Bila ada yang namanya keberutungan dalam hidup, uhmm..sepertinya harus ada kosakata lain yang menggantikan kata ”beruntung” bila akhirnya tiket summer course di Utrecht University Summer School, Belanda itu jatuh ke tanganku!ehehe...beruntung banget...mungkin!
Bayangkan, cuma posting tulisan di blog dan mendaftar di kompetiblog lalu bisa jalan-jalan dan merasakan atmosfer lingkungan internasional di Belanda?uhmmm...layaknya mendapat durian runtuh! (nggak ketiban di kepala tentunya hihi). Makanya tidak heran bila ratusan peserta mencoba mengerahkan daya pikatnya lewat tulisan untuk menggaet hati para juri. Antusiasme peserta ini mencerminkan bagaimana generasi muda Indonesia berani beradu kemampuan dan berani bermimpi untuk memenangkan kompetisi ini.
http://www.freefoto.com/images/1450/10/1450_10_18---Keukenhof--Holland-The-Netherlands_web.jpg
Ticket to Global Community, tajuk yang harus diusung oleh para peserta kompetiblog, nampaknya memang topik yang terus menggeliat di antara para pelajar Indonesia. Bahwa kuliah di luar negeri adalah mimpi!. Mimpi yang harus diperjuangkan menjadi kenyataan. Kenapa mimpi? Yap, karena bagi kalangan menengah ke bawah masih menganggap kuliah di luar negeri sebentuk kemustahilan bila tanpa adanya sokongan tiket ajaib atau kata ajaib bernama ”beasiswa”. Mengikuti summer course di negeri-nya Van Basten itu akan menjadi mustahil tanpa adanya sponsor yang membiayai, begitulah yang ada di pikiran kami yang mengalami keterbatasan dana (huks..huks). Mungkin bagi anak-anak dari kalangan berduit, kuliah ataupun sekedar jalan-jalan ke luar negeri merupakan hal yang biasa saja.
Tapi jangan tanyakan betapa mimpi-mimpi indah itu sangat berharga bila menjadi nyata untuk kalangan masyarakat kebanyakan di Indonesia. Termasuk aku tentu saja, ehehe..yang selalu mengandalkan rejeki beasiswa dan gratisan.
Oh ya, pernah berpikir kenapa novel Laskar Pelangi nya Andrea Hirata begitu booming dan menjadi bestseller? Tentu saja selain acungan jempol layak diberikan atas kemampuan Hirata untuk mengolah kata-kata menjadi kumpulan cerita yang tidak pernah bosan untuk dibaca, satu hal esensial mengenai buku itu adalah kisah tentang BERANI BERMIMPI. Ruh itulah yang ditiupkan Hirata pada tetralogi Laskar Pelangi nya. Berani bermimpi untuk kuliah ke luar negri walaupun apapun latar belakang kehidupannnya, berani berjuangan sampai akhir, berani naik turun bersama tak terduganya sang kehidupan. Betapa suksesnya buku itu menggambarkan banyaknya mimpi-mimpi anak muda Indonesia yang ingin merasakan dunia lain di luar dunia yang biasa ditemukan di sekitarnya.
Entah apa ini berlaku bagi orang lain, tapi bagiku menginjakkan kaki di tanah-tanah impian merupakan suatu mimpi yang membiusku untuk dapat mewujudkannya. Hidup yang berwarna, penuh tantangan, hal-hal baru dan cara pandang baru akan menawarkan sebuah peralihan hidup dari berotak beku menjadi berkembang. Bisa dirasakan bila terkungkung dalam suatu komunitas beragam, dengan cara pandang yang seumur hidup ini kau yakini benar dan lumrah adanya, perkembangan akan berjalan lambat bukan?. Kondisi ekstrim yang berbeda, kehidupan yang sama sekali lain, bertemu dengan komunitas yang beraneka ragam akan menawarkan tangga-tangga naik kelas dalam hidup. Keluar dari zona nyaman memang awalnya tidak mengenakkan, tapi justru langkah itulah yang membuatmu mengalami percepatan hidup. Looh, kok lama-lama kayak menguliahi yah..ehehe..
