan bila bepergiaan berombongan dengan agen travel. Jadwal perjalanan kami sangat teratur, supir sudah memberi tahu berapa lama akan berhenti dan jam berapa harus kembali ke mobil. Dan semua penumpang disiplin mengikuti aturan tersebut, karena bila tidak, benar-benar akan ditinggal sama si supirnya. Coba kalo plesiran di indo rombongan, waduuh pasti menunggu si inilah, si itulaaah..ehehe..telatnya bisa lamaaaa.

Dari Loch Lomond kami melanjutkan perjalanan terus naik menuju Highland. Hummm sepanjang perjalanan, pemandangan di luar jendela membuat benar-benar jatuh hati dengan highland. Aaaaaa breathtaking scenery bangeeeet. Pegunungan hijau yang bergelombang, kadang diselingi gradasi warna tumbuhan dan bunga-bunga. Berderetan lavender ungu, atau bunga-bunga kuning berbaris-baris seperti menciptakan kontur tersendiri yang apik. Ciptaan maha karyaMu sungguh luar biasa, Tuhanku. Sungguh merasa beruntung bisa menikmati panorama seindah ini. Setelah terpukau-pukau dengan deretan pegunungan Highland, kami berhenti di The Three Sisters, daerah pegunungan Highland yang terkenal dan banyak menjadi latar postcard Scotland.

Dan aaaa...cantiiiik benaaar lanskapnya. Tapi begitu turun, brrrr angin menyambut kami dengan tiupannya yang membuat menggigil kedinginan. Lagi-lagi waktu yang diberikan tidak begitu lama, hingga mengambil foto seperti lomba balapan saja. Hiks..padahal backgroundnya sebegini cantiknyaaaaa..harusnya bisa mendapatkan foto-foto yang bagus kalau santai-santai. Aku dan Rora bergantian memotret, lalu kemudian ada gadis India dan Ibu-ibu asal Amerika yang bergabung bersama kami. Pooja, nama si gadis manis India itu..aiih khas nama-nama India, nampak manis dengan rambut panjangnya, sementara si ibu Amerika bernama jenifer nampak sangat ramah,energik dan banyaaaaak bicara ehehe.
Dari the Three Sisters Glenco, kami berhenti sebentar di Ben Nevis. Dan diberikan waktu beberapa saat untuk berfoto-foto di sekitar monumen. Kemudian hampir tengah hari kami mampir di peristirahatan daerah Fort Williams untuk makan siang. Ada toko-toko souvenir, toilet dan food court. Beberapa kartu pos akhirnya masuk tas, karena harga kartu pos relatif murah untuk kenang-kenangan jalan-jalan, sedangkan pernak pernik yang lain walaupun lucu-lucu tapi harganya sering irrasional untuk dijangkau kantung. Jadi difoto aja laaaah..bisa dilihat kapanpun hihi, termasuk gambar ini nih entah kenapa suka banget, karena mahal seharga 8 pounds akhirnya beli kartu pos dengan gambar jalur kereta api tradisional itu.

