Minggu, 18 Desember 2011

Christmas Party Lab

Tak banyak yang bisa kubayangkan tentang pesta natal, karena di Indonesia belum pernah menghadirinya sama sekali. Natal bagiku, identik dengan libur pada tanggal 25 artinya bisa mudik ke rumah, itupun kalau hari-nya pas, karena libur natal hanya 1 satu di Indonesia. Tapi disini? 2 minggu, dengan catatan : itu libur yang resmi, karena semenjak minggu awal Desember aura pesta sudah merebak dimana-mana. Di labku, CVR (Center of Virus Reseacrh), dari minggu pertama bulan Desember di ruangan library lantai 4 tempat biasanya semua staff, dan student makan siang sudah dihiasi pohon natal. Pengumuman tentang pesta natal tgl 15 Desember sudah disebar bahkan semenjak akhir november. Poster-poster pesta natal yang tahun ini bertajuk “ Camera, Light, Action” sudah ditempel hampir di setiap sisi gedung. Pembicaraan saat makan siang, atau saat santai di lab adalah tentang persiapan mereka mengisi hari natal, mulai dari kado, persiapan mudik ke negara masing-masing, dan rencana kostum yang akan dipakai pada pesta natal lab. Iyap, karena kami harus memakai kostum tertentu sesuai dengan tema film masing-masing. Begini aturannya, setiap lab (biasanya 1 dosen disebut satu lab, karena ia mempunyai beberapa mahasiswa PhD dan post doc) harus menampilkan atau berkostum sesuai dengan karakter di sebuah film natal. Dan serunya, setiap lab harus merahasiakan tema film mereka sampai pada saat acara mereka muncul dengan kostum karakter masing-masing. Aku sendiri bengong, karena tidak tahu film natal satupun.

Maka akhirnya Claire, rekan PhD-ku yang menyutradarai peran-peran kami. Yeap, kami akan meniru karakter-karakter di Film natal Christmas Carol. Ada beberapa karakter yang dibagi-bagi masing-masing kami yang keseluruhannya berjumlah 7 orang, termasuk supervisor kami, Alain Kohl. Hihi, serunya, supervisor kami akan berperan sebagai Miss Piggy. Oaaaah, tidak menyangka kalau beliau mau untuk “gila-gila”an. Maka kamis kemarin benar-benar hari yang seru dan menyenangkan. Jam 2 siang, masing-masing kami sudah bersiap-siap dengan kostum masing-masing. Aku dan Suzana (mahasiswa PhD asal malaysia) kebagian peran hantu. Wuiiiih hantuuuu...! saat melihat tokoh hantu di film tersebut, si hantu itu memakai rantai-rantai, maka kami membuat rantai warna warni kata kertas. Dan Claire menyuruh kami untuk berkostum berwarna. Jadi mikir, kami ini hantu atau pemain sirkus???ahaha...lagian,walaupun jadi hantupun, diriku tetap manis...wakakak piss..

Nah inilah pose kami sebelum show,

Lucu sekali melihat kostum-kostum peserta yang lain. Dan ternyata, ada 3 lab yang menampilkan film Christmas Carol, tadinya pesimis untuk bisa menang. Oh ya, ada penjuriannya. Jadi masing-masing lab bergiliran di foto dan dinilai kostumnya, lalu diumumkan. Dan kalian tahu??? Kami menaaaaaang...ahaha...kami semua bersorak, termasuk Alain yang dengan segera mengambil hadiahnya berupa satu kaleng besar coklaaaaat. Rupanya dia menikmati perannya sebagai Miss Piggy, memakai rok, wig dan topi serta hidung babi...hihi, sayang kurang satu polesan terakhir yang lupa, yakni polesan lipstik merah menyala ahahaha....

Oh guys, are you forget that you still have to finish your PhD?” katanya sambil becanda, mengancam kami karena mengerjainya.

