Kami berpikir
sejenak setelah pak supir McGills menyebutkan harga tiket dari Glasgow ke
Dunoon yang seharga 15 pounds itu. Sebelumnya kami mencari informasinya di internet namun tak
bisa kami dapatkan, yang ada hanya tiket weekly atau montly saja. 15 pounds? Hummm
lumayan mahal juga tapi akhirnya kami memutuskan untuk membeli tiketnya dan
duduk di barisan depan bus McGills yang akan membawa kami ke Dunoon.
Nama Dunoon sebelumnya adalah nama yang begitu asing bagi saya. Bukan semacam tempat wisata yang
terkenal di sekitar Scotland seperti Edinburgh, Stirling ataupun Isle of Skye. Namun kali ini, kami ingin sebuah wisata yang agak berbeda, dengan mencari wisata
pantai/laut. Dan nama kota-kota kecil di sekitar Glasgow seperti Greenock dan
Dunoon menjadi pilihan dengan mengandalkan browsing informasi dan gambar-gambar
di internet.
Dan kali ini memang
jalan-jalan yang spontan, begitu melihat ramalan cuaca yang sunny di akhir
pekan, maka dengan rencana yang kilat kami memutuskan
untuk pergi ke Dunoon.
Bis McGills, satu-satunya
operator bus yang melayani rute ke sama berangkat tepat waktu dari Buchanan Bus
Stasion. Selain bis, bisa juga
menggunakan jalur kereta api. Ada yang unik dalam perjalanan kali ini,
ternyata semua penumpangnya bis kecuali kami adalah orang-orang yang sudah
cukup lanjut usia. Berasa agak aneh di antara mereka semua. Apakah Dunoon itu
semacam tempat yang cocok untuk peristirahatan simbah-simbahkah? Hehe.
Memang pemerintah UK
menyediakan fasilitas yang luar biasa keren untuk mereka yang sudah lanjut usia
dengan memberikan kartu transportasi gratis untuk bus. Jadi para simbah-simbah
di sini terbiasa jalan-jalan sendiri atau bersama pasangan (tanpa ditemani
keluarga) dengan mandiri kemana-mana. Saya membayangkan hal ini suatu saat bisa
juga diterapkan di Indonesia, tapi memang membutuhkan sokongan dana yang
lumayan banyak. Dengan fasilitas tersebut, pastinya orang yang sudah lanjut
usia akan lebih merasa bahagia dengan mempunyai kesempatan mengisi waktunya
dengan jalan-jalan, beraktivitas dibandingkan harus terus menerus ada di rumah
dan baru bisa bepergian bila ada anak atau cucu yang mengajak mereka.
Tapi di samping betapa
awkwardnya berada dalam bis yang isinya simbah-simbah semua kecuali kami, tetap
saja pemandangan di luar jendela begitu memanjakan mata. Jalur yang ditempuh
menyusur pinggiran laut hingga saya bisa mengamati kota-kota kecil yang
berbatasan dengan laut. Kursi-kursi yang mengarah ke laut, hamparan rumput di
sekitar pantai di kota Port Glasgow, Greenock dan cantiknya pemandangan di
dekat pantai di Gourock. Humm, seru juga kalau ada kesempatan menjelajah
kota-kota itu. Pemandangan yang berbeda dengan yang biasanya saya lihat bila
jalan-jalan ke daerah sekitar Scotland dan England yang biasanya
berkarakteristik padang rumput, domba-domba, peternakan dan ladang gandum atau
sorgum. Karena itu, kami dengan antusias melihat setiap detail pemandangan
berbeda itu di luar jendela.
Sampai di Gourock, kami
harus menyeberang menggunakan kapal feri yang akan mengantarkan kami ke Dunoon. Kami akhirnya
paham kenapa tiket bisnya mahal, karena sudah termasuk tiket naik kapal feri
untuk menyeberang ke Dunoon, sedangkan untuk tiket kapal ferinya sendiri return
seharga 8.40. Humm jadi tiket 15 pounds itu terasa wajar harganya.
Wihiiii kami excited karena akan menyeberang lautan dengan kapal feri, dan
supir mcGills memperbolehkan kami turun dari bis
dan bisa menikmati pemandangan laut lepas dengan angin yang berhembus lumayan
kencang.
“wah ada lumba-lumba,” kata teman
seperjalanan saya. Saya segera menengok ke arah yang ditunjuknya. Dua
lumba-lumba menari-menari lincah di lautan lepas, menyenangkan sekali
melihatnya. Ini kali pertama saya melihat lumba-lumba di lautan lepas. Saya selalu suka
laut, irama gelombang halusnya, angin yang menyapu tubuh saya dan kesegaran
suasana yang selalu berhasil dibawakannya.