Setelah mengitari toko souvenir, aku dan Rora memutuskan untuk makan. Rora memesan sup sayuran dan teh, sedangkan aku cukup makan roti. Makan di luarpun pastinya harus diperhitungkan karena jauh lebih mahal daripada masak, tapi sesekali tak apalah. Tak lama berselang Jenifer dan Pooja bergabung ke meja kami lalu asyik mengobrol sebelum jadwal mobil berangkat lagi.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Loch Ness..untuk itu adalah beberapa pilihan yang ditawarkan, yakni masuk ke dalam kastil kemudian menyeberangi danau (tiketnya 16 pounds), kemudian bila hanya masuk kastil saja (12 pounds) dan nggak ngapa-ngapain alias memandang-mandang di sekitar saja. Ah, rasanya sayang sudah jauh-jauh tidak menjelajah, apalagi katanya pemandangan paling indah Loch Ness bisa dilihat dari atas kastil. Maka kami memutuskan untuk membeli tiket seharga 16 pounds itu. Sebelum memasuki area kastil, mobil kami berkendara sepanjang garis danau yang biru dilingkupi dengan darah yang hijau.
            “ waaa mbaaa....danaunya biruuu..bagus bangeeet” kata Rora di sebelahku. Lalu kami sama-sama takjub menikmati sajian panorama yang fantastik di luar jendela. Musik mengalun perlahan, aaah...sebuah perjalanan yang sungguh menyenangkan. Aku memang penggemar wisata alam. Asal ada hijau-hijau sama berair seperti danau, pantai..pasti betah. Akhirnya kami sampai juga di tempat parker area Loch Ness. Kalau tidak salah, kata si supir untuk area parkirnya sudah dijadwal jadi harus datang pada waktu yang ditentukan, kalau enggak dipakai yang lain..waduuh untuk urusan efisiensi waktu negara ini memang yahud. Oh ya, masing-masing tempat duduk dilengkapi seatbelt yang harus dipakai sepanjang perjalanan di mobil, samar-samar kudengar penjelasan si supir bahwa denda 60 pounds akan mampir bila kita mangkir.
Begitu memasuki kawasan kastilnya, tak henti hentinya rasanya mata ingin memandangi panorama yang luar biasa indahnya. Lumer rasanya hati melihat sajian seindah ini. Dan untungnya langit tiba-tiba cerah ceria, sehingga gradasi warna biru langit dan air permukaan danau terlihat begitu indahnya. Begitulah cuaca Scotland, susah terprediksi dan bisa cepat berganti-ganti sehingga kita harus harus selalu siap dengan cuaca apapun. Tadi di Loch Lomond langit murung, kemudian sempat nangis rintik-rintik, lalu di Glenco three sisters cerah lagi, habis makan siang mendung lagi, dan Alhamdulillah di Loch Ness ceria kembali. Jadi cuaca cerah di sini merupakan anugerah yang luar biasa ehehe, nampak sempurnalah pemandangan LochNess yang terlihat dari arah kastil.
Kastilnya sendiri seperti reruntuhan yang beberapa bagian tinggal puing-puing, tapi justu itu menambah keeksotisan tempat ini. Urquhart Castle nampak berdiri anggun dengan puing-puingnya yang menyimpankan sejarah peradaban masa lalu. Aku dan Rora sama-sama terpesona dengan panorama, sembari tetap jeprat jepret pemandangan (dan juga orangnya hehe) dengan kamera. Kemudian mengeksplor kastil sampai naik ke bagian atasnya, dan wuiiii..brrrr..angin bertiup kencang. Tapi hummm pemandangan danau dan kastil dari atas sungguh memanjakan mata.
Melirik jam tangan, waktu penjemputan kapal cruise yakni jam 2.30 akan segera tiba. Maka tanpa mau menanggung risiko ketinggalan kapal, kami menunggu kapal datang sambil berbincang selonjoran di rerumputan hijau di depan kastil. Jenifer dengan bersemangat bercerita tentang pengalamannya berpetualang. Wah mantap benar, seumuran gitu masih bersemangat jalan-jalan, sendirian pula.
Dari kejauhan kapal cruise yang akan kami tumpangi mulai merapat ke daratan. Kami segera beranjak untuk antri menuju kapal, sambil tetap memandangi bebek-bebek yang lucu-lucu di pinggiran danau. Lalu kami satu per satu menaiki kapal cruise, dan akhirnya kami memilih untuk duduk di atas kapal agar leluasa menikmati pemandangan, dan merasakan angin berhembus langsung. Humm Loch Ness memang sungguh indah. Dan begitu kapal berjalan, terasa benar tiupan angin yang menerpa.
            Mba siwi enggak kedinginan?” Tanya Rora yang melihatku tanpa jaket. Sebenarnya jaket merahku ada di tas, cuma males aja memakainya, lebih kerasa terpaan anginnya di tubuh.
            Enggak dingin kok, hatiku kan menghangat” jawabku bergurau ahaha. Ah hati siapa yang tidak menghangat memandangi deretan bukit-bukit menghijau di sekitar danau, air permukaan danau yang biru, serta langit yang biru cerah disertai dengan terpaan angin sepoi sepoi. Humm..kayaknya tempat yang cocok untuk honeymoon..uhuk..uhuk ;p
Kami ngobrol beberapa saat dengan Pooja dan Jenifer, mengambil video dari atas kapal, namun setelah itu kami terdiam menikmati pemandangan sekitar. Ah, benar-benar refreshing liburan kali ini. Tidak terlalu capai karena semuanya sudah dipersiapkan, tinggal duduk manis di mobil, dianter-anter kemana-mana, apa-apa sudah disiapkan. Enggak takut nyasar-nyasar, dan berpeluh ngos-ngosan jalan kaki. Ehehe jalan-jalan kali ini begini santai rasanya. Huaaah kayaknya bener yah, berwisata dengan travel agent memang cocok untuk simbah-simbah hihi..
Kapal cruise yang kami tumpangi akhirnya merapat ke daratan, sementara supir travel kami sudah terlihat di kejauhan. Setelah berjalan keluar kapal, barulah nampak di Nessie Monster yang legendaris itu..eitt patungnyaaah ehehe. Lalu kami diberi waktu sejenak di souvenir shop dan toilet. Sebuah tempelan kulkas Nessie masuk lagi ke dalam tas sebagai oleh-oleh perjalanan. Lalu kami menuju pulang ke Glasgow, dengan sesekali berhenti. Pemberhentian pertama untuk melihat binatang khas Scotland..humm aku belum tahu apa nama binatang itu, aneh sih. Padahal binatang ini terkenal dan langka, karena ada banyak terlihat di kartu pos Scotland dan hanya ada di tempat-tempat tertentu saja binatang ini.


