Kamis, 11 Oktober 2012

Sebuah Karya Untukmu, Malang-- "PULANG"



Saya masih sangat ingat rupa dan suasana kota nan sejuk itu, Malang. Rindu. Hanya satu kata itu yang terlintas di benakku.
Saya rindu untuk kembali pulang, mengulang kenang, atau sekedar berjalan-jalan menikmati kulinernya. Mencicipi lagi es krim OEN, Bakso Bakar malang, Mie pangsitnya, Sate Pak Sabar, Nasi Bhuk deket stasiun, ayam bakar Lintang, Resto Jepang Saboten atau rupa-rupa pilihan makanan di Food Corner-nya Matos. Saya rindu segelas coreng “coklat oranye” yang sepertinya hanya ada di Saboten. Menjelajahi lapak-lapak pedagang di pasar minggu dekat stadion Gajayana untuk membeli keripik tempe aneka rasa atau keripik nangka. Ataupun ke sana hanya sekedar jalan-jalan minggu pagi sambil sarapan. Nongkrong santai di alun-alun-nya, atau mencicipi jagung bakar/roti bakar ditemani jahe susu dan obrolan hangat di deretan wisata kuliner Jalan kawi.
Rindu.
Auranya hangat begitu kakiku menginjakkan kaki di kota itu dua tahun yang lalu. Begitu pula sambutan yang hangat dari sahabat maya yang akhirnya bertemu nyata di Stasiun Malang, menjemputku hanya berbekal informasi nama dan profilku di jejaring sosial facebook. Tapi lihatlah sekarang, dia dan keluarganya sudah saya anggap sebagai saudara saja. Bapak dan Mama Nuning (ortu sahabatku itu) berangkat menunaikan haji hari ini, semoga semuanya diberikan kelancaran. Pun dengan sahabat-sahabat sekelas pelatihan, selama tiga bulan belajar dan bersahabat dengan hangat (dan tentu saja untuk urusan hunting makanan ;p).
Kami kini telah melabuhkan impian ke negara masing-masing, tersebar ada di Belanda, UK, USA, Aussie, Thailand, Jepang, ada yang melanjutkan studi doktoral di dalam negeri, ada pula yang masih dalam proses perjuangan melanjutkan studi. Bahkan kini, teman sekelas saya dulu, mba Atika Dian menyusul saya ke Glasgow untuk melanjutkan studi masternya di bidang mental health..ehehe yeah from Malang to Glasgow!
Wisata Malang juga tergolong lengkap, wisata kuliner sudah pasti jempolan, wisata alam..siapa yang tak tahu kawasan sejuk Batu-Malang, ada rekreasi keluarga Jatim Park 1,2, kebun apel,dan kebun teh Wonosari. Wisata bola juga ada, ehehe ada stadion Gajayana maskasnya Persema dan Stadion Kanjuruhan, kandangnya Aremania. Hawanya sejuk untuk tinggal, dengan ciri kota tidak terlalu modern juga tak terlalu ndeso. Letaknya yang dekat dengan kota besar seperti Surabaya, nampaknya menjadikan kota ini kota satelit yang favorit.
Ahay...saya benar-benar rindu untuk pulang-ke Malang. Saya rindu naik bis zena dari Purwokerto menuju Malang. Saya rindu perjalanannya, saya rindu terminal arjosarinya, saya rindu angkotnya, semuanya ahaha ;p
Maka tak heran kalau Malang menjadi kota favorit saya setelah Jogya, Purwokerto, dan....dan lainnya ehehe. Oleh karena itu, saat timeline twitter menyinggung penseleksian naskah untuk project antologi cerpen bertajuk “Pulang” yang diselenggarakan NBC (Nulis Buku Club) Malang untuk diterbitkan awal oktober, saya tak lama-lama ikut memutuskan ikut serta mengirimkan naskah. Untuk antologi “Pulang” tersebut memang mengharuskan untuk memasukkan unsur Malang ke dalamnya, misal deskripsi tempat, atau bahasa/dialek malang yang khas. Saya memang mempunyai naskah cerpen berlatar belakang kota Malang, jadi hanya tinggal revisi, poles sana sini hingga akhirnya dikirimkan ke NBC Malang. Dan, tak dinyana sore ini saat menjelajah timeline twitter setelah rampung mengerjakan kerjaan lab, saya menemukan twit NBC tentang project antologinya dan nge-post Covernya..
Tadaaaaa....di cover belakangnya ada nama akun twitter saya di situ..horaaay, naskah saya masuk seleksi dan ikut diterbitkan bersama naskah-naskah lain di project antologi tersebut.
Memang lagi-lagi karya rombongan sih, tapi tetap saja membuat hati ini terkembang hangat. Kebahagiaan hati karena dunia tulis menulis ini memang selalu saja mampu membuat hati saya bahagia sedemikian rupa. Terkadang saya pikir, sebuah bahagia yang sederhana. Bahagia bahwa tulisan saya diakui, tulisan saya akan dibaca orang bahkan mungkin bisa menjejakkan “hati’ pada pembacanya. Tapi sebenarnya yang terpenting, saya bahagia karena proses menulis itu sendiri. Seperti saat ini, membiarkan jari jemari saya menari-nari, menuangkan apa yang ada di kepala dan di hati menjadi larik-larik tulisan yang tengah kaubacai. Bahagia saya terkadang sesederhana itu.
Dan melalui tulisan ini saya ingin membagi bahagia ini bersamamu.
---
Untuk Malang, ini sebuah persembahan cinta dan rindu untukmu.




