Aku benci aku kalah tanpa peperangan yang gigih, hanya karena aku tidak tahu senjata apa yang harus kupakai, siapa yang harus kubunuh, siapa yang harus kubuat menyerah..dan tiba-tiba menemukan diriku kalah……..Mars, The God of War, kali ini kau harus memaafkan dirimu sendiri. (22.53)
Sepasang mata hitam granit, dan seketika takdir jatuh
Namun lantas lepas dari genggaman
Dibawa pergi riak air sungai Tiber
Dilarikan bandara kecil Ciampiano
Dilupakan waktu
Tapi seperti lembaran serat kalatidha
Melantunkan sesulihan, menonggak kisah masa depan
Sajak berikutnya masih bertanda koma
Kuncup mawar sepertinya telah mekar
Semerbaknya tertangkap urat saraf olfactoriku
Menggerakkanku mengejar takdir
Yang sempat terlewatkan
Tunggu
10.11 am. 17 maggio09
Saraf olfactori : sel-sel pembau yang berhubungan dgn urat-urat syaraf menuju otak
Serat kalatidha : buku/kitab yang ditulis pada abad ke-19 oleh Raden Ngabehi Ranggawarsita yang memuat wawasan kesejarahan dan sering dipandang sebagai buku ramalan sejarah jawa.
Rasanya sesak melihat deretan bangku dan kursi kosong tempat kita semua biasanya makan bersama.Harusnya aku memilih untuk makan di luar saja, daripada harus makan di ruangan yang telah kalian tinggalkan.Benar sekali kata Fanny, lebih baik kita berpisah dengan orang sekaligus dengan tempatnya, karena bila masih berada di tempat yang sama saat orang-orang sudah meninggalkan kita, rasanya amat menyesakkan.Deretan bangku kosong itu bercerita bahwa biasanya walaupun dengan aba-aba formal sebelum dan sesudah makan, tapi kita selalu bisa menikmatinya. Disana kita biasa ngobrol, berceloteh tentang apa saja, kita pernah dinesu-nesuni para brimob yang marah dengan tingkah kelas kita yang kadang telatan dan“terlalu kreatif “merubah jadwal (remember that moment? ehehe)
" Kalian tau, jam berapa seharusnya makan siang!!!, memang ada virus di kelas ini!kalo dibiarkan terus menerus akan menular ke semua orang!" ihihi gitu marah-marahnya si Brimob-brimob itu.
- Deretan bangku-bangku tempat makan kita-
Namun kemarin siang, deretan bangku itu kosong, tak ada lagi kalian. Memandang deretan bangku-bangku itu menghadirkan rasa sentimental tersendiri, seperti ada yang telah pergi dari dalam hati. Aku, Fanny dan Irma terlarut dalam rasa kesedihan mendalam sesudah makan siang, dan tak kuasa menahan bulir airmata yang mencoba menuntaskan rasa, Sebuah rasa kehilangan teman-teman seperti kalian semua, yang telah menjadi keluarga besar kelas A. Sesuai makan siang, kami kembali ke lantai 1 sambil menunggu travel yang akan membawa kami ke Purwokerto jam 2 siang, tapi saat menuruni tangga menuju lobi lantai 1, yang terlihat adalah kursi-kursi kosong tempat kita biasanya berkumpul dengan aktivitas kita masing-masing.
- Lobi kelas kita, tempat kita biasa berkumpul-
Biasanya ada yang duduk leyeh-leyeh membaca koran, berfoto-foto narsis (kelas kita adalah kelas ternarsis bukan?), berlatih senam poco-poco dengan bimbingan si mahaguru poco-poco mas Hendri (pake G) yang membawa kita sebagai juara 1 poco-poco ehehe (inget yel-yel kita “Go Go A...Go Go A.. U’U). Atau saat malam, kalian menghabiskan waktu bermain monopoli, pak Dono menyalurkan kemampuan memijitnya ehehe, atau makan bakso bareng-bareng. Bahkan malam sebelumnya sampai jam 1 dini hari sesuai inaugurasi, kita masih berkumpul mengungkapkan kesan dan pesan masing-masinng. Tapi kemarin siang, tak ada lagi kalian semua. Dan rasa kehilangan itu menyeruak begitu dalam. Tak akan mendengar lagi teriakan “Ayo kelas A..kelas A kumpul!!!”, mendengar ketokan pintu dan teriakan Fanny membangunkan kita semua. Aku kehilangan ritme. Sebuah proses normal saat-saat perpisahan, aku tahu. Tapi aku pulang membawa hati yang penuh dengan kenangan kalian semua. Kelas A yang super unik, dengan karakter kita masing-masing yang membuat kita saling melengkapi dan pada akhirnya tercipta sebuah kebersamaan indah. Kini memang tak harus berkumpul jam 5.30 pagi untuk senam pagi, minum teh sambil makan telor ehehe, nggak harus ikut kelas ataupun baris berbaris ala brimob, tapi semuanya akan terkenang dan tersimpan slalu. -kebersamaan kita-
Selamat kembali ke dunia masing-masing, selamat jalan, kawan!. Dunia membutuhkan tangan-tangan kita untuk terus berkarya dan menunjukkan prestasi. Aku bangga dan beruntung bisa mengenal kalian semua dengan potensi, kualitas dan personalitas yang luar biasa.
Semoga jalur hidup di masa mendatang akan membawa kita semua berkumpul lagi! Miss U all...