Kemudian setelah itu kami berhenti di Pitlochry, sebuah desa bergaya vitorian untuk berkeliling sejenak, plus nyemil fish dan chips..hihi perut akhir-akhir ini sering protesan bila lama tak diisi.
Dan akhirnya kami pulang menuju Glasgow, tetap diiringi ocehan si bapak supir yang plontos itu
iringan musik yang mengalun. Mata terasa berat dan zzzzz....mungkin bermimpi monster ganteng ;p

Bila kalian suatu saat tertarik ikut tour ini, ini linknya http://www.timberbush-tours.co.uk/glasgow_tours/one_day/loch_ness.html
 


Sabtu, 07 Januari 2012

Mimpi Mewujud di Edinburgh-Catatan Awal Tahun


Mentari Pertama di Hari Pertama Tahun ini

Kota itu selalu kusebut, bila ditanya, “ingin melanjutkan kuliah dimana?” atau dulu pas pelatihan PDEC di Malang, bila disuruh writing tentang rencana studi lanjut, Edinburgh-pun kutulis dengan mantap, lalu saat koreksian writing dikembalikan, ada note kecil dari Ibu dosen-ku itu, tertulis : It’s so beautifull!! Ehehe  aku tersenyum saat membacainya. Yuhuu I know that, that’s why I choose that place, Mam..
Lalu segala upaya selanjutnya adalah cerita tentang menuju ke titik itu, Edinburgh-ku. Sebenarnya alasanku memilihnya simpel saja,. Satu, walau cinta dengan Italia tapi rasanya ingin memperluas wilayah “jajahan” dan sepertinya di Itali tidak ada universitas yang masuk ke Top 100 Universitas di dunia, rasanya kok pengen merasakan studi di tempat yang memang bagus secara kualitas sesuai dengan bidang keilmuanku.  So, Dua—jadilah menetapkan bahwa UK adalah tujuan utama, lalu Jerman menjadi tujuan kedua. Tiga, pilihan universitasnya setelah melirak lirik, pandang memandang, taksir menaksir, pilihanku cuma dua (saya memang bukan tipe mata keranjang ahaha), London Scholl of Public Health and Tropical Medicine, dan University of Edinburgh. Lalu, booklet yang jauh-jauh dikirim dari Inggris Raya dan diantar oleh Mas Amir Mahmud, staff administrasi kampusku ke meja kantorku seingatku cuma dua kali, yap, dari dua universitas itu, tak lain lagi. Lalu kujatuhkan hatiku pada Edinburgh, karena indahnya tempat itu seperti negeri dongeng, dibandingkan dengan London yang metropolis dan aku sadar diri cah ndeso sepertiku auranya tidak cocok dengan London. Dan pada akhirnya, setelah jatuh bangun, sampai mewek segala, Edinburgh-pun di depan mata, tapi lihat..peta berbelok arah tak terduga, ada hal yang tak bisa kau ubah, dan Tuhan menjatuhkan takdir, bahwa Glasgow ternyata adalah persinggahan hidup selanjutnya untukku.
Bedol Desa-Glasgow-
Memang, mungkin seperti ada tempat-tempat yang memang ideal untuk dirindukan, seperti halnya jogya. Haiisssh jogya lagi (pada saat tulisan ini ditulis sedang ada pelangi yang melengkung di dekat Merapi—update status FB Jogyaku)—ahaha *kata yang baca : apa peduliku ;p. Maka, menjelang tahun baru, hatiku meloncat-loncat ingin terbang saat mendengar kalau anak-anak Glasgow akan bedol desa (Glasgow=desa??) ke Edinburgh, kota sebelah. Tiket bus-pun sudah kupesan, murah saja untuk tiket return sebesar 5.43 pounds (sekitar 70rebuan bolak balik), menggunakan jasa Citylink setelah mendaftar dengan account student, karena ada diskon 20% bila menggunakan student account. Mahasiswa Indonesia yang tinggal di luar negeri, rata-rata penyuka kata diskon, dan akupun salah satunya, jadi tentu saja menggunakan strategi itu hihi. Jadilah sabtu tanggal 31 Desember jam 3 sore kami berkumpul di Buchanan Station untuk berangkat ke