Senin, 09 November 2015

PhD : Akhir Sebuah Perjalanan

Usai sidang viva bersama anggota lab dan examiner



Akhirnya, perjalanan panjang menempuh studi doktoral ini usai juga. Memang belum benar-benar usai, karena tetap harus tetap menyelesaikan revisi walaupun “minor revision” untuk benar-benar officially mendapatkan PhD. Namun kalimat di akhir sidang viva jumat tanggal 6 November lalu, yang berkata,
            “ We are happy with your thesis and performance on your viva, and we are glad to announce you that you deserve for PhD”,
Itu sudah membuat saya lega. Akhirnya, PhD!

Jumat lalu, hari yang bersejarah untuk saya. Langit Glasgow dinaungi hujan semenjak pagi. Setelah semalaman usaha saya untuk tidur hanya berhasil sedikit, paginya saya bersiap untuk berangkat ke CVR (kampus saya) untuk menghadapi viva jam 11.30 am. Saat itu rasanya sudah pasrah, setelah otak sudah dicecar oleh paper, review dan hasil browsing-an mengenai bidang yang saya teliti untuk mempersiapkan viva. Sebelumnya, saya pun sudah menjalani 3 kali mock viva untuk melatih bagaimana suasana viva dan membantu mempersiapkan materi. Dua mock viva sebelumnya bisa terlalui dengan lumayan baik, namun mock viva terakhir dengan 2 mahasiswa post doc (Steph dan Mel) serta supervisor saya, Alain cukup membuat saya kesulitan. Dan ternyata setelah selesai real viva, saya akhirnya tahu memang situasi itu sengaja diciptakan biar si mahasiswa serius dan bersungguh sungguh mempersiapkan viva. Ah, baiklah..memang setelah itu saya jadi makin serius, setiap hari kerjaannya baca paper demi mengejar pengetahuan-pengetahuan yang belum saya kuasai.

Ternyata viva voce ini bukan hanya menguji tentang hal-hal yang dilakukan selama studi, namun juga menguji fondasi dan keluasan pengetahuan mengenai bidang yang diteliti. Oleh karena itu, mock viva terakhir sering ditanya tentang current issue dengan cakupan materi yang lebih luas. Nah, di situlah saya kelabakan. Ketahuan saya kurang membaca paper paper yang lebih “broad” dan juga materi-materi lain yang berhubungan dengan bidang yang saya teliti. Beberapa hari menjelang viva, saya fokuskan untuk mengejar hal tersebut. Viva di UK bersifat sidang tertutup, hanya dihadiri 2 orang examiner (satu external examiner dan satu internal examiner) dan 1 convenor (semacam pengawas untuk memastikan semua berjalan dengan fair).  External examiner saya adalah Anna Bella Failloux, ketua department Virologi bagian Arboviruses and Insect vetors di Institut of Pasteur, Paris, sementara internal examiner saya Ben Brennan dari University of Glasgow.

Menurut informasi dari teman post doc, yang memegang kunci penting di viva itu “external examiner”, jadi kita harus menaklukan si external examiner yang memang biasanya lebih gencar bertanya. Saya sebelumnya sudah dikasih tips untuk “ngepoin” si external examiner dari Paris itu dengan membaca semua publikasinya. Dan beberapa hari sebelum viva, saya mencoba menjejalkan paper-paper si Anna bella ke otak saya. Piuhhh hari-hari menjelang viva saya rasakan memang saat saat yang berat. Rasanya pressure semakin meningkat.

            Tapi satu hal yang tak saya duga-duga adalah dukungan dan doa dari banyaaak sekali pihak yang datang pada saya. Ih, rasanya saya terharu. Banyak sekali yang mengirimkan japri whataps, bbm, message di inbox facebook untuk menyemangati dan mendoakan saya. Saya sempet ngerasa “kok mereka sebegitunya”—karena nggak nyangka banget mendapat perhatian begitu rupa. Pagi menjelang berangkat pun, beberapa sahabat dan orang orang terdekat mengirimkan pesan semangat dan doa. Tentu saja memberikan kekuatan untuk saya dalam menghadapi “peperangan” terakhir dalam studi saya ini.