Semoga ada kesempatan untuk bisa mengunjungimu lagi. Malang-ku.

 
Glasgow, 10 Oktober 2012.

Senin, 08 Oktober 2012

Glasgow Batik Day 2012



Siapa sih warga negara Indonesia yang tak berbangga pada batik? Warisan budaya bangsa kita itu bahkan telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009. Apalagi sekarang corak motifnya semakin berwarna-warni, semakin memikat hati. Dulu corak batik cenderung tidak terlalu banyak, dan warnanya pun tertentu. Corak batik tertentu terkadang juga hanya boleh dikenakan oleh kalangan tertentu, misalnya trah kerajaan. Untuk acara-acara tertentu juga mempunyai motif khusus yang harus dipakai. Namun seiring dengan perkembangan batik, dan pengaruh-pengaruh akulturasi budaya, motif dan warna batik makin semarak saja.
Model batikpun kalau kita lihat dimana-mana makin menawan saja. Batik kini bukan hanya dipakai pada acara-acara tradisional atau kebudayaan saja namun sudah menjadi busana sehari-hari. Keragaman motif dan modelnya semakin memudahkan kita untuk memilihnya sesuai dengan acara ataupun aktivitas kita masing-masing. Batik untuk busana kerja, untuk acara adat, untuk jalan-jalanpun sudah ada berbagai modelnya.
Tak heran makin banyak saja penggemar batik. Kalau aku memang semenjak dulu pecinta batik (kayaknya aku cinta semua-mua yang berbau tradisional). Koleksi batikku lumayan banyak, ada beberapa yang dari berbagai kota. Karena sekarang ini setiap kota nampaknya mempunyai motif khas tersendiri, hiii walaupun aku nggak hapal ciri khasnya. Habisnya susah dibedakaaaaan...ehehe..
Nah, untuk memperingati Batik Day 2 Oktober lalu, kami PPI Glasgow melanjutkan kegiatan tahunan yang salah satunya mengadakan acara Batik Day. Selain sebagai pelajar di sini, kami tentunya adalah duta-duta bangsa yang ingin turut memperkenalkan budaya bangsa kita yang adiluhung, salah satunya kain Batik ini. Maka Hari Selasa 2 Oktober kemaren, kami semua ke kampus masing dengan mengenakan baju batik dan foto di Uni masing-masing. Kebetulan aku koordinator untuk mahasiswa di University of Glasgow semenjak tahun lalu, dan juga berlanjut hingga kepengurusan tahun ini. Nah karena tahun ini, anak-anak yang kuliah di UoG cukup banyak, maka cukup ramailah kami berkumpul. Sesuai dengan janjian kita, kami berkumpul di Main Building jam 12 siang. Hiyaa agak susah juga untuk mengumpulkan kami dengan jadwalnya masing-masing, tapi demi Batik Day semuanya mengusahakan untuk hadir. Walau Glasgow saat itu hujan gerimis, kami tetap berkumpul di Main Building. Sambil menunggu yang lain datang, kami ngemil gorengan dicocol dengan sambel ABC...huaa ampun dah, jauh-jauh sampai Glasgow, makanannya teteeeep..