Edinburgh. Rombongan kami sejumlah 11 orang, termasuk 2 teman dari London, dan seorang lagi teman sekelasnya Nares. Dan setelah sekitar 1,5 jam perjalanan, yeiiii akhirnya kaki menjejak di Edinburgh yipieeee....Kota tua itu sudah menggelap saat kami sampai, maka maka beriringan berjalan kaki menuju flat Detia  (mahasiswa undergraduate yang kuliah di University of Edinburgh), dan numpang anget di dapur flatnya (ehehe daripada nunggu di luar dengan suhu yang mendingin). Maka dapur flat akomodasi kampus itu diserbu oleh kami-kami. Nares, puput, dkk langsung menggelar permainan kartunya, sementara yang lain beraneka rupa polahnya, ada yang mengunyah pizza buatan Detia, ada yang duduk, ada yang numpang skype-an, shalat isya,  dan berbagai macam polah lainnya. Sekitar jam 8 kami berangkat, yang sejujurnya nggak tau berangkat kemana...ahaha. Kami semua nggak ada yang beli tiket acara tahun baruan, alasannya cuma satu, mahaaaaal. Untuk masuk satu spot acara kudu bayar 15 pounds, glek. Makanya kami berniat bersenang-senang ala kami saja di Edinburgh. Akhirnya kami berjalan menuju JK Rowling Cafe (The Elephant House), dimana dulu ceritanya JK Rowling sering nulis kisah Harry Potter di cafe ini. Begitulah unsur publisitas dan promosi yang yahud, dengan cerita seperti itu dipastikan caffe ini selalu rame. Di depan cafe itu ada tulisan “The Birthplace of Harry Potter”.
Di depan JK Rowling Cafe
Suasana caffe yang dibangun tahun 1995 ini begitu nyaman dan menyenangkan untuk nongkrong, duduk-duduk sambil ngobrol. Dekorasi caffe ini didominasi dengan gambar, miniatur dan pernak pernik gajah. Selain itu, pastilah foto-foto JK Rowling dan berbagai artikel koran yang memuat tentang The Elephant House. Ternyata saat sampai di sana, beberapa mahasiswa Indonesia dari Newcastle sudah sampai, jadilah 3 meja di caffe tersebut diserbu mahasiswa Indonesia. Di jalan, kami juga bertemu dengan rombongan dari Leeds, dan salah satunya teman yang kukenal dari FB, salah satu diktiers (Diktiers = sebutan penerima beasiswa Dikti), Pak Irfan Rifai. Dunia memang sempit, ehehe lalu kutitip salam Buat Mba Dini (rekan dosen Unsoed) dan Mba Issa (Uni.Trunojoyo) yang studi di Leeds. Trus juga pas jalan tadi tiba-tiba namaku disebut, kutengok, ealaah ternyata Mas Irsyad dari Dundee yang ketemu pas di Dubai bersama istrinya. Entah dunia yang makin menyempit atau aku memang terkenal...ahaha..lupakan komentar barusan.
Aku, Dini, Dias. Lili dan Koko duduk dalam meja yang sama, sedangkan 2 meja lain ditongkrongin rekan lainnya. Kami hanya memesan minum (kan selalu pake jurus irit). Kupesan caffelatte large (ssst diem-diem..bakal ada yang rewel kalo aku minum kopi banyak-banyak)—ehehe no worries, akan kubilang, kan pake susu juga, jadinya sehat hihi. Sambil menikmati pesanan, kami ngobrol nggak jelas dari gudeg deket keraton jogya, pecak lele deket tamansari (dan dirikupun rindu jogya seketika) sampai soal resolusi.
            “ Ayoh bergiliran sebutin resolusi tahun ini, kita-kita jadi saksi” kata Dini. Hiyaa perayaan tahun baru memang identik dengan resolusi. Maka bergiliran masing-masing menyebutkan resolusi, diamini dan disaksikan masing-masing kami. Dan anehnya, saat kusebutkan resolusi pertama, si koko kaget,
            “ Apa?” ahahaha...fiuuuh apa anehnya???
Resolusi berikutnya, dengan mantap kuucapkan di tempat JK Rowling membuat buku legendaries Harry Potter, jadi semoga ketularan ehehe.

