Rabu, 25 November 2015

The Hermitage-Pitlochry-The Loch Tummel




Suhu udara memasuki musim dingin ini sudah makin menurun saja. Rasanya musim dingin kali ini lebih dingin daripada tahun sebelumnya. Saya merapatkan syal untuk menahan hawa dingin yang menyelusup sembari menunggu kedatangan bis tour yang akan membawa saya menuju Pitlochry. Saya dan teman seperjalanan ikut bus tour kampus yang akan mengunjungi beberapa lokasi di Highland. Saya beberapa kali ikut tour kampus ini, terutama untuk lokasi yang sulit dijangkau dengan kendaraan umum seperti bis maupun kereta. Pitlochry, tujuan tour kali ini berada di area highland. Oh ya, Skotlandia dibagi menjadi dua daerah besar yakni lowland (dataran rendah) dan highland (dataran tinggi), dan Glasgow termasuk ke area lowland.

Bus tiba tepat waktu sekitar pukul 7.45 dengan waktu keberangkatan yang tertera di tiket adalah pukul 8.00. Satu hal yang patut untuk dicontoh yakni ketepatan waktu sesuai jadwal. Seperti biasa saya mengambil posisi duduk di dekat jendela, tentu saja agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan di luar jendela. Pemandangan lanskap Scotland apalagi area highland selalu memanjakan mata. Bus meninggalkan Glasgow dengan matahari yang baru saja terbit menampakan gurat gurat kemerahan di langit pagi itu. Jarang sekali rasanya melihat matahari terbit di sini. Tentu saja karena jarang matahari muncul ehehe. Beberapa waktu itu cuaca sudah makin tak menentu, seringkali hujan disertai angin yang membuat malas sekali ke luar rumah. Makanya Alhamdulillah hari ini cuacanya cerah, walau tetap saja suhunya bbrrrrr.

Bus melaju menuju area higland dengan pemberhentian pertama kami adalah The hermitage National Park. Agendanya jalan-jalan saja menyusuri River Braan di hutan Craigvinean tersebut. Pemandanganya hampir sama lah dengan National Park di Indonesia, bahkan beberapa lebih indah di Indonesia. Ada air terjun dan juga gardu pandangnya. Memang agak aneh sih, dingin-dingin begini jalan-jalan ke park ehehe..tapi tetap saja menyenangkan kok. 

The Hermitage-Hutan Craigvinean
Tujuan tour kali ini adalah ke Pitlochry, sebuah kota kecil di area Highland. Kotanya cantik dengan lanskapnya yang apik. Walaupun tidak terlalu banyak tempat yang bisa dikunjungi, namun berjalan-jalan di area city centre-nya saja juga sudah lumayan menghibur. Kami mampir ke toko fish and chips sebelum mulai menjelajah. Sebenarnya kami sudah menyiapkan bekal berupa nasi dan ayam kungpao, namun sepertinya hawa dingin yang menyergap membuat kami ingin makan sesuatu yang hangat-hangat. Kami ngobrol dengan di penjual fish and chips dan bertanya lokasi mana yang layak untuk dikunjungi. Katanya dia sih pergi saja ke Fish Ladder.
Akhirnya kami pun menuju ke sana. Hummm, sebuah bendungan yang terlihat sudah cukup tua. The Dam and Fish Ladder ini dibangun antara 1947-1951, yang fungsi untuk generator listrik dan fish laddernya untuk memungkinkan migrasinya salmon atlantik melewati dinding bendungan. Kalau bagi saya yang anak tropis, wisata begini gini emang terasa tidak terlalu menarik. Ya lumayan buat tahu-tahu aja lah. Di seberang dam, ada jembatan yang lumayan unik dimana ada gembok gembok kunci yang bertuliskan nama pasangan-pasangan gitu. Ala-Ala yang ada di Paris gitu lah.

Usai dari Fish Ladder kami kembali ke city centre, dan hendak menuju Pitlochry Church. Signal Hp di area ini sudah susah banget untuk google maps, jadinya ya asal jalan saja. Dan tadaaa...akhirnya ketemu juga. Bangunannya super cantik. Dari gereja ini juga bisa memandang lanskap kota ini dari ketinggian. 