Hujan, Gorengan dan Sambel ABC
Setelah hujan agak reda kami mulai sesi foto-foto. Seperti biasa kalau masalah bernarsis ria, kami semua bergembira ehehe. Main Building UoG memang selalu fantastis buat dijadikan background foto. Nuansanya yang klasik memang lumayan bikin bangga, kalau Uni Glasgow bangunannnya cukup okay untuk dipamerin halaaah...pokoknya main building siap diadu deh ;p
Namun sayangnya memang tidak ada tulisan gede yang bertuliskan University of Glasgow, dimana kita bisa mejeng di depannya. Hanya ada tulisan di depan Main Building, itupun terlewatkan karena kami keasyikan makan gorengan saat hujan dan langsung menuju lantai 2 untuk mengambil foto-foto disana. Yaaaa..sudahlaaaah, fotonya tetep keren lah ;p
Foto Bersama di Main Building UoG
Foto Bersama di depan Main Building
Dan acara Batik Day-pun dilanjut hari sabtu, setelah acara lapor diri KBRI. Kami semua mengenakan baju batik dan foto bersama di George Square, landmark-nya Kota Glasgow. Acara kumpul-kumpul dengan sesama mahasiswa Indonesia selalu saja menyenangkan, dan tentu saja makan makanan masakan indo yang kali ini menunya Soto ayam dan siomay.
Kostum batikku untuk hari selasa, cukup mengenakan batik casual karena itu hari kerja, aku masih harus ngelab dengan jas lab seperti biasa sebelum foto bersama siang harinya. Saya suka modelnya yang lucu dengan model silang berkerut-kerut di depannya. Cukup dipadukan dengan manset hitam dan jeans, selesai.
Sedangkan untuk sabtu, aku pakai gamis batik Banyumasan karena tidak terlalu banyak aktivitas, hanya datang saja ke acara, ngobrol, makan dan foto. Gamis batik dengan model desain sendiri ini, lumayan bisa bertajuk “Batik Banyumas Go International” hehe. From Banyumas to Glasgow lah..ini batik banyumas asli yang  kainnya kubeli di sentra Batik Banyumasan daerah Sokaraja. Batiknya jenis Batik colet, yang ditandai dengan warnanya yang terang. Untuk tehniknya, batik ini dibuat dengan kombinasi batik tulis dan batik cap. Tehnik ini sepertinya dibuat untuk membuat batik dengan kualitas menengah. Karena biasanya untuk batik full tulis, harganya relatif mahal, bisa sekitar 200 ribu ke atas. Memang dari segi kualitas tak usah diragukan lagi, pasti bagus, namun harganya agak kurang terjangkau kalangan menengah. Sedangkan untuk batik cap kualitasnya kurang bagus dan tidak nyaman dipakai. Nah tehnik batik semi tulis ini, memfasilitasi untuk membuat kualitas batik yang lumayan.
Penjahit langgananku, Mba Mei (walau ibuku penjahit tapi kostumernya selalu didahulukan uhuks,jangan2 karena aku ga bayar yaaah ahaha) selalu berkomentar kalau denganku, tak usah susah-susah mencarikan model, karena biasanya sket desain bajunya sudah kusiapkan. Dulu masih rajin cari kain kombinasinya sendiri, jadi kain batik dan kombinasinya sudah kusiapkan, tinggal dibawa ke tempat Mba mei. Namun terakhir kali jahitin, tinggal pesen warna kombinasinya, tapi pasrah saja dicarikan kainnya sama Mba Mei.
Gamis batik hijau kuning itu, dipadankan dengan jilbab kuning. Hiii aku nyobain model hijab walau tetep pakai jilbab paris. Hasilnya kembali enggak pede, habisnya enggak biasa pakai begitu. Ini dia fotonya, not too bad lah ya...


Setelah hampir selesai acara lapor diri, kemudian aku sholat duhur, setelah wudhu kukenakan lagi dengan model biasa yang bisa diselesaikan dalam beberapa menit. Hihi habisnya lebih simpel, lebih cepet, dan sudah terbiasa.

Tadaaaaa...akhirnya batik banyumasan itu mejeng di George Square. Tunggu ya foto bareng-bareng-nya masih di tim dokumentasi ;p
Mejeng bersama mba atika, From Malang to Glasgow 
Batik Banyumas sampai Glasgow ;p
Usai foto-foto, sementara sebagian lain pulang, sebagian lain nungguin tim yang tengah membuat rekaman untuk laporan Metro TV. Hihi..ternyata bikin laporan berita bentar saja, lamaaa yaaa...take-nya berkali-kaliiii..ehehe..
Setelah semua selesai, kami yang tersisa jalan-jalan ke Winter Market (pasar menjelang musim dingin) di St.Enox, cukup jalan kaki 10 menitan. Jualannya macem-macem, coklat, keju, bunga, kerajinan, wol, makanan..hampir mirip SunMor-nya UGM Jogya..eaaaa...tetep ya ingetnya Jogya ;p
Begitulah acara Glasgow Batik Day 2012...Mari lestarikan batik, dengan berbangga mengenakan batik. Ini Batikku, Mana Batikmu?

Glasgow, 7 Oktober 2012.

Minggu, 07 Oktober 2012

Yipiee..Masuk Bintang Empatnya Leutika Read Your Blog

 
Beberapa hari lalu entah mengapa tiba-tiba terpikir untuk mengumpulkan beberapa postingan blog lalu membukukannya. Begitulah dua hari kemarin, di sela-sela kerja labku, aku kembali mengintip web-nya Leutika Prio untuk mencari informasi paketan penerbitan terbaru. Untuk project yang ini memang sama sekali tidak berniat komersial, hanya untuk dokumentasi saja. Sejarah nge-blogku memang belum terlalu lama, sejak tahun 2008, dan semenjak itu pula sepertinya aku terus menjagai “rumah” ini dengan postingan-postingan walau frekuensinya tergantung. Hiyaaa..tergantung suasana hati, waktu dan beberapa hal lainnya. Tapi melihat jumlah postingan dari tahun ke tahun, sepertinya cenderung stabil (Stabil dalam artian produktif lho ya ;p). Makanya tergerak hati untuk mengumpulkan beberapa tulisan yang menurutku layak masuk seleksi menurut diriku sendiri untuk dibukukan.
 Nah, saat mulai menjelajah web leutika prio dan melihat-lihat paket penerbitan yang nampaknya sudah naik harganya dibanding dulu saat menerbitkan Koloni Milanisti. Tapi eh, saat masuk halaman Home, ada tulisan pemenang Leutika Read Your Blog, iseng kuklik saja. Kuamat-amati saja siapa saja pemenangnya, dan berhenti di nomer 11 (dengan kategori peraih bintang 4), eh..itu ada namaku dan nama blogku. www. MarsDreams.blogspot.com. Eh kapan ikutannya aku yak? Ahaha..beneraaaan enggak inget sama sekali..
Lah postingan pemenangnya itu sejak bulan agustus, baru aku tau dua hari kemaren..hadeeeh. Mungkin iseng ikut lewat twitternya LeutikaPrio dengan mencantumkan nama blogku kali ya, itu sih yang lamat-lamat kuingat, selebihnya aku tak ingat sama sekali bagaimana caranya aku ikutan event ini. Hihi..tapi seneng juga sih ada di daftar peraih bintang empatnya LeutikaPrio dan dapet voucher penerbitan Rp. 200 rb. Aih pas banget ini, mau nerbitin buku, dapet voucher 200 rebu, kata guru bahasa Indonesia, pucuk dicinta ulampun tiba..hehe..
Eh, tapi penghargaan inipun seharusnya melecutkan semangat untuk terus berkarya lagi. Nulis lagi, posting lagi, berbuat banyak lagi yang bermanfaat. Di dinding kamar flat udah banyak tuh tempelan lomba-lomba penulisan, tapi belum satupun yang kelar ahaha...ayooh cerumuts.

 

Iyaaaah mari cerumuts!!!

 

Glasgow, 7 Oktober 2012
http://www.leutikaprio.com/berita/1208162/pengumuman_leutika_reads_your_blog

Jumat, 05 Oktober 2012

Bilangan Tak Terhingga

Bilangan Tak Terhingga
Bilangan tak terhingga,

Tentu bukan terdefinisi ada pada suatu titik, karena ketidakterhinggaannya itu sepertinya masih berproses, tak terhenti, tak berhingga.

Bilangan berapa? tidak tahu. Siapa yang tahu.

Apakah bilangan tak terhingga itu bisa disebut sebuah puncak? Bila aku mempunyai rasa. Kemudian rasa tersebut ditambahkan, dikalikan, dijumlahkan lagi, lalu dikalikan lagi. Tak terhingga

Aku memasuki bilangan tak terhingga,

Bila ada rindu yang mendesak-desak tak pasti, kemudian dia ditambahkan, dikalikan dengan rasa itu sendiri kemudian dikalikan satuan waktu, satuan jarak? apakah  dia menjelma menjadi bilangan tak terhingga? Atau justru kemudian dia bergerak mendekati titik nol. Seharusnya hasil perhitungan tersebut mendekati bilangan tak terhingga, bukan mendekati ketiadaan bilangan nol.