Bersama mereka di The Elephant House

Minggu, 18 Desember 2011

Christmas Party Lab

Tak banyak yang bisa kubayangkan tentang pesta natal, karena di Indonesia belum pernah menghadirinya sama sekali. Natal bagiku, identik dengan libur pada tanggal 25 artinya bisa mudik ke rumah, itupun kalau hari-nya pas, karena libur natal hanya 1 satu di Indonesia. Tapi disini? 2 minggu, dengan catatan : itu libur yang resmi, karena semenjak minggu awal Desember aura pesta sudah merebak dimana-mana. Di labku, CVR (Center of Virus Reseacrh), dari minggu pertama bulan Desember di ruangan library lantai 4 tempat biasanya semua staff, dan student makan siang sudah dihiasi pohon natal. Pengumuman tentang pesta natal tgl 15 Desember sudah disebar bahkan semenjak akhir november. Poster-poster pesta natal yang tahun ini bertajuk “ Camera, Light, Action” sudah ditempel hampir di setiap sisi gedung. Pembicaraan saat makan siang, atau saat santai di lab adalah tentang persiapan mereka mengisi hari natal, mulai dari kado, persiapan mudik ke negara masing-masing, dan rencana kostum yang akan dipakai pada pesta natal lab. Iyap, karena kami harus memakai kostum tertentu sesuai dengan tema film masing-masing. Begini aturannya, setiap lab (biasanya 1 dosen disebut satu lab, karena ia mempunyai beberapa mahasiswa PhD dan post doc) harus menampilkan atau berkostum sesuai dengan karakter di sebuah film natal. Dan serunya, setiap lab harus merahasiakan tema film mereka sampai pada saat acara mereka muncul dengan kostum karakter masing-masing. Aku sendiri bengong, karena tidak tahu film natal satupun.

Maka akhirnya Claire, rekan PhD-ku yang menyutradarai peran-peran kami. Yeap, kami akan meniru karakter-karakter di Film natal Christmas Carol. Ada beberapa karakter yang dibagi-bagi masing-masing kami yang keseluruhannya berjumlah 7 orang, termasuk supervisor kami, Alain Kohl. Hihi, serunya, supervisor kami akan berperan sebagai Miss Piggy. Oaaaah, tidak menyangka kalau beliau mau untuk “gila-gila”an. Maka kamis kemarin benar-benar hari yang seru dan menyenangkan. Jam 2 siang, masing-masing kami sudah bersiap-siap dengan kostum masing-masing. Aku dan Suzana (mahasiswa PhD asal malaysia) kebagian peran hantu. Wuiiiih hantuuuu...! saat melihat tokoh hantu di film tersebut, si hantu itu memakai rantai-rantai, maka kami membuat rantai warna warni kata kertas. Dan Claire menyuruh kami untuk berkostum berwarna. Jadi mikir, kami ini hantu atau pemain sirkus???ahaha...lagian,walaupun jadi hantupun, diriku tetap manis...wakakak piss..

Nah inilah pose kami sebelum show,

Lucu sekali melihat kostum-kostum peserta yang lain. Dan ternyata, ada 3 lab yang menampilkan film Christmas Carol, tadinya pesimis untuk bisa menang. Oh ya, ada penjuriannya. Jadi masing-masing lab bergiliran di foto dan dinilai kostumnya, lalu diumumkan. Dan kalian tahu??? Kami menaaaaaang...ahaha...kami semua bersorak, termasuk Alain yang dengan segera mengambil hadiahnya berupa satu kaleng besar coklaaaaat. Rupanya dia menikmati perannya sebagai Miss Piggy, memakai rok, wig dan topi serta hidung babi...hihi, sayang kurang satu polesan terakhir yang lupa, yakni polesan lipstik merah menyala ahahaha....

Oh guys, are you forget that you still have to finish your PhD?” katanya sambil becanda, mengancam kami karena mengerjainya.

Pesta yang menyenangkan, makanan dan minuman pun berlimpah ruah. Untuk makanan, paling aman untuk mencicipi berbagai jenis ikan, roti dan cascus (sejenis gandum) sampai perut kenyaaaaang. Inilah pengalaman pertamaku mengikuti pesta natal. Lumayan seru juga, walaupun kuperhatikan acara kumpul-kumpulnya orang sini sangat informal. Nggak acaranya sama sekali, maksudnya tak ada sambutan-sambutan atau semacam acara seperti bila orang mengadakan acara, runtut dari pembukaan sampai doa. Kuamati, hanya datang, ngobrol-ngobrol masing-masing dengan informal, makan dan minum. Begitu saja, sangat sederhana dan praktis. Tapi satu hal, ternyata mereka kalo sudah “gila” benar-benar gila ahaha, ditilik dari totalitas mereka mempersiapkan segala macam kostum demi acara tersebut. Ahaha, setiap budaya memang punya caranya tersendiri untuk mengekspresikan caranya berbudaya.


Minggu, 31 Oktober 2010

Melirik Malang, Sekilas....