Atap-atap bangunan bangunan kota yang terlihat dengan atap atapnya yang berbentuk kerucut itu membuat berasa seperti dengan di negeri dongeng gitu ehehe. Lihatlah foto di bawah ini, terlihat kan lanskap kota ini yang cantik.



Usai dari gereja, kami menghabiskan sisa waktu untuk berkeliling di area city centre. Memasuki toko-toko, ataupun sekedar jalan-jalan menyusuri kota sampai jam 3 sore, waktunya kami kembali ke bis untuk perjalanan berikutnya.
Dari area pusat kota Pitlochry, kami kemudian menuju The Queen's view. Kata di Hoji, pemandu tour ini..the Queen's view adalah salah satu tempat favorit dia selain Isle of Skye. Hiks, ingat Isle of Skye saya mendadak sedih. Soalnya sampai mau pulang pun belum kesampaian ke sana. Lokasinya yang sulit dijangkau dengan kendaraan umum itulah yang membuat susah menuju ke tempat itu. Biasanya anak-anak pada rombongan sewa mobil ke sana, ataupun ikut tour. Nah, berhubung kemarin-kemarin saya masih ribut dengan urusan thesis, jadi nggak sempat ikut rombongan anak-anak Glasgow. Baru deh, saat waktu sudah sempit begini berasa...dududu.
Ah, itu mungkin tandanya saya harus balik lagi ya ke sini buat jalan-jalan ahah

Baiklah, sekitar 30-45 menit kami sampai di Queen's View, Loch Tummel. Rencananya, tour ini mampir ke tempat ini sekitar jam 4 sore untuk melihat sunset. Tapi langitnya Scotland lagi nggak begitu bersahabat, jadinya sunsetnya nggak muncul. Tak apalah, udah dikasih cuaca nggak hujan saja seharian ini sudah Alhamdulillah banget.
Dan ternyata the Queen's view ini memang indah. Dari tempat ini kita bisa melihat Loch Tummel dari atas. Konon, tempat ini dinamai The Queen"s view setelah Ratu Victoria mengunjungi daerah ini pada tahun 1866. Tempatnya sungguh seperti di antah berantah, di antara Tay Forest Park,  jalan menuju ke tempat ini hanya sebuah jalan sempit yang hanya bisa dilalui 2 mobil yang mengharuskan mobil berjalan perlahan saat harus bersimpangan. Susah kan kalau pakai kendaraan umum, mana ada yang jurusan ke tempat ini. Ini sih salah satu keuntungan ikut tour kampus seperti ini, harganya lumayan bersahabat dan bisa ke beberapa tempat dalam sekali tour. 

Kami diberikan waktu satu jam untuk menikmati tempat ini untuk berfoto, duduk-duduk ataupun bisa ke cafe untuk minum kopi. Ada satu cafe yang tersedia di sini, tempatnya pun cukup representatif. Sempet kepikiran, ini pegawai cafe-nya gimana ya transportnya tiap hari kerja di sini? heheh lah kerja di tengah area antah berantah seperti ini.





Usai dari The Queen's view kami kembali menuju Glasgow. Dengan suhu yang makin menurun, dan dingin sudah semakin memeluki tubuh. Penat memang, hari ini lumayan jalan banyak. Tapi tentu saja menyenangkan.
Jalan-jalan selalu saja menyenangkan, iya kan?


 

Kamis, 12 November 2015

5 tempat yang wajib kamu kunjungi saat ke Glasgow




Sudah lama banget saya tinggal di Glasgow, tapi rasanya saya belum cukup untuk memberikan informasi mengenai kota ini. Trus selama ini saya nulis apaan saja ya? Hehe. Baiklah, kali ini saya ingin berbagi informasi mengenai 5 tempat yang wajib kamu kunjungi kalau berkesempatan menyambangi Glasgow. Kalau misal stay untuk jangka waktu panjang, jelas kesempatan untuk mengeksplor Glasgow lebih leluasa, namun kalau misal datang ke Glasgow untuk liburan singkat 1-2 hari, pastilah harus memilih tempat-tempat mana yang layak untuk dikunjungi. Nah ini dia 5 tempat “must to see” di Glasgow versi saya.

