Sabtu, 14 Februari 2009

Persembahan Atas Nama Cinta

PROLOG

Seiring gugusan mendung yang menggelayuti langit Semarang senin itu

Kami datang membawa sejuta warna pada awalnya

Mengulas senyum tanpa makna, tanpa kata

Memandang penuh prasangka, menyipit menyelidik

Kita berkumpul dalam batasan raga, tapi menyendiri dalam hati

Namun waktu telah membimbing dalam kesahajaannya

Melahirkan benih persahabatan, mengait tali-temali hati antara kami

Ooi..dalam senyum jenaka kita bercanda

Kandaskan penat, mengusir kantuk, sejuki jiwa

Menawarkan seuntai kasih tanpa syarat

Ooi…dalam celoteh cerita, gelak tawa, dan senyum bahagia

Membaurkan warna-warni yang berbeda

Menyatu dalam sebuah kebersamaan tak berhingga

_________

Diioooooono, Bayi Millenium, orok montok berotak genius

Amelia, dokter ayu bermata sendu

Ruli, Dosen arsitek nan centil, plus gaul abis

Mas Boi-Ustadz “rasa kombinasi”, bijak, lutju dan berwibawa

Siwi, si petualang hidup yang terus mengejar mimpi

Pak wisnu, Kepala suku yang luar biasa.

Yorra, Bu dokter yang jelita

Perempuan-perempuan tangguh, Aida, Bu Anis, Bu Diana

Hendri pake G, si mahaguru poco-poco

ST 12, spesies unik penikmat cinta fitri

Mas Rifki, Calon rektor undip yang cool dan sistematis

Mas widi, Bapak muda gaul, si jagoan videografis

Pak andi,Dosen fisip yang tidak politis nan kalem

Dik Dian, Adinda imut yang paling manja

Pak Ayub, Orator ulung, ahli hukum yang idealis

Vio, si tukang motret nan fotogenik

Eva, ibu yang lemah gemulai

Irma, si rapi jali

Nisa, si tukang pengarsipan

Pak Arif, si pujangga eksentrik

Pak Asmoro, pengikut kaum narsisme

Fanny, si dokter gigi tukang gedhog pintu

Windy, si ahli ice breaking pengisi waktu

Dr. Vitri, sekretaris handal kita

Ibu Esti, si putri solo nan gemulai

dr. Fitri, putri jogya

Mba Ayu, wanita mandiri yang murah senyum

Mba Sri, si ahli matematika

Pak andy Moorad, sensei jepun kita

Mba Diah, perempuan energik berotak cerdas

Heni, dosen kalem nan cantik

Lia, perempuan lemah lembut

EPILOG

Atas nama cinta yang telah lahir di antara kami

Hingga menceraikan perbedaan, mengusir jauh keegoan diri

Menepikan kepentingan pribadi

Rasanya baru kemarin, hati kami berpaut

Kini, keceriaan, canda tawa dan kesenyawaan hakiki

Akan segera terpisahkan oleh jarak, menunggu ujian oleh waktu

Semoga tak lekang tiap kebersamaan yang terekam

Yang telah terukir dalam hati

Kawan, terimakasih

kita telah menjelma sebagai sebuah persenyawaan indah

Yang saling melengkapi, mengisi dan menghiasi hari

Senyummu, gelak tawamu, candamu..kan kurindu slalu, Sahabat…

Walau kini kita akan segera melangkah pergi

Kembali tenggelam dalam dunia yang kita geluti

Tapi, pautan hati kita

Akan terkait dalam abadi, sekarang dan nanti!


LPMP, 10.02.2009.11.57
(By Siwi Mars UNSOED-Arif Hidayat UNNES)

(Naskah Lengkap- dibacakan pada malam inaugurasi Prajab 2009, 12.02.2009)

Rabu, 11 Februari 2009

Isyarat Kegamangan

Bulir air hujan malam ini berteriak dalam diam

Bertanya kemana ia akan dijatuhkan

Sahdunya yang menduakan

Dilemanya yang membutakan

Membiaskan pesona yang telah menggelapkan nurani

Hingga kutampik setengah hati

Mengerjap tersenyum dan berbalik diam mengatupkan penjelasan

Merajuk hati berdamai lagi

Bilakah ia mau setuju, untuk kesekian kali

Hingga ia mendengar cerita si bangku tua

Tentang dua orang yang duduk bersama

Dengan tatapan mata penuh rasa

Tapi menyerah akan batasan pada akhirnya


Bangku Koridor LPMP. 8.febbraio.09 22:06


(Dibacakan pada lomba puisi, Prajab 2009. 11.02.09)

Jumat, 27 Juni 2008

Siamo L'arcobaleno nel Cielo di Perugia


-- La poesia per tutti i miei amici a Perugia--

Sono blu, dal punto lontanissimo
Ho cercato il rosso, giallo, verde, la viola..
Adesso, ho gia trovato
Incontriamo diventare L'arcobaleno nel cielo di Perugia
Dopo la pioggia
Alla tranquilla sera quando il cielo è calma
Scintilliamo per un breve tempo
Ma luminoso, splendido, straordinario
La nostra amicizia a Perugia come L'arcobaleno
Incontriamo solo per tre mesi
Ma per me, era una cosa meravigliosa
siete entrato nella stanza del mio cuore
Adesso ha gia chiuso, non posso mai trovare le chiave per aprire
Quindi, rimanerete per sempre
Nel mio cuore
In futuro, la vita passerà
Il tempo correrà
e l'ambiente sara diversà
Ma, il cielo sempe mancerà l'arcobaleno
Aspeterà che l'arcobaleno luminosa
Ancora!

-- Grazie per tutti i miei amici a Perugia
Per un dolce e grande amicizia. Tutto che abbiamo passato era una grande esperienza nella mia vita
Non dimencare mai..Ritenerò i vostri sorissi dentro di me...
La gioa..la felicita..l'amicizia..
Grazie e arrivederci.
Ci vediamo un giorno!


Jumat, 06 Juni 2008

Perugia, Sore itu...

Perugia, Sore itu...
Bau tanah basah Perugia ditinggalkan hujan sore ini
Mengais sebuah kisah manis yang akan tersimpan di setiap portanya
Hatiku menyisakan sebuah ruangan yang kuiisi dengan setumpuk cerita
Perugia dengan Pinturrichionya
Dengan pantai scallete yang pernah kudihinakan dalam agama
Fontana Maggiore dengan keanggunannya memusatkan kota
Duomo dengan hati seorang pastur yang tengah resah menentukan langkah
Gallenga yang telah tertambatkan sebuah prasasti eksistensiku disana
Ada banyak senyum sahabat yang kusimpan disini
Menyisakan tanya pada rintis hujan
Akahkah dalam waktu yang diberi kesempatan meneruskan detiknya
Masih ada sebuah tali yang menjembatani hati diantara kami

Selasa, 13 Mei 2008

Bejana Artifisialku

Bejana Artifisialku
Kami bukan air yang mengalir dari sungai yang sama..
Tapi ada laut yang dengan rendah hati menunggu kami di penghujung
Dan mungkin akan mengalunkan arus yang sama
Suatu hari..
Yang tidak diketahui siklus air kapankah menguapkanku
Menuju ke dunia lain, dimana segala warna mencoba membutakanku
Dan angin mengabarkan mimpi-mimpi dari seberang
Dan sebuah bejana artifisial menampungku sesaat
Memenuhi cangkirku dengan segala rasa yang pernah diciptakan manusia
Memaksaku mencecapi renjatan-renjatan penuh pesona hedonisme
Memaknainya dengan kerja syaraf-syaraf kepalaku
Menyelami apa yang ada dibalik kacamata orang-orang itu
Befana artifisialku..
Memberikanku sejuta pembelajaran dan jawaban

Piazza Danti 21 01.30

Rabu, 30 April 2008

Hatiku Berkhianat...

Hatiku Berkhianat...
Aku benci saat hati tak mendengar apa kata kepalaku..
Ia beringsut..berbicara sendiri.
Aku tak ingin mendengarkannya
Tapi peperangan ini membuatku mengawang tak pasti
Menyetujui apa alur rasionalitas kepala, atau bisikan hati?
Huff..
Kehilangan kendali atas hatiku, mengancam ketentramanku
Terlintas kata bijak seorang teman..
"Berdamailah dengan hatimu!"

Per:Y.N

Selasa, 22 April 2008

Vietato Innamorare...

Vietato Innamorare...
Aku ingin melihat apa yang dia lihat di balik kacamatanya..
Dunia antah berantah yang tak tersetuhkah?
Apa ia punya syaraf rasa, yang getarnya dikenali oleh hati?
Atau memang ruang itu hanya untuk Tuhan-Nya
Aku tergerak bertanya..
Apa yang meneguhkan hati untuk berjalan lurus di rumah Tuhan-Nya
Ah, con lui..vietato innamorare..

-Pallazo Gallenga, aulaVII,21 aprile'08-

Kamis, 28 Februari 2008

Gombong, Sono Innamorata!


Gombong, Sono Innamorata!


(1996-2008)




Sudut-sudutnya yang diam, nampak enggan kunamai prasasti

Walau sudut mataku tak jua bisa lepas pergi


Tiap kali lintasan peristiwa itu


Seakan menarik tuas mesin waktu


Enggan melepaskan masa lalu..


Melahirkan segurat senyuman di sudut bibir


Dan menyimpan cerita cinta yang sumir


Dentuman gelora sang pujangga yang kucinta,


Namun lekang seiring mati impiannya, kini.


Atau..Ketukan lain bagi jiwaku yang asing


Dari lelaki sipit dari antah berantah


Meninggalkan tapak pasti dalam hati


Terakhir..


Gurat merah bersemu di wajah si pemalu berjeans biru


Menyampirkan cerita manis membeku


Tanpa kata, sirna waktu


Semua desir, degup dan residunya masih kuhirup


Sama,


Gombong, Sono Innamorata…


Masih!


On the way Jogya-Home 15 Feb’08