Melirik Malang, Sekilas....
Pagi beranjak naik, kesibukan Mak Ti si pengurus kos di bawah terdengar dari kamarku. Yeah, persinggahanku selanjutnya adalah di sebuah kamar kos di Jalan Jember No 5 (seluruh jalan di sekitar UM ini semua nama jalan). Ternyata mencari kos-kosan di sekitar UM adalah sebuah pekerjaan yang haduuuuh melelahkan. Sulit sekali mencari kos-kosnya yang dekat (karena pastinya akan jalan kaki ke kampus), lumayan bersih, fasilitas okey. Kos-kosan paling sip yang kulihat-lihat dihargai Rp.700.000/bulan. Wew kebangetan mahal ehehe, dengan informasi dari teman-teman tentang biaya hidup yang diberikan Dikti per bulan (yang masih saja belum diberikan, urusan tunggak menunggak memang sudah biasa bagi PNS), pastilah akan “tombok” banyak. Maka akhirnya, dengan cukup “beruntung” aku mendapatkan satu kamar (karena memang hanya tersisa 1) di Jalan Jember No 5. Jaraknya sekitar 20 menit jalan kaki ke Kampus J UM, lumayan bersih, listrik gratis, ada fasilitas nasi putih dan air minum. Wew, baru kali ini sejak berkali-kali pengalaman nge-kos, ada kos-kosan yang menyediakan nasi putih+air putih. Dengan harga Rp. 350.000/bulan aku pikir cukup rasional dengan membandingkan rate kos-kosan di sekitar UM ini. Jangan bandingkan dengan kos-kosan di Purwokerto yang masih tergolong murah. I got 170.000/month with a big room plus one terrace in Purwokerto.

Seminggu mengikuti pelatihan, semuanya baik-baik saja, kecuali beberapa kali harus disibukkan dengan emergency call dari kampus dengan urusan-urusan yang belum rampung. Dan sekali lagi, aku mendapat bukti the law of attraction, dimana kemiripan akan menarik kemiripan. Yeah, sebuah kelas yang unik, ramai, hangat dan menyenangkan. Rasanya tidak pernah bisa serius, ada saja celetukan dari kami yang membuat tawa pecah. Seorang pengajar yang baru pertama kali mengajar di kelas kami berkomentar,

“ Kelas ini ceria sekali ya,” Maksud si pengajar ini mungkin dibandingkan dengan kelas satunya (kelas B). Padahal bila ditilik dari jumlahnya, kelas kami hanya 15 orang, sedangkan kelas B berjumlah 25 orang. Tapi memang keramaian tidak berbanding lurus dengan jumlah orang. Yeah, menyenangkan mempunyai kelas yang ramai, jadi pelatihan yang dimulai dari jam 7 pagi sampai 3 sore yang akan berlangsung 3 bulan ke depan semoga tidak terasa membosankan.

Akhir minggu ini, banyak anggota kelas pulang mudik karena kebanyakan memang sudah berkeluarga. So, aku harus searching wisata-wisata menarik di Malang untuk segera dijelajahi. Hari Sabtu dan Minggu akan membosankan bila tidak diisi dengan jalan-jalan. Tapi jalan-jalan sendirian juga tidak seru. Humm..beberapa list “must to see” sudah mengantri di kepalaku. Ingin ke Batu Malang, dengan hawanya yang masih dingin, dengan paket beberapa tempat wisata yang ada di sana termasuk agro wisata kebun apelnya. Bromo…bromo…dan bromo. Ingin sekali mengunjungi tempat wisata itu. Tapi jaraknya cukup jauh dari Malang, plus rute perjalanan yang sepertinya sulit ditempuh dengan transportasi umum. Masih kukumpulkan informasi mengenai tempat ini, karena Bromo harus dijejaki. Kemudian Pulau Sempu dengan telaga di tengah hutannya yang eksotis..humm..humm….tapi lagi-lagi rutenya lumayan membuat pikir-pikir ehehe. Oh ya, perkebunan teh Wonosari, kayaknya merupakan pelarian Sabtu-Minggu yang menarik. Karena “dulu” aku berencana mengunjungi tempat ini, dan kini saat jaraknya tidak terlalu jauh untuk ditempuh, rasanya “berdosa” bila tidak menyempatkan diri untuk mengunjunginya. Baiklah, Hari Sabtu ini masih belum berencana untuk jalan ke tempat wisata, hanya jalan-jalan mencari modem, dan ajakan ke pertokoan buku Wilis yang kedengarannya “menggiurkan”. Malang, akan kucicipi pesonamu perlahan-lahan.


