Dalam prioritas hidup, ada energi yang dialirkan ke hal-hal tertentu, yang secara sadar atau tidak, ternyata porsi satu hal mendapat porsi lebih deras dan banyak daripada hal lainnya. Dan bagiku, tentu saja dunia tulis menulis sudah semenjak lama menjadi salah satu prioritas dalam hidup. Dan kali ini, sepertinya lajunya harus dipercepat dengan sedikit senjata “nekad”.
Untuk buku yang menuliskan nama tunggal-ku di cover buku, sepertinya sudah saatnya mengalirkan energi yang agak ekstra. Tadinya aku memutuskan menggandeng penerbit Leutika Prio, untuk menerbitkan dalam paket reguler, dimana pemesan yang ingin membaca bukuku itu dapat memesan lewat website Leutika dan akan dikirim ke alamat. Namun, setelah melihat harga jual yang dipatok Leutika cukup mahal (Rp. 64.000 belum termasuk ongkir), jadi mikir-mikir apakah ada orang yang mau merogoh kocek sedalam itu, dan harus ribet login lewat web resmi Leutika untuk memesannya. Rasanya hanya sedikit orang yang mau melakukan hal tersebut, yang pastinya mungkin orang sudah yang jatuh cinta denganku,..maksudnya jatuh cinta dengan tulisanku ehehe ;p
Untuk buku yang menuliskan nama tunggal-ku di cover buku, sepertinya sudah saatnya mengalirkan energi yang agak ekstra. Tadinya aku memutuskan menggandeng penerbit Leutika Prio, untuk menerbitkan dalam paket reguler, dimana pemesan yang ingin membaca bukuku itu dapat memesan lewat website Leutika dan akan dikirim ke alamat. Namun, setelah melihat harga jual yang dipatok Leutika cukup mahal (Rp. 64.000 belum termasuk ongkir), jadi mikir-mikir apakah ada orang yang mau merogoh kocek sedalam itu, dan harus ribet login lewat web resmi Leutika untuk memesannya. Rasanya hanya sedikit orang yang mau melakukan hal tersebut, yang pastinya mungkin orang sudah yang jatuh cinta denganku,..maksudnya jatuh cinta dengan tulisanku ehehe ;p
Maka, lama pertimbanganku untuk akhirnya mengambil keputusan untuk cetak masal sebanyak 500 eksemplar, karena itulah jumlah minimal untuk cetak masal. Karena dengan begitu, harga jualnya menjadi jauh lebih murah, keuntungan lebih banyak dan penulis bisa mengatur sendiri cara penjualan. Tapi 500 eksemplar itu banyaaaaaak!!! Hadeeeh, sebenarnya ada rasa tidak pede, mikir-mikir banyak pertimbangan, sampai pada akhirnya nekad untuk melakukan cetak masal.
“ Ini untuk salah satu hal yang berarti dalam hidupmu, masa sih nggak diupayakan dengan optimal?masih sih harus ragu untuk mengambil keputusan yang ini hal yang penting dalam hidupmu?” begitu pertanyaan yang didesakkan pada diri sendiri.
Iyalaaaah mikir, duitnya untuk modal cetak masal 500 eksemplar juga enggak sedikiiiiit..hihi...pastilah ada suara-suara di telinga hasil kekhawatiran diri sendiri : “kalo nggak kejual gimana? Kalo rugi? 500 eksemplar itu banyak lho..yakin nih? ahihihi...kalau enggak nekad, plus dorongan dari beberapa sahabat, enggak bakal akhirnya memutuskan untuk menelpon pihak penerbit dan minta cetak masal.
Aku dan Koloni Milanistiku |
Mungkin di dalam hidup, ada beberapa hal yang berhak mendapat jatah kegilaan-kenekadan kita, dan aku sudah memilih salah satu dari hal tersebut. Maka jadilah aku yang sebelumnya tidak pernah memikirkan soal pemasaran, profit dan sebagainya dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan, mau dipatok harga berapa ni buku?gimana cara jual dan kirimnya? Gimana cara promosinya? Hadeeeh tepok jidat deh...
Dari dulu alasanku menulis jauh dari urusan duit, profit dan teman-temannya. Jadinya pas ada seorang temen yang chat berkomentar : “waaa...enak di penerbitnya dong kalo royalti ke penulisnya cuma XX persen..” kaget juga dia berkomentar begitu, soalnya selama ini nggak kepikiran sampai situ ehehe..
So, jadinya kenekadan inipun menjadi banyak belajar, belajaran marketing, belajaran menanggung risiko, belajaran hal-hal baru. Termasuk merasai pegelnya jadi model ternyata, biasanya asal jepret-jepret, asal senyum manis tertangkap lalu urusan selesai. Tapi saat dibantuin foto untuk promosi oleh anak-anak mahasiswa...hadeeeeh, lelah..tapi seru juga. Ke depan, masih menunggu si Koloni Milanisti rampung cetak, dan segera mengirimkannya ke beberapa (buanyaaaak cieeeh gayaaaa) orang yang sudah pada pre-order duluan. Plus ada ide gila lagi untuk ngadain launching buku dengan menggelar acara bedah buku, karena sudah dikomporin sama anak-anak. So, kita lihat ke depan seberapa nekad dan seberapa gila pada akhirnya proyek Koloni Milanisti ini berjalan.
Entah seberapa nekadnya dan entah bagaimana hasilnya, tapi ada satu hal yang pasti, karena sudah melakukan semua hal itu, aku tersenyum pada diriku sendiri, sambil berkata pada diri sendiri :
“ ini untukku..untuk sebuah hal yang berarti dalam hidupku” bila memikikan hal itu..semuanya menjadi terasa sederhana, sangat !
Kawan, kapan terakhir kali kalian melakukan hal-hal nekad dengan cukup bekal dan tekad dalam hidupmu? Ehehe selamat memikirkan hal itu...
# 13 March 2012. 22.14 di antara malam yang bisu, ditemani jus jambu kesukaanku.