Pesta yang menyenangkan, makanan dan minuman pun berlimpah ruah. Untuk makanan, paling aman untuk mencicipi berbagai jenis ikan, roti dan cascus (sejenis gandum) sampai perut kenyaaaaang. Inilah pengalaman pertamaku mengikuti pesta natal. Lumayan seru juga, walaupun kuperhatikan acara kumpul-kumpulnya orang sini sangat informal. Nggak acaranya sama sekali, maksudnya tak ada sambutan-sambutan atau semacam acara seperti bila orang mengadakan acara, runtut dari pembukaan sampai doa. Kuamati, hanya datang, ngobrol-ngobrol masing-masing dengan informal, makan dan minum. Begitu saja, sangat sederhana dan praktis. Tapi satu hal, ternyata mereka kalo sudah “gila” benar-benar gila ahaha, ditilik dari totalitas mereka mempersiapkan segala macam kostum demi acara tersebut. Ahaha, setiap budaya memang punya caranya tersendiri untuk mengekspresikan caranya berbudaya.


Rabu, 14 Desember 2011

Selamat Malam, Tuhan


Selamat malam Tuhan, aku ingin menyapaMu dan menyampaikan beberapa hal yang sangat penting padamu, jadi dengan tergesa-gesa aku mengetik dan menyampaikan ini padaMu.
Aku ingin berucap :
Terimakasih atas rejeki makan malam dengan ayam kuah soto hingga aku makan dua kali malam ini, Alhamdulillah kenyang dan cocok dengan hawa dingin ini.
Terimakasih sore ini dengan sukses kuterjang badai sehabis course, pertama kali di luar ruangan saat angin berhembus begitu kencang, hujan, gelap dan dingin. Tapi dengan begitu jahe susu yang kuseduh menjadi begitu nikmat kurasai sore ini.
Terimakasih kamarku cukup luas dan nyaman, hingga tepat menjadi surga kecilku selama tinggal di Glasgow.

Terimakasih pada senyuman-senyuman dari orang tak dikenal, yang sekedar berpapasan jalan.
Terimakasih pada orang-orang yang selalu ada di hati, membuatku tak merasa sendiri.

Terimakasih pada lagu-lagu indah yang menemaniku, nyaman dan menentramkan.

Terimakasih masih bisa terhubung internet yang menghubungkanku dengan orang-orang terkasihku yang jauh di tanah air.
Terimakasih pada...keberlimpahan yang Engkau berikan setiap waktu padaku,
Terimakasih pada detik ini hingga aku sanggup berucap syukur,
Terimakasih, kau beri rasa ngantuk...dan saatnya menginstirahatkan ragaku, agar kembali bugar esok hari.
Terimakasih, Kau pasti mengerti sebenarnya masih banyak daftar lagi yang bisa kutulis, tapi ingin kuberikan kesempatan bagi siapapun yang membaca tulisan ini, untuk membuat daftar mereka sendiri ehehe...
**Hidup penuh dengan kelimpahan, teman...bila kalian lupa, sepertiku yang “lupa” akan hal itu beberapa saat lalu, belum terlambat untuk ingat lagi..selamat merayakan hidup!
Salam cinta dan kasih dariku.**

Minggu, 11 Desember 2011

Bapakku, Ayah Nomor Satu Seluruh Dunia


--Untuk Bapakku, batu karang kokoh yang enggan menyerah, pengayom keluarga dengan kasihnya seperti kesejatian cinta matahari pada bumi--

Demikian tertulis di halaman persembahan tesisku saat aku berhasil menyelesaikan studi masterku yang membuat kebahagiaan membuncah dalam hatimu. Tapi, bagiku itu sama sekali tidaklah cukup. Perlu ribuan penghargaan dan kebahagiaan yang ingin kupersembahkan untukmu, bapak. Bagiku, engkau seorang lelaki sederhana yang telah mengajariku hidup. Yang kini mulai renta karena usia, namun tak pernah sedikitpun semangat tercerabut dari jiwamu. Rambutmu yang perlahan mulai memutih, gigimu yang telah mulai tanggal, obat yang harus engkau minum setiap hari karena penyakit Diabetes militus yang engkau derita. Tapi tak ada yang berubah dari jiwamu, jiwa yang penuh semangat, penuh warna untuk mengisi hidup dengan harapan dan impian.