Rabu, 02 Juni 2010

BuOn Compleanno, Signora Laura


“ Nanti di kereta kayaknya kita kudu ngomong pake Itali deh wie..brainwashing ehehe” sms dari Wida pagi-pagi. Tersenyum sejenak membaca smsnya, hiyaaa kami dilanda sedikit grogi sebelum ketemu ketemu Signora laura, jangan-jangan nanti dibombardir dengan bahasa Itali. Apalagi wida yang baru saja pulang dari Itali, merasa was-was kalo diuji kemajuan bahasa Italinya ehehe, kalo aku masih bisa ngeles,

e’ gia due anni fa, Signora (udah dua tahun yang lalu, bu)” itu kalimat pamungkas yang rencananya akan aku keluarkan bila kudu ngomong bahasa Itali.

Setelah bersiap-siap dan menikmati teh manis hangat dan lumpia, aku dan sandy berangkat dari rumah Sandy. Sebelum ke Stasiun Tugu kami membeli kue ulang tahun dulu di Parsley. Sebelum jam 8 ,kami sudah siap di Stasiun, lalu satu per satu temen-temen datang. Wida, Tieka, Monis..jadi kami semuanya berlima, sayangnya beberapa temen tidak bisa ikut gabung karena ada acara masing-masing. Kereta prameks yang akan kami tumpangi telat..baru sekitar jam 8.45 kereta datang. Di kereta, kami mengingat bagaimana khasnya suara-suara pengumuman di stasiun di Italia.

- Kue ulang tahun untuk Signora Laura Romano-

Attenzione, sorpresa in transito al binario 2, allontanarsi dalla linea gialla.” berkali-kali kami mengucapkan kalimat itu dengan aksen yang khas, seperti kubilang bahasa Itali memang unik dengan penekanan nada suara di suku kata tertentu. Iyaa… suara-suara itu memang memorable banget. Stasiun..memang merupakan suatu tempat yang istimewa, saat orang akan mulai petualangannya, persilangan suatu tempat, tempat bertemu dengan orang-orang tercinta, ataupun juga tempat berpisah. Dan ini kali pertama aku naik kereta lagi semenjak dua tahun lalu aku pulang dari Italia yakni dari Jakarta ke rumah. Wew..menyedihkan ehehe…payah....


Sandy e Wida…with flowers

Io..with flowers

Kami sampai di Stasiun Solo balapan jam 10an, disambut dengan suasana yang penuh banyak orang yang bersliweran. Langsung di depan stasiun, kami naik andong menuju Mangkubumen, rumah Signora laura. Hihi asyik banget naik andong menyusuri kota Solo, hmm…bagaimana Signora sekarang? Masih seperti dulukah? Sudah hampir 2,5 tahun tidak bertemu dengan beliau. Sekarang beliau tidak lagi mengajar di UGM, tapi mengajar di UMS. Ini kali pertama aku main ke rumah Signora, sedangkan Monis dan Sandy sudah beberapa kali pergi ke sana. Tiba di rumah Signora, Tieka memencet bel sedangkan lainnya bersembunyi di balik pagar. Surprise buat beliau…terdengar suara-suara membuka pintu,

Ciao tieka..sendirian?” kata Signora sambil membuka pagar. Lalu….uno..due...tre...surpriseeee…..

tanti auguri a te..tanti auguri a te..tanti auguriiiii cara Laura..tanti auguri a te!” kami nongol dan bernyanyi selamat ulang tahun bersama-sama. Ahahaaayyy…kejutan buat Signora, bunga dan kue di berikan, binar-binar kebahagiaaan langsung nampak di wajah beliau.

“ wah kalian…kejutan..bener-bener nggak nyangka, grazie mille…” kata Signora sambil memeluk kami satu per satu. Mamma Mia..akhirnya bertemu lagi dengan beliau...

Signora laura….surpriseee


“ Duuh siwi, kamu menghilang kemana aja?” hiyaaa..aku ditodong…aku memang sudah lama sekali tidak memberi kabar pada beliau.

Kami segera memasuki rumah Signora, dan mataku terbelalak dengan suasana yang sangat hommy, sangat jawa, sangat indah…sangat personal. Dalam detik itu juga aku langsung jatuh cinta dengan rumah Signora. Cantik banget…setiap sudutnya disentuh dengan detail-detail pribadi yang manis. Sebuah rak buku besar yang berisi jajaran buku-buku, serta hamparan kasur dengan bantal-bantal warna warni yang nyaman untuk tempat membaca, jendela-jendela kecil dengan gorden-gorden warna-warni melambai-malambai diciumi angin, sungguh memanjakan mata. Di ruang tamu, pigura-pigura dengan foto-foto yang ditata rapi, lukisan-lukisan jawa, pernak pernik jawa dan semua serba tradisional. Sedangkan ruang dapurnya sangat Itali, duuuh aku suka dapurnya. Belum lagi halaman belakang, bangunan khusus yang lucu dengan bentuknya yang unik di belakang rumah. Pengen punya rumah seperti ini…bener-bener keren....