1. University of Glasgow
Dokumentasi Pribadi


Aih, lihatlah indahnya gambar di atas. Maka tak ragu saya menempatkan tempat ini menjadi peringkat pertama. Bukan karena saya mahasiswa University of Glasgow lho ya. Tapi memang tempat ini wajib banget untuk kamu kunjungi deh. Belum ke Glasgow kalau belum mengunjungi dan foto-foto ini tempat ini. Cantik banget bangunan dan arsitekturnya, serasa bernuansa hoghwart-hoghwart gitu deh. Saya sendiri yang sudah sering banget ke sana, rasanya nggak pernah bosen-bosennya ke sana lagi. Entah sudah berapa kali foto-fotoan di sana, soalnya tiap kali ada teman yang liburan ke Glasgow, jelas saya ajak kesana. Saya pernah menulis tentang kampus UoG ini di tulisan ini, silahkan disimak untuk lebih jelasnya ya.
Selain melihat lihat kampus, ataupun mampir ke souvenir shop-nya university, ada juga museum di dalamnya lho, namanya Hunterian Museum. Museum yang didirikan tahun 1807 ini merupakan  museum publik tertua di Scotland yang berisi banyak koleksi koleksi kuno. Dan yang sip lagi, gratis lho untuk bisa masuk ke museum ini. Kalau mau lebih detail ingin melihat informasi mengenai Hunterian museum ini bisa dilihat di sini ya.

2. Kelvingrove Art Gallery and Museum

Foto : Koleksi Pribadi

Museum ini cantik sekali, suka banget penampakannya dari luar. Apalagi letaknya yang dekat sekali dengan kampus utama UoG, jadi kamu bisa mengunjungi dua tempat ini sekaligus. Dan lagi-lagi gratis pula untuk mengunjungi musium super keren ini. Baik hati kan ya Glasgow, museum-museumnya kebanyakan gratis. Paling-paling disediakan tempat donasi yang kamu bisa memberikan donasi berapa saja kalau ingin menyumbang. Museum ini luas banget, kalau mau detail lihat satu-satu bisa habis waktu seharian ehehe. Rasanya saya yang berkali-kali ke situ belum juga khatam mengamati satu per satu ruangan dan koleksi yang ada di museum tersebut. Informasi waktu buka dan info lebih lanjut bisa kalian cek di sini

3. Necropolis

Foto koleksi pribadi

Nah, untuk yang satu ini saya pun tak ragu untuk memasukkan ke dalam list. Necropolis, kuburan di atas bukit yang bisa jadi tempat wisata yang apik. Kuburan nampaknya memberikan kesan yang seram ya, tapi tidak halnya di sini. Kalian bisa menikmati suasana abad pertengahan di tempat ini plus juga bisa melihat Glasgow dari atas, cantik banget deh. Letaknya di daerah city centre, dekat dengan Glasgow katedral dan St Mungo Museum of religious life and art. Nah, kawasan ini sepaket deh kalau mau jalan ke sana. Bisa tiga tempat sekaligus saling berdekatan, pas banget. Museum St. Mungo-nya juga menarik banget buat dikunjungi. Kalian bisa menemukan banyak koleksi dan pelajaran tentang berbagai agama di sana. Again, it's free entry!
Kalian bisa cek-cek info lengkap tentang St Mungo museum di sini.
4. George Square
 
source pic : here

 Ini landmark-nya kota Glasgow, George Square. Saat ini george square diperuntukkan untuk kantor City Council. Di tempat ini biasanya warga Glasgow bisa berkumpul, duduk duduk membaca, ataupun kadang dijadikan tempat acara-acara. Di lapangan yang dibangun tahun 1781 ini ada patung orang-orang penting seperti James Watt, Robert Burns, Sir Walter Scott dll. Nggak istimewa banget sih, tapi karena ini landmark-nya Glasgow, kayaknya nggak komplit kunjungan kamu kalau tidak ke sini. Letaknya persis di city centre, jadi kalian bisa sekalian jalan-jalan di sekitar city centre untuk sekedar sight seeing, beli souvenir ataupun cari tempat makan hehe.

