Rabu, 15 Agustus 2012

Sekilas Pandang, Mengundang Kenang



Aku tunggu di depan perpustakaan yah, kamu keluar sebentar.  Aku tunggu.” pesan singkatku waktu itu.
Dengan rok batik lebar berwarna coklat kutunggu engkau di depan perpustakaan di sebuah Universitas ternama di kota kita itu.
Tik tok, tik tok. Menunggu.
Tak lama engkau pun muncul dari belokan jalan itu, dengan langkah lebar-lebar itu. Bergegas menghampiriku. Tersenyum melihatku. Dan apakah kau tak sadar bahwa senyummu itu lebih terlihat berbinar kalau bertemu denganku? Tanyakan pada bangku batu di depan perpustakan yang mencuri pandang padamu itu.
Lalu segera berpindahtanganlah kunci yang ada di tanganmu, ke tanganku. Kenapa baru sekarang kau berikan kunci hatimu cuma-cuma? Setelah diam-diam kucuri. Eh hatiku dulu yang kau curi? Atau hatimu dulu yang kucuri? Atau kita sebenarnya melakukan pencurian secara bersama-sama? Mungkin kita tanya saja pada ibu kantin waktu itu, mungkin dia tahu siapa yang terlebih dahulu. Tapi pentingkah untuk kita persoalkan? Mungkin penting untuk kita “pura-pura” persoalkan, agar kita menambah lagi daftar perdebatan seru kita, yang masing-masing tak pernah mau pura-pura kalah. Agar bertambah lagi alasan untuk merindumu, itupun bila pun kata “rindu” tiba-tiba mengharuskan posisinya membutuhkan alasan. Siapa yang mengharuskan? Mungkin kamu, yang selalu pura-pura bertanya : “kenapa rindu?”
Aku kan suka bertanya, sudahlah jawab saja. Katamu suatu kali. Kujawab dengan seulas senyum, senyumku yang kuharap mampu kau terjemahi dengan cukup benar. Karena kadang kau terlalu mengeneralisasikannya dengan satu makna, manis! Katamu.
Manis banget!
Masih ada tambahan di belakangnya ternyata.
Kunci itu segera kugenggam dan kusimpan. Tapi hatimulah yang sebenarnya telah kugenggami.
            Sudah ya, aku pergi dulu.” Katamu lagi, sambil masih tetep berdiri. Ah, terkadang kita memang tak pernah punya cukup waktu untuk duduk berdua saja, memperturutkan lontaran kata yang saling kita tukar, entah kenapa tak pernah merasa bosan walau waktu sudah menua.
Aku mengangguk, walau selalu tak menyenangkan melihat punggungmu pergi. Tapi kunci di tanganku menghangat, hatimu juga pasti. Hatiku apalagi.
Lalu bergegas engkau membalikkan badan, membiarkan punggungmu kupandangi. Setapak demi setapak kuiringi dengan tatap mata yang melekat pada punggungmu. Masih tetap saja aku berdiri dengan rok batik coklat dan kuncimu di tanganku. Memandangimu pergi.
Satu..dua..tiga..engkau membalikkan badan dan menoleh padaku, padaku yang masih berdiri mematung di depan pelataran perpustakan.
Kita juga tak perlu menghitung..satu..dua..tiga, agar kita berdua serempak sama-sama tersenyum dari jauh. Kau duluan? Atau aku duluan? Kau duluan beberapa detik pasti!! Yang pasti bila kaudengar akan kau protes segera, protes yang selalu kutunggu sebenarnya.  Agar memasukkan lagi dalam daftar 77 alasan merinduimu.

Harusnya bisa kukumpulkan lebih dari itu, agar setiap kali kau tanya,
“kenapa rindu?”.
Bisa kusiapkan untuk menjawab pertanyaanmu itu, daripada engkau harus berupaya menjemahkan dalam setiap jawab senyumku.
Beberapa langkah, dengan sengajapun engkau menengok lagi. Aku masih semanis dulu, apalagi yang kau perlu kau pastikan?
Tapi kita masih serempak tersenyum, senyum malu-malu seperti pelajar SMA yang tertangkap saling mencuri pandang.
Satu..dua..tiga, kenapa engkau menengok ke belakang lagi? Dan mengapa pula aku masih melempar senyum paling manisku padamu yang hampir sampai di belokan. Sepersekian detik hilang dari pandang.
Mungkin kau hanya ingin pastikan bahwa ternyata adegan-adegan film romantis itu memang bukan khayalan. Benar!

** Glasgow, 15 August 2012. Hanya sekedar tulisan iseng sekali duduk, hasil ide dari komentar di sebuah status seorang sahabat di sebuah situs jejaring sosial. Bila ada yang merasa ada kejadian yang hampir serupa, pastilah saya sengaja. Ahaha..;p




Previous Post
Next Post

8 komentar:

  1. ah ini so sweet #lanjutin selonjoran di kamar haha

    BalasHapus
  2. ahihihi..nulisnya penuh penghayatan soalnya :DD
    #cieh yg sedang menikmati mudik, enjoy ur Eid's holiday :)

    BalasHapus
  3. kasih 77 alasan ke budhe sur tuh, khan katanya punya 77 alasan :P

    BalasHapus
  4. ahaha ntar kubikin daftarnya dulu :DD

    BalasHapus
  5. jangan lupa kasih alesannya ya...biar budhe sur jelas...wkwkwk

    BalasHapus
  6. aku mau tau alesannya yg 77 itu, harus interview lebih mendalam mengenai ini ni ;pppp

    BalasHapus