Yah, semua itu bisa dirasakan bila kita berani untuk keluar dari zona nyaman, mencoba melihat kehidupan lain yang memberikan pengalaman berharga bagi hidup. Kuliah ke Belanda pastilah salah satu jembatan yang layak untuk disebrangi.
Semakin fasih berbahasa inggris, poin yang pasti didapat karena kita akan dipaksa setiap hari menggunakannya. Aku yakin sebolot-bolotnya orang, bila dipaksa dalam kondisi seperti itu akan jauh lebih progresif perkembangan bahasa inggrisnya. Toh bahasa adalah kebiasaan juga kan?. Trus, ingin sekali rasanya merasakan gimana sih sistem pembelajaran yang beda-beda itu. Ada yang menerapkan problem base learning system, pola beta-gamma system ataupun yang sudah diakui secara internasional yakni sistem pembelajaran ground-breaking problem based learning.
Resah rasanya melihat kondisi realitas sistem pendidikan di Indonesia. Apalagi ber profesi sebagai pendidik mahasiswa di lingkungan universitas, namun masih saja merasakan kurang pasnya sistem pembelajaran yang diterapkan di Indonesia. Lihatlah mahasiswa-mahasiswa sekarang yang berkembang seperti robot yang teoritis. Bahkan tidak jarang berpikiran dan berwawasan sempit (apalagi bila di daerah yang masih belum berkembang). Belum lagi bagaimana realitas pendidikan yang ada di luar jawa yang kondisinya masih timpang dengan kemajuan yang ada di pulau Jawa. Miris rasanya melihat mahasiswa dengan ijazah di tangan, lalu dihadapkan pada realitas mencari pekerjaan namun kemudian menjadi gamang apa yang harus dilakukan. Nampaknya kita memang harus memikirkan sistem pendidikan yang lebih baik dalam upaya menempa anak-anak Indonesia agar mempunyai kompetensi dan kualitas yang memadai untuk bersaing di dunia yang semakin kompetitif.
Makanya penasaran sekali rasanya seperti apa sistem pendidikan yang diterapkan di Belanda setelah beberapa waktu lalu membaca beberapa artikel tentang sistem pembelajaran di sana. Pembagian pasti jalur universitas yang bisa dipilih oleh mahasiswa. Belanda mengenal adanya binary sistem, dimana terdapat 2 program yakni :
1. Research-oriented education (wetenschappelijk onderwijs/WO)
Nah ini diselenggarakan oleh universitas riset. Di Belanda terdapat 14 universitas riset yang mengadakan penelitian di berbagai bidang ilmu.
2. Professional higher education (hoger beroesonderwijs, HBO)
Kalo yang ini diselenggarakan oleh Hogescholen atau istilahnya University of professional education.
Keduanya berbeda baik sistem pendaftaram, kurikulum, isi dan lama studinya. Jadi ada jalur-jalur pilihan studi tersendiri yang memungkinkan calon mahasiswa memilih mau menempuh universitas riset atau memilih yang lebih berorientasi ke praktek dan karir. Wah asyik ya bila ada kesempatan untuk memilih seperti itu ya?
Kuliah di luar negeri juga membuat kita bisa berkenalan dengan mahasiswa asing dari berbagai negara. Merajut persahabatan walaupun berasal dari latar belakang bangsa, budaya, agama dan ras berbeda akan menghadirkan sebuah melting pot yang sempurna. Belajar menghargai perbedaan, membuka wawasan dan cara pandang baru. Uhmm menyenangkan dan menantang!
Kemudian bisa melihat Indonesia dari luar akan memunculkan sebuah perspektif yang berbeda. Bila selama ini kita memandang Indonesia dengan segala pernak pernik masalahnya dari dalam, mungkin akan sangat berbeda bila memandangnya dengan kacamata yang baru. Bukankah salah satu tujuan kita menangguk pengalaman di luar negeri karena ingin memberikan sumbangsih perubahan yang lebih baik di negeri tercinta kita? Wuihh nasionalis toh..ehehe..
Tunggu apa lagi, siapkan dirimu untuk mewujudkan mimpi yeiiiihhhh....