Minggu, 21 Juli 2013

Bahasa Punggungmu



Awalnya sejak kala itu mungkin. Atau mungkin juga sudah jauh hari sebelumnya. Iya jauh hari sebelumnya. Tapi entah kapan tepatnya aku mulai mempunyai kebiasaan untuk memandangimu dari belakang. Memandangi punggungmu. Entah mengapa aku suka melakukannya. Memandangi punggungmu diam-diam dan merasakan ketentraman.
Orang-orang lain mungkin akan melihatmu dari depan. Maka nampaklah kamu dengan hingar bingar duniamu yang seperti magnet bagi siapa saja. Yah, seperti dulu aku pernah bilang sebelum kita benar-benar bersama. You’re type of person who can win everybody’s heart.
Semua orang tersenyum, dunia di sekitarmu tersenyum. Duniamu yang riuh rendah, sibuk mengalir hampir tak pernah henti.
Tidakkah kamu pernah sadar, bahwa mereka selalu memandangi darimu depan. Dari yang nampak. Tapi bukankah manusia selalu mempunyai dua sisi.
Dan aku mungkin terbiasa melihatmu dari punggung, dari sisimu yang tak pernah terlihat atau dilihat orang-orang di sekitarmu. Bahkan mungkin tak terlihat olehmu sendiri.
Kau tahu bahwa kadang punggung bisa berbahasa? Kadang punggungmu itu menyiratkan bahagia, kadang kesedihan yang tersembunyi, kadang sukacita. 
Tahun berganti, dan berganti lagi, dan aku terus belajar mengerti bahasa punggungmu. Mengerti sisi yang tak nampak di permukaan.
Kau tahu bahwa punggungmu itu seringkali menyiratkan kelelahan. Kamu sibuk membahagiakan orang-orang di sekitarmu. Mengiyakan apa saja, membantu siapa saja. Lalu dunia berbinar, semua orang nampak tertawa, memastikan semua orang tersenyum.
Tapi entah mengapa bahasa punggungmu itu bicara padaku. Bahwa kamu terkadang lelah.
Beristirahatlah. Jedalah sejenak. Manusia bisa penuh mencintai dan berbagi dengan orang lain jika ia mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu.
Don’t forget to love yourself first.
Biar kuamati engkau dari punggungmu. Dan bila kau lelah, kau tahu pasti aku selalu ada untukmu bersandar sejenak.

Glasgow, 21 July. Menjelang jam 6 pagi dan mataku belum bisa terpicing sedikitpun.
Previous Post
Next Post

3 komentar:

  1. untung bukan sayah. punggung sayah kan banyak tatonyah...hihi

    *panuuuu... :P

    BalasHapus
  2. ahaha..mungkin bahasa punggungnya mengatakan : saya butuh obat panuu itu :D terimakasih sudah mampir baca dan memfollow :)

    BalasHapus