Aku masih ingat pak, engkaulah yang pertama kali mengajariku membaca dan menulis sebelum masuk TK sehingga dengan berbangga hati aku telah bisa melakukannya sedangkan murid-murid yang lain baru mulai belajar. Kini ternanam obsesi kuat dalam hatiku untuk menjadi seorang penulis besar. Aku ingin suatu saat di beranda rumah joglo kita yang asri, engkau dengan bangga membaca namamu yang tertera di halaman persembahan sebuah buku yang kutulis. Darimu, aku belajar mengarungi hidup dan belajar untuk percaya pada setiap impian-impianku. Dan dengan tekad yang baja, usaha keras serta berdoa kepada-Nya, tidak ada hal yang tidak mungkin. Karena didikanmulah, aku tidak pernah merasa rendah diri walaupun aku hanya seorang gadis kampung dari sebuah titik di peta yang mungkin tak pernah dikenal orang. Tapi impianku melesat-lesat hingga pendidikan tinggi telah kurampungkan, negeri impianku, Italia telah berhasil kujejaki. Dan siapa tahu nantinya akan lahir seorang professor dari desa kecil yang telah sepi menjelang jam 8 malam, anak dari seorang laki-laki yang dulu hanya guru SD dan istrinya yang hanya tamatan SD. Berangkat dari sebuah ketidakmungkinan menurut pendapat banyak orang, tapi tidak bagiku! Karena aku bertumbuh dengan pengayom besar sepertimu. Percayalah pada mimpi-mimpimu, maka seluruh jagat raya akan membantumu untuk mewujudkankannya. Mungkin bila engkau mengenal Paolo Coelho yang mengarang The Alchemist dan mengatakan hal itu, aku yakin engkau akan menyetujuinya.

Bapak, aku mengenalmu sebagai seorang yang berkarakter kuat dengan filosofi jawa yang kental. Selalu kurindukan kebiasaanmu nembang jawa di ruang tengah, asyik menata sangkar dan memberi pakan burung perkutut kesayanganmu di teras rumah kita. Ataupun saat-saat engkau dengan begitu bersemangat bercerita sejarah kuno ketika aku ikut membersihkan koleksi keris-kerismu dengan air kelapa. Darimu aku belajar tentang nilai hidup, bahwa bahagia adalah pilihan dan cinta adalah sebuah kata kerja. Seperti kata Steven Covey, cinta-perasaaannya-adalah buah dari cinta-kata kerjanya. Karena cinta bagimu adalah pengejawantahan dari bekerja keras membanting tulang untuk keluarga, mencukupi kebutuhan kami, perhatian dan kasih sayangmu. Dan cinta adalah memberi, karena pada saat kita memberi, kita akan menerimanya pada saat yang sama, bahkan mungkin dengan porsi yang berlebih. Cintamu terletak pada ketulusan hatimu, tanpa banyak kata. Terbersit rasa bahagia yang membuncah bahwa Tuhan telah menganugrahkanku untuk memiliki seorang ayah sepertimu, bapak.

Aku tahu mungkin saja harapanmu padaku saat ini sangatlah sederhana. Pulang saat akhir pekan seusaiku mengajar di Universitas, masih selalu ingat porsi nasi di piringmu yang harus diatur karena penyakit diabetes. Terkadang meluangkan sedikit waktuku untuk membahas soal politik yang tengah ramai dibicarakan, ataupun soal sejarah yang selalu menarik perhatianmu. Bapak, terhatur selalu rasa hormat yang tinggi serta terima kasih yang mendalam untukmu selalu. Dalam doa-doa yang kupanjatkan, semoga engkau diberkahi umur yang panjang serta kesehatan, hingga aku masih punya kesempatan untuk membalas jasa-jasamu walaupun aku tahu selamanya takkan pernah cukup. Di balik semua kesederhanaanmu, aku ingin selalu mengatakan…bapak adalah ayah nomor satu seluruh dunia!

(Salah satu karya di Buku-True Love Keeps No Secrets-Siwi Mars Wijayanti, Gagas Media, 2008)