Tapi rasa, apakah mampu diterjemahkan dengan begitu lugas dengan matematika? Dengan model prediksi? Dengan model bayesian? Ataupun analisis spasial? Semua menjadi mentah. Kadang.

Rindu yang basi, apakah ia menjelma menjadi bilangan tak terhingga atau justru menjadi NOL?

Puncak dengan ketiadaan ternyata dekat.

Lebih dekat dibandingkan titik ketinggian dengan puncak, ataupun titik kerendahan dan nol. Mungkin.

Bilangan tak terhingga ~

Mungkin pertanda ketidakmampuan matematika menjamah ranah sebuah proses, yang terus berlangsung, dikalikan, dijumlahkan, terus..dan terus..

Bilangan seharusnya mampu berhenti dan mendefinisikan dirinya. Aku angka tujuh, kata angka tujuh. Aku seratus sepuluh, aku sepuluh ribu. Kata yang lainnya.

Tapi bilangan tak terhingga,

Berpasrah menjalani proses, dalam ketidakberhingaannya. Anggun dan Misterius.

Cinta. Rasa.

Mungkin serupa bilangan tak terhingga.

Mari menambah cinta, kasih, mengalikannya, menambah dengan waktu, tak apa dengan jarak. Menjalani proses ketidakberhinggaan.

 

Glasgow, 5 oktober 2012 05.30 am

Kamis, 04 Oktober 2012

Benci

Benci

Benci.
Kata dan rasa itu dulu terasa asing, hampir tak terkenali. Tapi entah kenapa sepertinya rasa itu mengendap-ngendap di seberang jalan, melintaskan diri, berkelebat lalu pergi lagi. Tapi aku sempat mendeteksi keberadaannya. Yang sebelumnya tak pernah ada dalam radarku. Sama sekali tak pernah.
Karena dunia berwarna putih, biru, ungu atau merah jambu, tapi tak pernah menjadi hitam. Dunia versiku dulu.
Namun usia, peristiwa, dan rasa telah mengantarkan pada berbagai lintasan hidup. Dunia bukan hanya putih atau bahkan hitam, mungkin pula abu-abu.
Mungkin selain katalog warna, telah banyak pula mencicipi katalog rasa. Setiap rasa ada takarannya, berapa kau taruh porsimu dalam rasa yang kau pilih itu.
Kala takaran-takaran tersebut melampaui porsinya, kemudian berbenturan dengan katalog rasa lainnya, mungkinkah ia beralih rupa?
“mba, coba deh buka twitterku. Sadis yak?” seorang sahabat mengirimkan BBM padaku. Dan saat membuka twitternya, ada twittnya :
emang baiknya kamu masuk calls blacklistku #####” diakhir twitt, dia mention akun orang yang dimaksud.
Apakah rasa benci yang telah dipilih sahabatku tersebut?
            nggak perlu kayak gitu juga kali, dulu kan kamu sayang sama dia” demikian kataku.
Walaupun aku mengerti mengapa sahabatku ini mengambil sikap demikian, namun tak juga membuatku bisa mensetujui sikapnya tersebut. Dia tengah menjalani proses dari lovers turn into stranger. Sepertinya terdengar mengerikan. Tapi bukankah ada puluhan kejadian yang serupa demikian? Bertebaran di sekitar kita, di sekitarmu, di sekitar kalian.
Benci,
Aku memikirkan kata itu.
Apa sebenarnya di balik rasa “benci” itu? Mengapa manusia bisa merasa benci dengan manusia lainnya.

Benci,
Benci bisa saja alihan rupa dari sebuah cinta yang meluber porsinya.
Benci bisa saja ketidakmampuan menerima kenyataan bahwa kita salah memilih pilihan yang kita ambil.
Benci bisa saja bukan karena ketidaksukaan pada sesuatu. Tapi efek dari ketidakbolehan menyukai sesuatu/seseorang.
Benci mungkin saja tameng yang kita buat sendiri untuk menutupi rasa sakit yang tak tertanggungkan.
Benci mungkin juga ketidakberanian untuk menerima bahwa kita mungkin salah.
Mungkin,
 
Benci
 
Aku mungkin sekarang mengenali kata dan rasa “benci” itu.
Tapi masih tetap tidak ingin memilih katalog rasa itu. Itu saja.
 
