Minggu, 03 November 2013

Menemukan Tuhan di Benjasiri Park, Bangkok


Benjasiri Park

Masih di Benjasiri Park, duit abis dan penerbangan menuju indonesia masih nanti malam. Hihi perjalanan saya memang kadang penuh kejutan. Harusnya atm BNI saya bisa untuk narik uang kapan dan dimana saja, tapi setelah saya coba dan dibantu pula oleh petugas bank tetap saja tidak bisa. Hotel tempat saya menginap selama 2 hari extend dari acara konferensipun ternyata belum dibayarkan otomatis dari kartu Visa Debit Bank of Scotland saya. Sedang uang Bath di dompet hanya tersisa 500 bath plus 50 dollar ahaha. Dengan muka kecut, saya tanya ke petugas resepsionisnya apa saya bisa membayar dengan transfer via internet banking. Si mba itu nampak bingung dan menjawab tidak bisa. Sedangkan menarik uang tunai via atm tidak juga berhasil. Hadeww garuk-garuk deh. Lalu dengan iseng jurus terakhir saya keluarkan card bank of scotland saya yang biasanya tidak bisa untuk membayar di tempat. Pernah saya makan di world buffet di Glasgow bersama Mita, sahabat saya dan kartu saya nggak bisa dipakai. Heuheuu maklum bank saya di Glasgow memang rada-rada unik plus bikin latihan sabar. Makanya saat si mba-nya mencoba kartu tersebut, sebenarnya saya tengah mencari cara bagaimana bisa narik duit untuk membayar hotel. Dan eh, si mba itu dengan muka lempeng berhasil melakukan transaksi dengan kartu visa debit saya, dan pasti tidak mengira kalau bagi saya itu serupa keajaiban. Hihihi..
            “Yang di sini ikutan sport jantung juga tauuu,” komentar pasangan saya saat saya cerita kejadian tadi. Ahaha saya memang adrenalin addict, dan dia tahu sepenuhnya kalau saya selalu nggak well prepared, spontanitas, dan nekad. 
Setelah check out dari hotel pun saya nggak tau kemana. Sedangkan untuk jalan-jalan males rasanya. Saya belum sepenuhnya bisa menikmati the art of solo travelling. Selain itu duit saya sudah habis hihiiii. Mau jalan-jalan pakai apa? Duit yang ada di dompet saya kayaknya hanya cukup untuk taksi saja ke bandara. Kayaknya cukup ekekek.
            “ Trus ke indo, masih ada duit enggak?” tanyanya. Karena dari Bangkok saya masih transit selama 12 jam di Singapura sebelum melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta.
“ Masih yang 50 dollar itu, Nanti bisa disulap-sulap deh. No worries, Allisswell.” Jawab saya untuk menenangkannya. Padahal saya masih harus makan, naik taksi ke bandara dan sepertinya koper saya kelebihan bagasi, kalau suruh bayar kelebihan bagasi akan jadi masalah tersendiri. Yeaaah semesta memang penuh kejutan. Dan saya menikmatinya hihi. Menikmati cemas-cemas sedaaaap haha.
Jadilah saya sekarang menikmati Benjasiri Park, di tepian danau, sesekali melihat kura-kura yang mentas dari kolam, tupai-tupai yang berloncatan dan angin yang sepoi sepoi bikin ngantuk. Pilihan ini nampaknya lumayan karena letak tempat ini tidak jauh dari hotel tempat saya nitip koper, karena tidak perlu bayar transport lagi, cukup jalan kaki. Setidaknya lumayan daripada nunggu mati gaya di bandara. Tak apalah di Bangkok tapi jalan-jalan ke tempat wisatanya nggak khatam. Setidaknya saya bisa beralasan artinya ini memberikan kesempatan untuk bisa jalan-jalan lagi ke Thailand. Masih banyak objek-objek wisata yang belum saya kunjungi. Walaupun saya tidak terlalu excited sih.
Saya lebih pengin lekas pulang dan bertemu keluarga. Setidaknya di Park ini lumayan adem, nyaman, dan enak untuk istirahat sambil menanti jam penerbangan. Dan masih ada laptop yang tanpanya saya tidak pernah merasa sendirian.
Hihihi nggelandang :D
Begitulah saya, nggak pernah well prepared. Dan walaupun sudah well prepared sekalipun, tetap saja semesta hobi memberikan kejutan pada saya. Termasuk kabar penerbangan air asia untuk return saya ke Bangkok untuk menuju Glasgow pun berubah jadwal penerbangannya. Hihihi tuh kan, memang semesta mendukung adrenalin addict saya.
Sedangkan pasangan saya orangnya detail, well prepared dan semuanya harus berada dalam kontrolnya. Bila awal-awal kebersamaan, saya dan pasangan merasa bahwa kami banyak sekali persamaan, namun seiring waktu ternyata perbedaanlah yang membuat seru.
Saya pribadi dari dulu susah sekali toleran terhadap orang yang terlalu detail, terlalu mikir dan penuh pertimbangan, terlalu step by step dan cerewet hihihi. Sangat bertolak belakang dengan saya yang spontan, modalnya cuma intuisi, nekad dan lebih sering terabas sana terabas sini. Dan ternyata saya kena batunya, karena ternyata saya tahan-tahan saja bersamanya. Dan kadang kala cerewet dan detailnya itulah yang bikin kangen #tsaaah. Sementara dia pun mulai terbiasa ritme saya yang main terabas sana sini, dan terbiasa pula sport jantung kalau mendengar kejadian-kejadian yang menimpa saya.
Dan kontak kami saja tergantung wifi kalau saya sedang kabur kabur nggak jelas seperti sekarang ini.


Heuu di depan saya, dua tupai lagi pacaran menggodai saya. Heuu si tupai satu nampaknya malu-malu tupai  (bukan malu-malu kucing) pada di tupai satunya lagi. Jadi iri wkwkwk.
Beginilah kunikmati hari terakhir di Bangkok, dengan segala serba serbi perjalanan. Karena perjalanan memang tak selalu menyenangkan, banyak hal-hal yang di luar dugaan. Banyak hal di luar kendali, namun banyak pula hal-hal yang mengesankan.
Pada kejadian-kejadian sepertinya ini, sebenarnya ini caraku termudah menemukan Tuhan. Membiarkan diri menjejak tempat-tempat asing, orang-orang tak dikenal, mata uang yang masih saja kagok saat kubelanjakan, hal-hal di luar kendali yang terjadi, kadang kala merasa tak berdaya. Mudah sekali menemukan Tuhan di saat-saat seperti itu. Karena itulah selalu kunikmati perjalanan.
Dan sekali lagi kutemukan Tuhan di Benjasiri Park.

Bangkok, 26 Oktober 2013
Previous Post
Next Post

0 Comments: