Hari Sabtu lalu kami pergi
ke Polmadie Car boot sale, tempat tersebut merupakan tempat barang-barang
murah. Ada yang barang bekas pakai ada pula yang baru namun dengan harga yang miring.
Sebagai mahasiswa dengan beasiswa pemerintah yang seringkali telat cair hihi,
tentu saja tempat seperti ini menjadi tempat favorit kami.
Gerimis Sabtu pagi itu
mengguyuri Glasgow walaupun jadwal waktu masih dikategorikan dalam musim
panas. Namun beginilah Glasgow, sudah terkenal dengan hujan (dan kadang
anginnya). Tapi tentu saja cuaca super gloomy itu tidak menyurutkan langkah
kami menuju Polmadie car boot sale. Oh ya dinamakan car boot sale karena
kebanyakan dari mereka menggelar dagangannya dalam mobil yang terbuka. Barang
dagangan bermacam-macam mulai dari perkakas rumah tangga, pakaian, sepatu,
pernak pernik sampai buah dan sayur.
Niatnya kami ingin membeli
beberapa keperluan flat baru mas basid yang baru saja pindah ke Bankhall,
Govanhill, hanya sekitar 20 menit jalan kaki menuju Polmadie Car boot sale.
Nah, saat melihat toples biru lucu yang tergelar di barang dagangan seorang
bapak-bapak berumur 40 tahunan, kami mendekat dan melihat-lihat barang
dagangannya.
“ 50 pence each,” katanya sigap, dengan senyumnya yang
lebar. Tubuhnya tinggi besar, bila dari jauh terlihat sangar namun setelah
didekati nampak keramahan yang terpancar dari wajahnya.
Saya kemudian memeriksa
toples biru yang sepertinya cocok untuk tempat gula. Kemudian ternyata ada set
cocokannya dengan toples yang lebih besar dengan warna senada. Lucu juga, pas untuk tempat camilan. Dan
harga 50 pence tentu saja harga yang murah untuk sebuah toples di Glasgow.
Harga di Indonesia mungkin lebih dari segitu (50 pence sekarang sekitar 10
ribu).
“Eh, tempat dimsum itu di Cunying (toko cina-red) berapa
ya?” tanya Mas Basid, saat menjumpai bapak itu juga menjual tempat untuk
mengukus dimsum. Memang sudah agak lama saya ingin membeli kukusan dimsum itu,
biar bisa nyobain bikin dimsum atau untuk mengukus siomay. Namun harga kukusan
dimsum di toko cina itu membuat malas membelinya, ehehe memang tidak terlalu mahal namun
masih terhitung mahal untuk sebuah kukusan dari bambu itu.
“How much is this? “ tanya saya pada si bapak itu. Hummm
malahan si bapak itu bingung mengira-ngira.
“You can have two for one pounds.” Jawab si bapak itu. Namun
demi melihat reaksinya, saya yakin kalau saya nambah barang lagi pasti boleh.
Pandangan saya meluncur pada alat penggiling roti dari kayu yang tergeletak di
meja. Wuhuuuu, ini dia yang saya butuhkan. Karena selama ini saya menggiling adonan cookies dengan bantuan gelas, pasti akan lebih nyaman bila mengunakan alat
penggiling kayu tersebut.
Sementara itu bapak-bapak itu ngajak ngobrol, mulai dari
nanya dari mana, student dimana, dan jurusan
apa. Saat menyebut University of Glasgow, si bapak itu mencadai kami
dengan bilang itu bukan universitas terbaik, sambil tiba-tiba dikeluarkan
tempat minumnya yang bertuliskan University of Stratcylde (universitas lain di
Glasgow).
“No..no..Uni Glasgow is the best” timpalku becanda.
“Look” kata saya sambil menunjukkan logo Uni Glasgow yang
terpasang di tas saya
“ I can’t see that!” kata bapak itu balas mencandai kami
Ahaha lucu juga si bapak
ini. Si bapak ini ternyata mempunyai satu jari yang tinggal separuh, katanya
terpotong saat main kala kecil dulu. Tapi beliau tetap bercerita dengan jenaka.
Beberapa orang yang ikut melihat barang dagangannya juga dibecandainya.
“No..no, stop..stop.
I don’t like you,” begitu kata si bapak itu setiap kali Mas Basid
mencoba membalas candaannya.
Akhirnya, kami menawar
lagi barang-barang dagangannya. 2 toples, 2 kukusan dimsum, satu alat
penggiling kue, dan 6 tempat bumbu yang berbuat dari kaca berhasil diboyong
dengan harga 2 pounds. Phew murahnya pake banget.