Di awal jalannya viva, saya masih berharap untuk disodori pertanyaan “renyah” untuk disantap. Karena katanya beberapa rekan yang sudah melalui viva dan menurut beberapa website yang menulis persiapan viva, si examiner akan memberikan pertanyaan awalan yang relatif mudah seperti “ bagaimana awal terpikirnya ide untuk S3 ini?” dan pertanyaan semacam itu. Tapi ahik, ternyata saya langsung ditodong pertanyaan sejenis ini,
            “ Belakangan ini muncul serotipe virus baru yakni Dengue-5, apa yang membedakan serotipe ini dengan serotipe sebelumnya, dan apa implikasinya pada penyebaran penyakit demam berdarah?” tanya si Anna bella.
Phew, langsung ditodong pertanyaan yang bikin mikir. Dan setiap jawaban, dicecar terus merembet ke pertanyaan berikutnya.
Apa kira-kira implikasinya pada perkembangan vaksin dengue? Sampai mana yang kamu ketahui tentang pembuatan vaksin dengue ?
Ada di thesis saya? Enggak. Menyangkut apa yang saya kerjakan? Enggak. Bahkan merembet ke pertanyaan penyakit tular vektor secara umum. Memang sepertinya yang dibilang rekan post doc di lab, si penguji akan menguji sama mana limit pengetahuan kamu mengenai bidang yang kamu teliti. Dan saya pun berupaya untuk menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan dengan sebaik yang saya bisa. Beberapa pertanyaan yang sama sekali nggak pernah saya baca dan nggak tahu informasinya, saya jawab terus terang tidak tahu. Dan pernyataan untuk sesi Introduction-pun menghabiskan waktu selama 2 jam. Bisa bayangin dicecar pertanyaan selama 2 jam? Itu baru introduction (awalan).
            “Ayo siwi, ini terakhir kalinya, kamu harus bisa lewati ini,” itu sih yang saya hembus hembuskan ke pikiran agar tetap fokus, tetap semangat menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan.
Setelah 2 jam-an, ada break makan siang. Dan tentu saja makan siang ala sini berupa sandwich dan buah. Biasanya saya males makan sandwich, tapi saat itu saya makan karena sadar saya butuh energi untuk melanjutkan perjuangan,
            “ Ayo silahkan makan, kita akan stay sampai jam 6 lho,” kata Anna bella bercanda. Beh, sampai jam 6? Tepaaar seteparnya dong.

Masalahnya tidak ada limit maksimal sampai berapa jam viva berlangsung, jadi sampai si examiner benar benar yakin telah menguji si kandidat doktor dengan menyeluruh. Itu yang bikin mules hahah. Untungnya kedua examiner tidak tergolong penguji yang “menyeramkan”, artinya bukan tipikal orang yang bertanya dengan nada intimidatif. Kalau galak-galak, bisa bubrah otak saya jadi kempes nggak bisa mikir heheh. Saat break makan siang, suasana terasa lebih santai, ngobrolnya juga informal. Saya juga merasa agak sedikit lega, karena setidaknya sampai break makan siang saya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Walaupun ada beberapa pertanyaan nggak setelah dicecar ujungnya, saya nggak begitu mengetahui secara mendetail. Tapi feeling saya mengatakan masih wajar.

            “ Si penguji itu bakal menguji sampai limit mana pengetahuan kamu, kalau kamu nggak tahu bilang aja jujur nggak tau. Kan memang nggak mungkin tahu semua hal kan,” begitu sih wejangan Mel dan Steph, dua orang post doc yang ditugasi supervisor untuk membantu saya selama studi memang sangat baik dan helpfull.

