Hujan tengah mengguyuri langit Purwokerto kali ini,
memang hampir tiap sore hujan selalu saja menghampiri kota ini. Secangkir kopi
dan pisang goreng menemani saya sore ini di ruang baca, kebetulan hari ini
pulang agak awal dari kampus. Minggu ini masih belum aktif perkuliahan, jadi
masih agak santai. Beginilah hidup saya sekarang ini, sepulang dari Glasgow, yakni
kembali ke dunia kampus.
Ah iya, saya ingin bercerita tentang si tukang kulkas
yang datang ke rumah hari selasa kemarin. Ceritanya kan pas hari minggu lalu
saya membeli kulkas, karena repot euy nggak ada kulkas. Susah kalau belanja
bahan makanan, cepat kondisinya nggak bagus kalau tidak segera disimpan dalam
kulkas. Nah, setelah cocok tipe, warna, dan harga, akhirnya saya pun membeli
kulkas di sebuah pusat kebutuhan rumah tangga di Purwokerto. Ternyata yah,
pelan-pelan ngisi perabotan dan menata-nata semuanya seru juga yah. Beda banget
rasanya dengan pas ngekos atau ngontrak. Sekarang rasanya bebas menata
ruangan-ruangannya sesuai dengan keinginan. Yang nggak bebas duitnya sih
hahahah lumayan juga pengeluaran untuk memulai semuanya.
Kata si pegawai tokonya kulkas akan diantar ke rumah sekitar
2 hari, katanya sih karena banyak pesanan. Okelah, tidak masalah menunggu
hingga dua hari. Makanya saya agak kaget ketika ada telpon di hari senin dan
mengatakan kalau yang mengantar kulkas sudah sampai di depan rumah. Wiw cepet
juga! Saya buru-buru melajukan sepeda motor pulang ke rumah. Untung saja
hanya sekitar 15 menit saja dari kampus ke rumah. Begitu sudah mendekat, mobil
pengantar kulkas sudah keliatan di depan rumah. Kemudian masuklah si tukang
pengantar kulkas itu ke dalam rumah. Dalam keadaan memanggul kulkas yang
segede gaban itu, si tukang terlihat melihat lihat kondisi rumah, matanya menengok
ke sana kemari. Nggak mencurigakan sih saya kira, cuma si tukang terlihat
mengamati kondisi rumah. Sambil membuka kardus, si tukang kulkas tadi bertanya,
“Masih
sendirian ya mbak?” kayaknya si tukang kulkas tadi mengira demikian soalnya
rumah kosong, dan baru setelah ditelpon, saya pulang.
“Iya
pak,” jawab saya singkat , sembari menunjukkan tempat dimana si kulkas tadi
ditaruh.
“ Udah
mapan begini, masih sendirian. Pasti targetnya tinggi ya mbak?” lanjut
pertanyaan si tukang kulkas tadi. Tentu saja maksud “targetnya tinggi” itu
kriteria si calon pendamping. Eaa..ahaha bayangkan si tukang kulkas yang baru
ketemu beberapa menit lho, bisa komentar demikian. Welcome to Indonesia!
“Ah
enggak pak, biasa saja. Masih disuruh sabar,” jawab saya diplomatis *tanda-tanda
sudah sangat terbiasa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang serupa ahaha.
Si tukang kulkas itupun usai meletakkan kulkas sesuai
dengan tempatnya, dan merapikan kardus-kardusnya, masih sempat melihat
sekeliling ruang tengah rumah saya. Matanya mengamati foto wisuda S2 saya.
“ Ini wisuda
pas apa mbak?” dan si tukang kulkas itu melanjutkan pertanyaan demi pertanyaan.
Karena kesannya si bapak bapak tukang kulkas tadi polos lugu dan tidak terkesan
nyinyir ataupun nyebelin, saya tetap menjawab pertanyaan-pertanyaan si bapak
tadi dengan biasa saja.
Begitulah fenomena yang biasa di Indonesia, si para
perempuan belum menikah pasti pernah mengalami hal-hal yang serupa ahah.
Seringnya saya sih bereaksi santai saja, kecuali ada beberapa yang terasa annoying, pun saya tanggapi dengan “lebih
santai” lagi. Tiba-tiba saya bayangin, hihi saya dalam posisi masih pengen
menikah lho, coba orang-orang tadi tanya ke temen saya yang emang belum mau menikah.
Gimana coba kalau dia jawab : “ lho saya
emang belum mau menikah kok”
Pastilah gubrak yang tanya ehehe.. Teman saya itu orang
Indonesia kok, bukan bule. Dia belum mau menikah sebelum dia jadi professor. Well, it’s her choice anyway.
Kayaknya memang sendirian di usia sebegini dianggap aneh
oleh sebagian banyak orang. Reaksi yang sama seringkali saya jumpai dari
orang-orang yang tahu saya sekarang menempati rumah sendirian, di daerah sepi,
deketnya sawah pula. “yang bener kamu sendirian?” “Kamu di sana ditemani siapa?”
Begitu pula kalau ada teman ketemu pas saya lagi makan di
luar sendirian, “Kok sendirian?” “Sama
siapa?”
Well, padahal saya sih santai santai saja. Kadang makan
di luar sama teman sekantor, atau kalau nggak lagi pas jadwalnya, saya juga
nyaman-nyaman saja makan di luar sendirian. Apa anehnya sih?
Eit, sendirian bukan berarti kesepian lho ya. Orang bisa
kesepian di keramaian, ataupun saat dia dikelilingi banyak orang, bahkan bisa kesepian
dalam pernikahan.
--
Sementara itu beberapa saat kemudian,
“ Kalau
bisa sih, kulkas langsung ke sumber listrik saja, dan sambungan diambil dari
sumber colokan lain dan magic jarnya ngikutin sambungan.
“Atau
beli T, yang merk ***** tuh yang bagus. Yang model ada kantung buat colokannya
ya supaya kepala jacknya tidak gerak-gerak, karena kalau gerak gerak bisa
menghasilkan bunga api dan bahaya. Jangan beli yang model gini..”
.lalu srruut beberapa gambar terkirim..
.lalu srruut beberapa gambar terkirim..
Saya nggak harus kasih pengumuman kan kalau saya tidak
sendirian? Hihiih..karena kehadiran tetap bisa terasakan walaupun belum bisa
bersama di tempat yang sama.
Salam,
Purwokerto yang masih diguyur hujan