“It’s steal!” kata si bapak. Kami berdua bingung dengan
maksud steal. Dan memang yang dimaksud dengan steal=mencuri, namun maknanya
adalah seperti memberikan barang dengan cuma-cuma atau sangat murah.
“Yes, because you are good looking women,” kata si bapak
itu. Tentu saja tidak ada nada rayuan di dalamnya. Hanya candaannya seperti biasa
yang ramah. Ahaha, si bapak itu pastilah salah satu orang berbahagia yang
selalu cerah ceria berbagi canda dengan cara yang sederhana. Dengan bahagia
pula kami berlalu dari bapak itu dengan bungkusan di tangan.
Kemudian kami kembali
memutar sambil asik melihat-lihat barang dagangan yang digelar. Saya yang
maniak pernak pernak lapar mata demi melihat barang-barang yang unyu-unyu dan
harganya murah. Sayangnya saya terbayang bagaimana membawanya pulang ke Indo,
karena sebagain besar berbahan keramik atau kaca yang gampang pecah. Jadilah
hasrat harus ditahan-tahan..sedikit ;p
Kemudian kami juga bertemu
dengan seorang wanita dengan barang dagangannya. Semula saya melihat-lihat
kain-kain di antara barang dagangannya, siapa tau ada kain yang cocok untuk
alas sofa flat mas basid yang baru. Karena kami sudah membeli bantal-bantal
sofa, namun sofa yang ada berwarna putih dan sudah terlihat lusuh, jadi kami
pikir akan pas bila dipasang kain alas.
Ternyata tidak ada kain
alas yang pas untuk sofanya, namun perempuan itu tertarik itu mengajak kami
ngobrol. Seperti biasa, pertanyaan standar seperti berasal dari mana, student
dimana dan pertanyaan standar lainnya. Begitu menyebut Indonesia, mata
perempuan itu berbinar,
“ I live in Thailand in winter for 15 years.” Kata perempuan
itu.
“15 years?” tanyaku penasaran. Karena setelah ngobrol,
perempuan itu asli Glasgow namun tinggal 15 tahun selama musim dingin di
Thailand tentu saja tidak biasa.
“yes, I stay for summer in Glasgow, and stay for winter
in Thailand,” jelas perempuan itu dengan antusias.
“ Jadi kamu punya tempat tinggal di Thailand ya?” tanya
saya.
“ No, I can live in the street, in the juggle..kind of
like that,” Maksud dari kalimatnya tadi pastilah bahwa ia
tidak punya tempat tinggal yang tetap selama di Thailand.
“What a life!” seruku. Dan senyum
perempuan tadi terkembang seketika. Pancaran hidup terlihat jelas di wajahnya.
“Yes, Lucky me” katanya.
Well,
pembicaraan-pembicaraan dengan orang-orang yang saya jumpai di Polmadie itu
kembali mengingatkan saat tentang bahagia. Bahwa orang-orang itu bahagia karena
mengerti dirinya sendiri, menerima dirinya sendiri. Lihatlah perempuan itu,
hidup saat musim panas di Glasgow, mengumpulkan uang kemudian pergi ke Thailand
saat musim dingin dan itu sudah dijalaninya selama 15 tahun. Dan bangganya dia
berkata “lucky me”. Ah, hidup terkadang adalah menjalani hidup sesuai dengan
apa yang kau inginkan.
Selintas saya
teringat berita tentang kematian Robie Williams dengan cara bunuh diri yang
mengagetkan dunia. Robie Williams, aktor yang membintangi banyak film-film
humoris dan keren. Tapi ternyata mengalami depresi hebat dan berakhir dengan
bunuh diri. Bagaimana Robie Williams melihat dirinya sendiri, sungguh berbeda
dengan orang kebanyakan melihat dirinya.
Hal ini kembali
mengingatkan saya.
Bahagia, mungkin
ada pada bagaimana cara diri kita
melihat diri kita sendiri. Sementara kebanyakan kita terlalu mementingkan pada “bagaimana
orang lain melihat kita”. Tapi pembicaraan saya dengan orang-orang yang saya temui
tadi kembali mengingatkan saya bahwa hidup adalah tentang diri kita, tentang
perjalanan ke dalam diri.
Bahagia, salah
satunya ada pada cara kita menghargai diri kita sendiri.
Salam
Glasgow, 21
Agustus 2014 lewat tengah malam.