5.Glasgow Green
Foto koleksi Pribadi

Untuk peringkat kelima, saya agak bingung untuk memasukkan list yang mana ahah. Soalnya setelah keempat tempat di atas, rasanya setelahnya hampir-hampir sama peringkatnya. Tergantung kalian pengen wisata yang seperti apa. Tapi rasanya Glasgow green ini layak untuk kalian pertimbangkan untuk dikunjungi. Tempatnya gampang dijangkau, cukup jalan saja dari city centre. Cukup lengkap mewakili kalau kalian ingin wisata alam dan historis sekaligus. Apalagi kalau pas musim semi atau musim gugur, pemandangan di sekitar Glasgow green pasti cantik. Kalian bisa mampir ke museum kecilnya di dalam untuk melihat lihat sejarah Glasgow, ataupun kalau jenuh dengan museum kalian bisa duduk-duduk menikmati pemandangan.

Nah itu dia kelima tempat yang wajib kamu kunjungi kala ke Glasgow. Sebenarnya daftar di atas adalah tempat-tempat mainstream turis. Ada banyak tempat lain lagi yang juga menarik untuk dikunjungi. Taman-tamannya Glasgow juga cantik-cantik, tersebar di seluruh penjuru Glasgow, atau kalau kalian penggemar sepakbola, juga bisa mengunjungi stadion Glasgow Celtic ataupun juga markasnya Glasgow Rangers. Museum lainnya juga nggak kalah banyak dan menarik seperti GOMA (Glasgow of Modern Art), Riverside Museum (museum transport), Glasgow Science Centre, dan lain lain. Glasgow banyak sekali menawarkan pilihan tempat yang patut kalian kunjungi. Dan awas, hati-hati. Kalian bisa jatuh cinta dengan mudah pada kota ini!

Glasgow, 12 November 2015.


 

Senin, 09 November 2015

PhD : Akhir Sebuah Perjalanan

Usai sidang viva bersama anggota lab dan examiner



Akhirnya, perjalanan panjang menempuh studi doktoral ini usai juga. Memang belum benar-benar usai, karena tetap harus tetap menyelesaikan revisi walaupun “minor revision” untuk benar-benar officially mendapatkan PhD. Namun kalimat di akhir sidang viva jumat tanggal 6 November lalu, yang berkata,
            “ We are happy with your thesis and performance on your viva, and we are glad to announce you that you deserve for PhD”,
Itu sudah membuat saya lega. Akhirnya, PhD!

Jumat lalu, hari yang bersejarah untuk saya. Langit Glasgow dinaungi hujan semenjak pagi. Setelah semalaman usaha saya untuk tidur hanya berhasil sedikit, paginya saya bersiap untuk berangkat ke CVR (kampus saya) untuk menghadapi viva jam 11.30 am. Saat itu rasanya sudah pasrah, setelah otak sudah dicecar oleh paper, review dan hasil browsing-an mengenai bidang yang saya teliti untuk mempersiapkan viva. Sebelumnya, saya pun sudah menjalani 3 kali mock viva untuk melatih bagaimana suasana viva dan membantu mempersiapkan materi. Dua mock viva sebelumnya bisa terlalui dengan lumayan baik, namun mock viva terakhir dengan 2 mahasiswa post doc (Steph dan Mel) serta supervisor saya, Alain cukup membuat saya kesulitan. Dan ternyata setelah selesai real viva, saya akhirnya tahu memang situasi itu sengaja diciptakan biar si mahasiswa serius dan bersungguh sungguh mempersiapkan viva. Ah, baiklah..memang setelah itu saya jadi makin serius, setiap hari kerjaannya baca paper demi mengejar pengetahuan-pengetahuan yang belum saya kuasai.

Ternyata viva voce ini bukan hanya menguji tentang hal-hal yang dilakukan selama studi, namun juga menguji fondasi dan keluasan pengetahuan mengenai bidang yang diteliti. Oleh karena itu, mock viva terakhir sering ditanya tentang current issue dengan cakupan materi yang lebih luas. Nah, di situlah saya kelabakan. Ketahuan saya kurang membaca paper paper yang lebih “broad” dan juga materi-materi lain yang berhubungan dengan bidang yang saya teliti. Beberapa hari menjelang viva, saya fokuskan untuk mengejar hal tersebut. Viva di UK bersifat sidang tertutup, hanya dihadiri 2 orang examiner (satu external examiner dan satu internal examiner) dan 1 convenor (semacam pengawas untuk memastikan semua berjalan dengan fair).  External examiner saya adalah Anna Bella Failloux, ketua department Virologi bagian Arboviruses and Insect vetors di Institut of Pasteur, Paris, sementara internal examiner saya Ben Brennan dari University of Glasgow.