Kami duduk-duduk di bagian belakang rumah, duduk di kursi-kursi kayu dengan suasana pedesaan yang nyaman. Suasana tidak begitu panas, apalagi angin sepoi-sepoi berhembus. Kami ngobrol santai, dan untungnya…lebih banyak dalam bahasa Indonesia ehehe…amin..amin...

“ saya pikir kamu nggak jadi ke Itali lho” kata Signora padaku. Memang dulu terakhir kali aku berjumpa dengan Signora, aku tidak dipanggil wawancara di beasiswa pemerintah Italia. Bercelotehlah aku menceritakan apa yang terjadi,berlikunya hidup dan sampai akhirnya aku bisa menjejakkan kaki ke negeri Itali, dan nonton bola ke San Siro. Kami disuruh bercerita satu per satu sambil menikmati kue yang kami bawa tadi.

Chat..

“ Membuat buku itu harus sempurna, kalau mau mengkoreksi naskah baca dari belakang, teliti hurufnya satu persatu…” begitu kata Signora setelah mendengarkan ceritaku bahwa tengah menyelesaikan sebuah naskah buku. Ia pun seorang penulis, ia tengah menulis buku

tentang pengalaman spiritualnya di Indonesia. Ayahnya di Milan memiliki sebuah perusahaan penerbitan, sehingga ia terbiasa dengan dunia penulisan.Hmm jadi inget naskahku, wew kalimat Italiaku di naskah kudu dikoreksi lagi nih...

Lelah bercerita kami bersantai-santai di ruang depan, sementara Signora membereskan urusan untuk menyiapkan perjalanannya ke Italia. Seperti biasa, setiap tahun Signora pulang kampung ke Itali. Huhuhu..pengeeenn...

“ Habis ini kita ke rumah baru saya ya....belum selesai dibangun, nggak jauh dari sini” yupiiiee..kita akan diajak ke rumah baru Signora. Dan setelah menyelesaikan urusannya, kami dengan mobil berjalan-jalan ke rumah barunya. Dan tadaaaaa…kami surprise dengan rumah barunya yang sangat Jawa, rumah joglo yang besar dengan halaman yang luas. Wew seleraku banget…kami berkeliling di seluruh ruangan, beberapa pekerja masih merapikan rumah. Ada yang sedang menghaluskan tegel (tegelnya khusus tegel jaman dulu), mengecat kursi-kursi kayu, dan tukang kebun sedang merapikan tanaman-tanaman yang merambat di pagar rumah.

“ Parjo, iki lho irung-irungane cat-e tesih kurang..nah, warnane kusen iki podo yo karo jendelane” perintah Signora ke Parjo, si pekerja rumahnya. wawawww…seorang Itali bicara basa Jawa, wuihhh…

“Itu desain art deco, bukan asli Jawa..mungkin keliatan seperti desain Jawa” begitu terangnya sambil menunjuk ornamen-ornamen yang banyak menghiasi rumah itu. Bener-bener detail. Tidak sabar melihat bagaimana rupanya bila rumah ini sudah jadi, pasti mempesona. Tapi rencananya rumah ini akan disewakan ke orang asing yang ingin tinggal di Solo, tidak ditempati sendiri. Rumahnya yang sekarang sudah sangat nyaman, jadi mungkin rumah barunya untuk disewakan. Puas ngobrol dan muter-muter rumah baru kami pamitan pulang. Foto-foto bersama, dan pelukan hangat melepas kepergian kami.

Rumah Baru Signora...

Duuh kapan ya bisa main lagi…Senang sekali bisa ketemu Signora laura, orang yang membuka pintu-pintu keajaiban dalam hidupku. Setelah makan Soto Kuali Solo kami mengejar kereta ke Stasiun dan kembali ke Jogya. Liburan yang seruuuu…

Batere penuh dengan liburan di Jogya, minggu pagi jalan-jalan ke Pasar pagi lembah UGM dengan berburu pernak pernik asesoris cantik dengan harga miring, makan lontong rendang langgananku, minum es carica, kemudian bersama-sama ke Gramedia hunting buku, cari oleh-oleh bakpia…wew, hari sudah sore..waktunya aku menyudahi liburanku di Jogya dengan segera pulang.

Di tengah perjalanan pulang, aku berpikir...Bila aku tidak bisa tinggal di Jogya, aku akan membawa Jogya kemanapun aku tinggal.