Setelah break makan siang, viva dilanjutkan kembali dan alhamdulillah suasananya sudah lebih santai. Ternyata juga dari bab ke bab tidak terlalu mendetail ditanya, nampaknya mereka puas dengan apa yang telah ditulis dan jawaban-jawaban yang diberikan. Kekhawatiran saya akan bab yang tidak begitu saya kuasai karena menyangkut Mathematic modelling, serta bab terakhir tentang RNA interference ternyata juga bisa dijawab dengan mulus. Saya bela-belain PP ke Edinburgh demi konsultasi bab modelling ke Thibaud, kolaborator saya itu. Untungnya semua yang bekerjasama baik-baik semua, mau menyediakan waktunya untuk memberikan konsultasi persiapan viva saya.

Dan akhirnya setelah 3,5 jam viva, kedua examiner selesai dengan pengujiannya, kemudian Convenor mempersilahkan saya keluar, dan akan dipanggil kembali saat sudah ada keputusan. Dan begitu saya keluar, ternyata Alain, supervisor saya sudah menunggu di depan ruangan. Mukanya cemas hihih,
            “ How is it going? Bla bla blaa...
Saya sih bilang baik-baik saja dan kayaknya lumayan bisa menjawab pertanyaan. Kemudian berangsur muka cemas di wajah supervisor saya untuk berubah lega. Sekitar 5-10 menitan saya dipanggil kembali ke ruangan. Dan diumumnya bahwa penguji happy dengan thesis dan performa saya di ujian sidang viva ini, dan berhak menyandang gelar PhD, ahaaaay!! Done! Batin saya.

Usai viva, saya disambut dengan perayaan sederhana oleh anggota lab. Senang sekali dengan sambutan mereka yang meriah. Saya memang tidak begitu dekat dengan mereka semua, namun selama ini hubungan dengan mereka baik-baik saja. Alain, memberikan speech sebentar kemudian saya juga mengucapkan terimakasih atas bantuan mereka semua. Kedua examiner juga bergabung dalam perayaan sederhana tersebut. Di sela-selanya saya menyempatkan diri untuk menelpon si cinta untuk mengabari kelulusan saya dan memberitahu keluarga. 

Dekorasi buatan teman-teman lab

Bunga dan ucapan selamat dari teman-teman lab
 
Rasanya lega banget.  Kalau soal gelar doktor (PhD) yang sudah tersemat sih saya masih merasa biasa-biasa saja. Malah jadi pengen lebih banyak belajar lagi dan ingin segera bisa memberikan manfaat dari sedikit ilmu yang saya punya. Banyak hutang-hutang pengabdian yang harus saya bayar pada negara dan sesama.

Di akhir perjalanan studi ini, saya ingin mengucapkan terimakasih pada banyak sekali pihak. Saya menyadari bahwa penelitian dan studi saya melibatkan banyak sekali orang, pihak yang membantu penyelesaian studi saya. Dan juga banyak orang yang memberikan support dan doa luar biasa yang telah memberikan kekuatan untuk bisa menyelesaikan perjalanan yang tidak mudah ini. PhD is not a joke! Banyak masa masa sulit, stress, tantangan dan kesulitan tapi juga banyak sekali pembelajaran dan warna warna indah di sepanjang jalan. Saya akui, ini jenjang pendidikan yang paling sulit saya selesaikan, dibandingkan jenjang pendidikan sebelumnya. Saya benar benar merasakan struggle-nya menghadapi masa-masa PhD ini.  Menyelesaikan perjalanan panjang ini rasanya sangat luar biasa.

Akhir perjalanan adalah saat untuk memulai menapaki perjalanan selanjutnya. Mari!

Glasgow, di penghujung musim gugur. 

 
Previous Post
Next Post

4 komentar:

  1. Omedetou gozaimas... ^_^ sukses selalu yaa... :D

    BalasHapus
  2. alhamdulillah, akhirnya lulus. selamat, ya :)

    BalasHapus
  3. Terimakasih yaaaa @Ery Sadewa; @Alfaridzy Al Jawi; @Arian Sahidi..:)

    BalasHapus