Menurut informasi dari teman post doc, yang memegang kunci penting di viva itu “external examiner”, jadi kita harus menaklukan si external examiner yang memang biasanya lebih gencar bertanya. Saya sebelumnya sudah dikasih tips untuk “ngepoin” si external examiner dari Paris itu dengan membaca semua publikasinya. Dan beberapa hari sebelum viva, saya mencoba menjejalkan paper-paper si Anna bella ke otak saya. Piuhhh hari-hari menjelang viva saya rasakan memang saat saat yang berat. Rasanya pressure semakin meningkat.

            Tapi satu hal yang tak saya duga-duga adalah dukungan dan doa dari banyaaak sekali pihak yang datang pada saya. Ih, rasanya saya terharu. Banyak sekali yang mengirimkan japri whataps, bbm, message di inbox facebook untuk menyemangati dan mendoakan saya. Saya sempet ngerasa “kok mereka sebegitunya”—karena nggak nyangka banget mendapat perhatian begitu rupa. Pagi menjelang berangkat pun, beberapa sahabat dan orang orang terdekat mengirimkan pesan semangat dan doa. Tentu saja memberikan kekuatan untuk saya dalam menghadapi “peperangan” terakhir dalam studi saya ini.

Di awal jalannya viva, saya masih berharap untuk disodori pertanyaan “renyah” untuk disantap. Karena katanya beberapa rekan yang sudah melalui viva dan menurut beberapa website yang menulis persiapan viva, si examiner akan memberikan pertanyaan awalan yang relatif mudah seperti “ bagaimana awal terpikirnya ide untuk S3 ini?” dan pertanyaan semacam itu. Tapi ahik, ternyata saya langsung ditodong pertanyaan sejenis ini,
            “ Belakangan ini muncul serotipe virus baru yakni Dengue-5, apa yang membedakan serotipe ini dengan serotipe sebelumnya, dan apa implikasinya pada penyebaran penyakit demam berdarah?” tanya si Anna bella.
Phew, langsung ditodong pertanyaan yang bikin mikir. Dan setiap jawaban, dicecar terus merembet ke pertanyaan berikutnya.
Apa kira-kira implikasinya pada perkembangan vaksin dengue? Sampai mana yang kamu ketahui tentang pembuatan vaksin dengue ?
Ada di thesis saya? Enggak. Menyangkut apa yang saya kerjakan? Enggak. Bahkan merembet ke pertanyaan penyakit tular vektor secara umum. Memang sepertinya yang dibilang rekan post doc di lab, si penguji akan menguji sama mana limit pengetahuan kamu mengenai bidang yang kamu teliti. Dan saya pun berupaya untuk menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan dengan sebaik yang saya bisa. Beberapa pertanyaan yang sama sekali nggak pernah saya baca dan nggak tahu informasinya, saya jawab terus terang tidak tahu. Dan pernyataan untuk sesi Introduction-pun menghabiskan waktu selama 2 jam. Bisa bayangin dicecar pertanyaan selama 2 jam? Itu baru introduction (awalan).
            “Ayo siwi, ini terakhir kalinya, kamu harus bisa lewati ini,” itu sih yang saya hembus hembuskan ke pikiran agar tetap fokus, tetap semangat menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan.
Setelah 2 jam-an, ada break makan siang. Dan tentu saja makan siang ala sini berupa sandwich dan buah. Biasanya saya males makan sandwich, tapi saat itu saya makan karena sadar saya butuh energi untuk melanjutkan perjuangan,
            “ Ayo silahkan makan, kita akan stay sampai jam 6 lho,” kata Anna bella bercanda. Beh, sampai jam 6? Tepaaar seteparnya dong.

Masalahnya tidak ada limit maksimal sampai berapa jam viva berlangsung, jadi sampai si examiner benar benar yakin telah menguji si kandidat doktor dengan menyeluruh. Itu yang bikin mules hahah. Untungnya kedua examiner tidak tergolong penguji yang “menyeramkan”, artinya bukan tipikal orang yang bertanya dengan nada intimidatif. Kalau galak-galak, bisa bubrah otak saya jadi kempes nggak bisa mikir heheh. Saat break makan siang, suasana terasa lebih santai, ngobrolnya juga informal. Saya juga merasa agak sedikit lega, karena setidaknya sampai break makan siang saya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Walaupun ada beberapa pertanyaan nggak setelah dicecar ujungnya, saya nggak begitu mengetahui secara mendetail. Tapi feeling saya mengatakan masih wajar.

