In action ;p |
“Pokoknya ntar Januari, saya booking jadi pembicara bedah buku saya ya,”
demikian todong ustadz Arian, November tahun lalu saat mengetahui saya akan
pulang ke Indonesia untuk beberapa bulan.
Namanya Arian Sahidi, penulis sekaligus guru SMP
Al Irsyad yang dulu pertama kali mengontak saya gara-gara mencari tahu tempat
tes TOEFL di Purwokerto. Kemudian melalui kontak jejaring sosial barulah saya
mengetahui bahwa dia itu seorang penulis juga. Karya-karyanya hampir semua saya
sudah baca, karena alhamdulillah berkesempatan menjadi first reader-nya terlebih dahulu. Karya-karya yang selalu
menyisipkan pesan-pesan religiusitas tanpa terlihat teoritis dan dogmatis
menurut saya salah satu kelebihannya dalam berkarya.
Maka hari ini, 25 Januari 2013 dimulai pukul 07.30
saya menghadiri acara launching buku Catatan Hati Seorang Guru sekaligus
rangkaian acara open house yang
diadakan SMP Al Irsyad Purwokerto. Suasana saat saya datang sudah meriah dengan
riuh rendah suara anak-anak. Saya selalu suka bertemu anak-anak, jadi saya
begitu menikmati beberapa sajian seni dan baca puisi yang ditampilkan sebelum
acara berlangsung. Melihat anak-anak negeri ini, saya selalu berkeyakinan,
Indonesia pasti mampu untuk menjadi sebuah negeri yang hebat. Acara dimulai
oleh moderator ustadzah Tantri yang cukup komunikatif dan mampu “meredam”
kegaduhan anak-anak sesekali. Kemudian bincang-bincang dengan penulis
berlangsung santai, diselingi riuh rendah tepuk tangan anak-anak, atau tawa
lepas mereka. Beberapa hal menakjubkan pun saya temui di sini, seperti Nak
Abror yang hobi membaca dan penulis favoritnya Paulo Coelho. Widiwww anak SMP
bacaannya PC coba, mantep abis.
Nah setelah bincang-bincang dengan penulis,
giliran saya tampil ke atas panggung. Tebar pesona, #eh maksudnya menjalankan
tugas untuk untuk memberikan komentar terhadap buku CHSG ini. Buku CHSG ini
memang tergolong simpel, tapi cukup inspiratif. Pesan moralnya tentang
pendidikan karakter, kepedulian terhadap anak-anak dan selalu membiasakan
hal-hal baik disampaikan dengan lugas oleh penulis. Bahasanya ringan, kadang
diselingi dengan gurauan, tanpa banyak metafora, tapi cukup mudah dipahami
pembacanya. Buku ini cocok untuk dibaca oleh siswa-siswa, rekan guru, wali
murid ataupun kalangan umum. Isinya pun cukup variatif, mulai dari awal
keputusan beliau untuk menjadi seorang guru, kebersamaan dengan anak-anak,
serta kisah-kisah unik beberapa anak didiknya. Saya menjadi saksi mata pada
acara tersebut, bahwa beberapa anak dengan kebutuhan khusus namun mempunyai
potensi, kemampuan serta kemauan yang tak kalah dengan anak normal lainnya.
Banyak kisah-kisah kebersamaan dengan anak-anak
baik di kelas ataupun di luar kelas yang menarik disimak, bukan hanya kisah
ceritanya namun terutama siratan pembelajaran di dalamnya. Dan hari ini saya
punya kesempatan langsung untuk bertatap muka dengan nama-nama yang disebutkan
dalam buku. Bahkan foto bareng ehehe...
Acara pembagian doorprize-pun berlangsung meriah,
sebuah doorprize buku koloni milanisti saya didapatkan oleh seorang anak
berkebutuhan khusus, Nak Jihan yang dengan mantap walau terbata-bata menjawab “
Skot-lan-dia” saat ustadzah Tantri menanyakan dimana saya tengah menyelesaikan
studi doktoral saya. Dia ikut mengacungkan jari tinggi-tinggi saat puluhan
anak-anak lain berebut menjawab.
Usai acara, anak-anak berebut tanda tangan untuk
buku saya, Koloni Milanisti yang saya titipkan di bazar bukunya. Semuanya
nampak antusias menyebutkan nama, dan minta duluan untuk bukunya
ditandatangani. Ada yang meminta alamat blog, no HP, ataupun foto bersama.
Lama-lama saya berasa artis #somboooong ahaha.
Ini dia Nak Abror (paling kiri) yang hobi baca, dan penulis favoritnya itu Paulo Coelho |
sok artis, tanda tangan di buku "Koloni Milanisti" ;p |
“
tulisannya dikasih kata-kata yang tadi
dong, Miss” pinta seorang anak pada saya. Dan dengan senang hati saya
menambahkan kata-kata motivasi di halaman depan buku saya tersebut. Kemudian
ada salah seorang ustadzah yang ceritanya nge-fans sama saya #ups sama tulisan
saya lebih tepatnya. Dengan malu-malu Ustazah Maya menghampiri saya dan minta
foto bersama,
“
saya senang baca tulisan-tulisan mba di
blog, juga buku koloni milanisti-nya,” papar beliaunya. Hadeww selangit deh
kalau ada orang yang suka baca tulisan saya ehehe.
Ini dia foto bersama Ustadzah Maya :) |
Nah kalau ini foto dengan Faraj, didampingi penulis buku. |
Kemudian ada Qois, seorang anak dengan kebutuhan
khusus, setelah beberapa saat yang lalu meminta tanda tangan di buku Koloni
Milanisti, kemudian beberapa saat kemudian dengan bersemangatnya menyodorkan
halaman depan buku tulisnya untuk minta tanda tangan saya,
“
Jangan tinggalin saya dong,”
ungkapnya dengan polos. Saya tersenyum, Ah bagaimana saya tidak jatuh hati pada
mereka semua. Lucu-lucu dan menyenangkan. Saya selalu menyukai melakukan
sesuatu untuk anak-anak negeri ini, dan hari ini sungguh hari yang
membahagiakan untuk saya. Misi saya untuk dunia pendidikan terus saya hidupi
dengan tindakan nyata. Saya ingat pesan pak Anis Baswedan pada PPI Dunia
beberapa saat lalu yang saya terima di milis
“
iuran terbesar untuk pendidikan itu bukan beasiswa, bukan buku, bukan fasilitas belajar tapi iuran kehadiran. Kehadiran anda sebagai inspirasi adalah iuran terbesar
Dan dengan apa yang saya lakukan, saya terus untuk
mencoba membayar hutang kehadiran saya,
Foto bersama beberapa anak-anak murid SMP Al Irsyad |
*P.S : Danke,
Mien Liebster yang selalu memberikan dukungan dengan telepon manisnya
sebelum mengisi acara. Semoga bersama untuk saling membaikkan, menghebatkan.