Semalam saya liat postingan
sahabat baik saya di wall ayahnya, mengucapkan selamat ulang tahun dengan
tautan lagu “Yang Terbaik Bagimu”. Saya tiba-tiba ingin mendengarkan lagu itu,
dan kemudian ada rindu menyeruak. Rindu bapak.
Lelakiku itu, hampir lebih
dari dua tahun tidak bertemu muka, walaupun sering kali menyapa lewat bbm
ataupun video call via skype. Tapi memang hadir dalam nyata selalu saja
menghadirkan perasaan perasaan yang berbeda. Saya jadi semakin menyadari,
distance is a matter..jarak tetap saja membatasi pertemuan-pertemuan yang
nyata. Walaupun kemajuan tehnologi membantu untuk bisa mengeliminasi
keterbatasan-keterbatasan jarak.
Saya merindui lelaki itu,
dan kemudian rasanya ingatan melintas menjelajah melewati tahun demi tahun yang
telah lalu. Saya mendewasa, dan ia semakin menua. Kadang kala kita ingin
menyangkal perubahan, tapi saya menyadari satu-satunya cara berdamai dengan
kenyataan adalah menerimanya.
Saya tetap dan selalu
mengagumi bapak. Mungkin semacam narsis di bawah sadar, karena saya merasa
sepertinya banyak mengcopy sifat-sifat beliau. Ada satu yang baru saya
sadari beberapa waktu ini. Saya menyaksi banyak perjuangan-perjuangan
beliau, bagaimana memperbaiki kehidupan keluarga, menyekolahkan anak-anaknya ke
jenjang pendidikan tinggi dan banyak peristiwa hidup lainnya. Kegigihan,
persistensi dan tidak pernah menyerah.
“Nanti pasti ada jalannya,” kalimat itu sering saya dengar kala menghadapi saat
saat sulit ataupun ketidakpastian.
Kalimat itu juga sering
beliau sampaikan pada saya kala dulu saya menapaki kehidupan dengan berbagai
macam peristiwa jatuh bangunnya kehidupan.
Hidup saya sejak dulu tidak
mudah, walaupun saya sangat sadar ada banyak kemudahan-kemudahan yang datang
dalam hidup saya. Hampir semua aspek dalam hidup saya, rasanya diperoleh dengan
perjuangan. Hidup saya penuh struggle, eh tapi mungkin memang tiap orang
struggle dengan kehidupannya masing-masing ya? Walaupun mungkin ada yang
naturally hidupnya lebih gampang dibandingkan lainnya..
Atau sebenarnya ini hanya
masalah perspektif belaka? Susah-berat-gampang? Memang relatif untuk setiap
manusia. Entahlah.
Tapi yang jelas orang tua
saya saja sering berkata: “sudah hapal kok, nanti pasti dikasih jalan,” begitu
kata mereka. Mereka hapal akan kesulitan-kesulitan yang sering kali menghampiri
hidup saya. Kadang-kadang itu melegakan namun juga mendatangkan sebersit rasa
bersalah. Karena mau tidak mau, orang-orang tercinta saya juga terkena
imbasnya. Ikut mikirin ahahah. Itulah makanya, sekarang ini saya lebih memilih
mana-mana yang harus saya ceritakan, mana mana yang harus saya selesaikan
sendiri. Saya tidak ingin lagi membebani mereka, walaupun sebenarnya mungkin mereka
tak pernah merasa terbebani.
Cinta, begitulah cinta
mengejawantah sedemikian rupa.
Saya kini baru tersadar,
selama ini orang tua saya memberikan kesempatan pada saya untuk
menghadapi kesulitan-kesulitan, tidak pernah memproteksi berlebihan serta jarang
memanjakan. Saya yakin setiap orang tua ingin yang terbaik untuk
anak-anaknya dengan pola asuhnya masing-masing. Dan saya bersyukur orang tua
saya memberikan kepercayaan pada saya dengan pola asuh yang demikian.
Membiarkan hidup menempa saya.
Nanti pasti ada jalannya,
Nanti pasti ada jalannya,
Nanti pasti ada jalan
dariNya,
Semacam mantri sakti pemberi
harapan. Mungkin itulah kenapa naturally saya lebih cenderung menganut konsep
optimisme dengan menggenggam harapan sebagai tenaga penggerak saya.
Dan saya tidak pernah jauh
jauh melihat contoh lain, bapak menjadi contoh hidup yang saya saksikan
perjuangannya.
Tapi saya juga menyadari
belakangan ini, hidup mencobai dengan banyak hal. Dan saya mendapati salah satu
pelajaran yang sulit adalah bagaimana membedakan saat kita harus terus berjuang
dengan kapan saat kita harus melepas. Kala jalan masih sulit..saya sering
berpikir mungkin kita harus berjuang lebih keras, mungkin waktunya belum tepat,
mungkin kita harus lebih banyak berdoa dan merayu Tuhan. Tapi sungguh
membedakan pertanda kapan harus terus berjuang dan kapan harus melepas menjadi
hal yang sulit untuk saya.
Melepas seringkali
berkonotasi dengan menyerah, dan menyerah merupakan kosakata yang jauh dari
hidup saya. Walaupun melepas berbeda dengan menyerah, saya tahu itu. Tapi
sungguh pelajaran pelajaran ini terus memperkaya lajur lajur hidup.
Saya lebih memilih
untuk terus berjalan berjuang, biar Tuhan nanti yang menunjukkan jalanNya,
Nanti pasti ada jalannya,
jalan dariNya.
Bapak.. semakin kuarungi hidup..semakin
aku tahu betapa hidup bukanlah hitam dan putih. Hidup bukanlah jalan yang
lurus-lurus saja, ada banyak kelokan, banyak persimpangan, banyak onak duri di
sepanjang jalan. Tapi hidup pula menganugerahiku dengan orang orang yang selalu
ada untuk menemaniku berjalan dan berjuang, membersamaiku menghadapi segala
macam perjalanan hidup.
Ah, saya merindui lelakiku
itu. Semoga senantiasa diberikan kesehatan dan umur panjang, bapak.
Salam rindu dari Glasgow
10 October 2015. Udara mulai mendingin, kala Glasgow senyap dini hari