Di kejauhan ada kapal Feri lain yang mengantarkan penumpang menyeberang |
Daratan Dunoon,
sudah terlihat di kejauhan. Kota cantik ini terletak di Semenanjung Cowal di
Argyll dan Bute, Skotlandia, sebelah barat kota Gourock. Dari jauh, terlihat
bangunan-bangunan yang berundak-undak rapi. Sayang langit pagi itu seperti
masih tertutupi kabut tipis hingga sulit kamera saya menangkap pemandangan
cantik itu.
Daratan Dunoon yang terlihat dari atas kapal Feri kami |
Akhirnya kami sampai di Dunoon, lalu
supirnya itu mengatakan bahwa bis yang akan berangkat menuju Glasgow itu jam
3.05 dan 4.05. Saya melirik jam tangan, sekitar pukul 12 siang. Sepertinya
waktunya terlalu singkat untuk pemandangan secantik ini dan juga cuaca yang
sebagus ini. Matahari yang bersinar terang dan hangat serta langit biru cerah
adalah kemewahan ketika hidup di Skotlandia. Kami kemudian mulai menjelajah
dengan naik ke atas. Ada patung besar Highland Mary,( kekasihnnya Robert Burns
-sastrawan terkenal asal Skotlandia) yang menghadap ke laut. Kami terus
mendaki, lalu tak begitu lama terlihat pemandangan menakjubkan di puncaknya.
Pemandangan laut dari atas, persis di belakang patung Highland Mary, di sekitar
sisa-sisa Dunoon Castle.
Siapa yang tak betah melihat pemandangan semacam ini? |
Betah rasanya
berada di tempat itu, di ketinggian dengan pemandangan lautan lepas di
bawahnya. Hamparan rerumputan yang bisa untuk gegoleran berjemur matahari. Iya,
begitulah yang saya lakukan. Tiduran sambil menikmati sinar matahari yang
langka. Ah, rasanya ingin di situ saja sampai nanti jadwal bis terakhir ke
Glasgow tiba.
Kami cukup lama
bersantai di situ, sambil membuka bekal makan siang kami. Kemudian kami
memutuskan untuk menjelajah ke daerah sekitarnya. Ada kastil Dunoon yang cukup
cantik, namun kami enggan untuk masuk. Nampaknya sinar matahari di luar begitu
menggoda agar kami puas-puas menikmatinya. Dunoon kota yang damai dan cantik,
pantas saja simbah-simbah yang sebis dengan kami betah pergi ke sini. Cocok
sekali suasananya untuk melepas lelah, menimba lagi energi yang surut, dan juga
menghadiahi diri sendiri dengan pemandangan yang memanjakan mata. Kami
berkeliling, mengambil gambar, pergi ke town centrenya demi melihat seperti apa
suasananya. Mampir ke supermarket untuk membeli buah, minuman dan camilan.
Ternyata di daerah Dunoon jarang ditemukan toko makanan seperti penjual kebab
halal, bahkan susah mencari fish dan chips.
Suasana Town Centre Dunoon |
Di depan Castle House Museum |
Bunga di tempat duduk kami |
“ I wish I have more hours again
here,” kata saya perlahan. Pemandangan dan suasana kota ini sulit sekali
diabaikan pesonanya. Saya jatuh cinta, sungguh-sungguh jatuh cinta. Pandangan
saya menyalang pada deretan hotel dan penginapan yang persis terletak di tepi
pantai. Terlihat keluarga yang duduk-duduk di taman hotel asik bercengkrama.
Sayangnya kisaran harga hotel di sana pastilah di luar jangkauan dompet saya
ehehe.
Tapi nggak salah kan berharap kapan-kapan bisa kembali ke sini? menyewa salah satu guest house
yang bisa terjangkau kocek dan menikmati suasana Dunoon kala malam? Dududu sepertinya
menyenangkan hehe.
“Udah hampir jadwal bisnya nih, ayo
segera ke bus stopnya,” ujar teman seperjalanan saya. Aih, lamunan saya buyar
hihi. Kemudian bergegas mencangklong tas punggung dimana saya ikatkan juga helm
sepeda saya di sana. Hup, semoga saya bisa kembali lagi suatu saat. Kapal feri
kembali menyebrangkan kami menuju Gourock, dan kemudian bus yang kami tumpangi
melaju menuju Glasgow.
Kembali menyeberang ke Gourock |
Pemandangan Gourock yang saya ambil dari jendela bis |
Ah, liburan
singkat yang sangat menyenangkan. One of my best vacation ever!