            “ Si penguji itu bakal menguji sampai limit mana pengetahuan kamu, kalau kamu nggak tahu bilang aja jujur nggak tau. Kan memang nggak mungkin tahu semua hal kan,” begitu sih wejangan Mel dan Steph, dua orang post doc yang ditugasi supervisor untuk membantu saya selama studi memang sangat baik dan helpfull.

Setelah break makan siang, viva dilanjutkan kembali dan alhamdulillah suasananya sudah lebih santai. Ternyata juga dari bab ke bab tidak terlalu mendetail ditanya, nampaknya mereka puas dengan apa yang telah ditulis dan jawaban-jawaban yang diberikan. Kekhawatiran saya akan bab yang tidak begitu saya kuasai karena menyangkut Mathematic modelling, serta bab terakhir tentang RNA interference ternyata juga bisa dijawab dengan mulus. Saya bela-belain PP ke Edinburgh demi konsultasi bab modelling ke Thibaud, kolaborator saya itu. Untungnya semua yang bekerjasama baik-baik semua, mau menyediakan waktunya untuk memberikan konsultasi persiapan viva saya.

Dan akhirnya setelah 3,5 jam viva, kedua examiner selesai dengan pengujiannya, kemudian Convenor mempersilahkan saya keluar, dan akan dipanggil kembali saat sudah ada keputusan. Dan begitu saya keluar, ternyata Alain, supervisor saya sudah menunggu di depan ruangan. Mukanya cemas hihih,
            “ How is it going? Bla bla blaa...
Saya sih bilang baik-baik saja dan kayaknya lumayan bisa menjawab pertanyaan. Kemudian berangsur muka cemas di wajah supervisor saya untuk berubah lega. Sekitar 5-10 menitan saya dipanggil kembali ke ruangan. Dan diumumnya bahwa penguji happy dengan thesis dan performa saya di ujian sidang viva ini, dan berhak menyandang gelar PhD, ahaaaay!! Done! Batin saya.

Usai viva, saya disambut dengan perayaan sederhana oleh anggota lab. Senang sekali dengan sambutan mereka yang meriah. Saya memang tidak begitu dekat dengan mereka semua, namun selama ini hubungan dengan mereka baik-baik saja. Alain, memberikan speech sebentar kemudian saya juga mengucapkan terimakasih atas bantuan mereka semua. Kedua examiner juga bergabung dalam perayaan sederhana tersebut. Di sela-selanya saya menyempatkan diri untuk menelpon si cinta untuk mengabari kelulusan saya dan memberitahu keluarga. 

Dekorasi buatan teman-teman lab

Bunga dan ucapan selamat dari teman-teman lab
 
Rasanya lega banget.  Kalau soal gelar doktor (PhD) yang sudah tersemat sih saya masih merasa biasa-biasa saja. Malah jadi pengen lebih banyak belajar lagi dan ingin segera bisa memberikan manfaat dari sedikit ilmu yang saya punya. Banyak hutang-hutang pengabdian yang harus saya bayar pada negara dan sesama.

Di akhir perjalanan studi ini, saya ingin mengucapkan terimakasih pada banyak sekali pihak. Saya menyadari bahwa penelitian dan studi saya melibatkan banyak sekali orang, pihak yang membantu penyelesaian studi saya. Dan juga banyak orang yang memberikan support dan doa luar biasa yang telah memberikan kekuatan untuk bisa menyelesaikan perjalanan yang tidak mudah ini. PhD is not a joke! Banyak masa masa sulit, stress, tantangan dan kesulitan tapi juga banyak sekali pembelajaran dan warna warna indah di sepanjang jalan. Saya akui, ini jenjang pendidikan yang paling sulit saya selesaikan, dibandingkan jenjang pendidikan sebelumnya. Saya benar benar merasakan struggle-nya menghadapi masa-masa PhD ini.  Menyelesaikan perjalanan panjang ini rasanya sangat luar biasa.

Akhir perjalanan adalah saat untuk memulai menapaki perjalanan selanjutnya. Mari!

Glasgow, di penghujung musim gugur.