Heuuu indah yaaaah...betah kalau hijau hijau damai beginii |
“Mereka
nanya nih, yang menarik dari Edensor itu apa? Katanya cuma desa lho,” kata Mas
Basid. Kami tengah menyusun rencana akhir pekan ini. Rencananya kami,
rombongan Glasgow akan ikut Kibar Summer Gathering di Markfield. KIBAR
(Keluarga Islam Britania Raya) itu semacam perkumpulan muslim-muslim se-UK.
Biasanya diadakan semacam Gathering tiap tahunnya. Nah, kali ini akan diadakan
di Markfield, Leicester. Lokasinya memang cukup jauh dari Glasgow, dan biaya
transportasinya, baik menggunakan bis ataupun kereta tergolong mahal, plus
jalurnya nggak ada yang langsung. Maka dari itu, kami di Glasgow akhirnya
menyewa mobil untuk ke sana, karena dihitung-hitung lebih murah, fleksibel dan
nyaman. Sudah jauh hari, ada misi terpendam untuk mengusulkan mampir ke Edensor
ehehe. Karena setelah dilihat lokasinya, Edensor hanya sekitar 1 jam dari
Markfield, jadi setelah selesai acara bisa mampir ke Edensor.
“ Iyah memang cuman desa. Tapi
pengin banget ke sana. Itu kan terkenal banget di bukunya Andrea Hirata. Sebentar
juga nggak apa-apa,” rajuk saya ahaha. Soalnya sebagian yang lain lebih ingin mampir
jalan-jalan ke Sheffield (inget kan Universitasnya Si Ikal Andrea Hirata di
Sheffield Hallam University?). Tapi setelah rajuk merajuk ahaha, akhirnya deal
mampir ke Edensor kemudian lanjut ke Sheffield yipieeee!
Terkadang memang
begitu, ada tempat-tempat yang mungkin biasa saja namun tetap saja pengen
menginjakkan kaki di sana. Edensor, kalau tidak karena buku ketiga Tetraloginya
Andrea Hirata pastilah tempat itu tidak seterkenal sekarang di Indonesia.
Gara-gara buku itulah sepertinya Edensor menjadi destinasi impian para
pembacanya tetralogi Laskar Pelangi, termasuk saya hehe. Saya dulu sangat
maniak dengan karyanya Andrea Hirata tersebut, keempat bukunya saya baca habis
bahkan berkali-kali baca ulang tanpa merasa bosan. Saya suka gaya bertuturnya,
diksinya, alurnya. Maka dengan hati berbunga-bunga saya menghitung hari menuju
Edensor.
Dibilang mainstream? Ehehe
saya nggak terlalu peduli apa lokasi wisata saya tergolong mainstream atau enggak. Banyak
para traveller yang sekarang menghindari tempat-tempat mainstream lalu mencari
tempat-tempat lain yang non mainstream. Bagus juga sih, buat inspirasi
tempat-tempat travelling baru eheheh. Bagi saya, mainstream atau non mainstream
nggak terlalu penting, yang terpenting saya memang pengen ke sana, titik.
Seperti halnya tempat wisata mainstream lainnya seperti Menara Eifel Paris,
Keukenhoffnya Belanda, Santorini-nya Yunani, Capadoccia-nya Turki, saya tetap ingin
mengunjunginya. Kadang kala memang hidup itu tahu apa yang kau inginkan,
tentang selera orang lain bukan hal yang harus dirisaukan bukan? Hihih.
Doakan perjalanan
menuju Edensor lancar yaa..masih menghitung hari. Sudah tak sabar lagi untuk
bilang : “Sure lof, It’s EDENSOR!”
3 June 2014. Musim panas Glasgow yang hari ini langitnya mendung.