Glasgow, 3 Oktober 2012. 10.45 pm.

Rabu, 03 Oktober 2012

Asing



Asing
Aku menitik peta, aku, kamu, dunia. Aku menyeberangi lagi waktu, sepuluh tahun lalu, dua puluh tahun lalu, menata-nata kejadian, ada dimana dan apa. Melesati lorong waktu, mencari-cari jawab antara arah, ruang dan waktu. Namun tetap saja terasa asing.
Kita mengasing satu sama lain. Duniaku dengan ruang, waktu serta kejadiannya sendiri. Memintal ceritanya sendiri.
Asing.
Aku kemudian menarik lagi garis-garis waktu. Ada dimana kamu? Dengan dunia macam apa? Cerita macam apa yang kau pintal?
Asing.
Kita adalah dua buah himpunan yang tidak mempunyai irisan.
Kau , bukan alasan yang bisa membuatku tersenyum, melangkah, berkarya. Karena kita asing.
Kau, mungkin semacam makhluk ruang angkasa bagiku yang masih diperdebatkan keberadaannya
Kau, mungkin salah satu dari puluhan orang-orang yang berjalan di seberang jalan, di pertokoan, atau di jendela bus yang melintas di depanku. Asing di mataku, apalagi hatiku. Mungkin engkau melintas di salah satu terminal, atau stasiun, namun bergerak dengan tujuan kita masing-masing, tak saling menyapa apalagi bertukar canda.
Asing.
Kita bergerak dalam ruangan dan dunia masing-masing tanpa saling bersinggungan. Tak ada sms, email, chat YM, skype yang ada namamu dan namaku. Engkau anggota himpunan di luar semestaku.
Asing.
Dulu,

Karena lalu entah kenapa himpunan kita saling mengiris,
Untuk sebuah alasan apa?
Entah

Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara milyaran manusia
Dan ku bisa dengan radarku menemukanmu

(Ost. Perahu Kertas)

 
 
Glasgow, 2 Oktober 2012

Senin, 01 Oktober 2012

Tidak Tahu

Tidak Tahu
Kenapa saya cinta Jogya? Mungkin karena kota itu penuh dengan campuran aura tradisional dan modern, hingga menjadikannya terasa istimewa. Mungkin karena makanannya yang maknyus dan selalu membuatku rindu, gudeg, sate klatak, bakpia. Atau mungkin karena karakter penghuninya? yang sumeh dengan bahasa jawanya yang membuat hati saya tentram. Mungkin juga karena di sanalah saya bertemu banyak sahabat-sahabat yang memberi arti hidup, banyak peristiwa yang terlah terjadi? Mungkin, karena selebihnya, saya tidak tahu.
  
Kenapa saya cinta gerimis? Mungkin karena harmoni suaranya menentramkan jiwa, mungkin karena baunya di tanah basah, mungkin karena menyejukkan, atau karena menciptakan suasana tersendiri saat gerimis rintis meliris manis. Selebihnya, saya tidak tahu.
 
 Kenapa saya suka senja? Mungkin karena romantis dengan matahari yang meredup hampir angslup, meronakan langit dengan semburat kemerahan. Mungkin saja karena saat senja adalah saat jeda antara siang dan malam, menjadikan keduanya saling menyadari keberadaannya. Selebihnya, saya tidak tahu.
  
Kenapa saya suka bintang? Mungkin karena kerlipnya membuat saya jatuh hati, mungkin keintimannya dengan malam yang membuat saya betah memandanginya. Mungkin juga karena letaknya yang tinggi, seperti impian-impian yang hendak saya gapai. Selebihnya saya tidak tahu.
 
Kenapa saya cinta kamu? Mungkin karena engkau pandai mencuri hatiku, mungkin karena telatenmu, pintarmu, pedemu, jenakamu, cerewetmu, romantismu, gantengmu. Selebihnya saya tidak tahu.
Sungguh saya tidak tahu.
 
 
Yang saya tahu, saya mencintaimu.
 
*tulisan gombal menjelang tidur, saat malam sudah menua, dan kepala butuh jeda dari materi yang harus saya baca..ahaha..;p
 
Glasgow, 1 Oktober 2012. 00.45 am.