Selasa, 17 Juni 2008
Jumat, 13 Juni 2008
Indahnya Perbedaan
Rabu, 11 Juni 2008
Apa yang tertinggal...
Aku pulang membawa hati yang dalam sebuah ruangannya telah terisi akan kisah penuh warna yang nantinya akan terus kubawa dalam langkahku melanjutkan hidup. Tapi apa yang tertinggal di Perugia?akankah setelah aku pergi..Perugia adalah Perugia, sama..sebelum aku datang ataupun sesudah aku pergi?
Hmm..entahlah..
ci mancherai…(kami akan merindukanmu!kyaaa..) begitu ujar sahabat-sahabat yang hanya mengenalku dalam waktu tiga bulan. Ah..che bella parola..
Semakin mendekati hari kepulanganku, kadang ada rasa yang menyeruak dalam hatiku yang tak kumengerti. Dan beberapa rentetan peristiwa kembali mengingatkanku..
“Insegnami, kecak (ajari aku kecak!)!” ia berkata seperti biasanya, tanpa ekspresi saat kami melaju menuju Gubbio. Ah, aku kaget sejenak, Kecak??hmm..ya ampun mana bisa aku kecak, ke Balipun aku belum pernah..ah, memalukan!
“Che bella, collana, signorina?da Indonesia? E cosa significa?(wah, kalungnya bagus banget, buatan Indonesia? apa maknanya?. Sig.Fulvio Bifarini, dosen oral italianoku memuji kalung yang aku pake. Kya..sebuah kalung dari kayu nan eksotis yang aku beli di emperan Malioboro. Bentuknya yang eksotis dan cita rasa tradisionilnya yang kentara membuat mataku yang tengah menjelajah pernak-pernak di Malioboro terpesona dan langsung membelinya. Dan ternyata bukan hanya aku saja yang terpesona , yah..produk Indonesia memang banyak yang memikat hati bangsa lain. Banyak produk buatan Indonesia yang kutemukan di sini, temanku dari jepang, dengan gayanya yang kocak menunjukkan sepatunya yang made in Indonesia, temanku dari cina yang baru membeli topi di perugia..eit ternyata made in Indonesia!wew…
Dan begitu pula banyak komentar yang menyenangkan saat aku memakai kain syal khas Nusa tenggara timur yang dihadiahi seorang sahabat dari soe, hmm kain khas Indonesia. Sayang, sebelum berangkat aku tidak sempat membeli syal batik untuk kupakai di sini.
Ah, aku tahu apa yang akan masih tertinggal disini setelah aku pergi…masih akan tertinggal di benak orang-orang yang mengenalku, sebuah nama…Indonesia!!. Dan bila mendengar kata Indonesia, mereka tidak lagi hanya akan berkomentar dan mengingat
“oh negri yang banyak gempa bumi itu ya? Atau ah..yang pernah terjadi tsunami?..atau..ah..terorisme!!
Tidak, aku yakin tidak...mereka akan mengingat Indonesia sebagai negeri dengan kepulauannya yang banyak dengan budayanya yang beraneka. Indonesia, ya..nun jauh di sana. Dan aku membawa sebuah titik representasi negriku dalam sebuah bejana bernama Perugia tempat bercampurnya segala bangsa, ras, agama. Ada banyak cerita yang kubaca di blog mahasiswa yang belajar di luar negri, mereka mempunyai pengalaman bahwa banyak orang dari negara lain yang menganggap mereka penuh semangat, selalu gembira, ramah dan berwarna. Dan ya, sekarang aku mengerti mengapa mereka merasakan hal tersebut. Karakter orang Indonesia yang boleh dibilang hidup membuat orang-orang Indonesia sering mendapat anggapan tersebut.
“siete sempre allegra!” (kalian terlihat selalu gembira) kata sahabatku saat kami harus menunggu kereta berikutnya selama 2 jam di stasiun terontola jam 11 malam. Kya..memangnya harus bagaimana?ya namanya hidup memang harus berbenturan dengan hal-hal yang tak terduga, itulah menarik dan uniknya hidup dan dari peristiwa-peristiwa itulah kita bisa belajar banyak.
Entahlah, dalam setiap perjalanan, ada saja pengalaman yang mengesankan. Ngobrol dengan wanita peru yang bekerja di Milan saat kami tengah sama-sama menanti metropolitana. Berbasa basi lumayan lama dengan seorang remaja dari New york yang tengah berkelana seorang diri menghabiskan masa liburannya di Itali saat kami bertemu di youth hostell, Milan. Dan juga hadiah Tuhan lewat tangan dua orang ibu yang memberikan kami tiket vaporettinya pada kami saat di Venezia.
Kebiasaan kami untuk bertegur sapa membawa kami dalam pertukaran budaya yang menyenangkan, walaupun sejenak. Dan kami selalu bangga, saat menyebutkan..kami dari Indonesia.
Ah..ada nada penuh sentimentil yang telah terasa saat akan beranjak pergi. Entah kapan lagi bisa merasakan dunia yang sama sekali lain dari dunia yang selama ini mengelilingiku. Ayo buatlah janji kapan kita akan bertemu di jepang tahun depan!! Desak sabahat-sahabat jepangku. Dengan semangat mereka menjelaskan letak kota-kota serta hal-hal yang menarik di sana, atau aki,seorang sahabat dengan begitu baiknya memberikanku saran universitas mana yang bagus untukku melanjutkan studiku, karena ayahnya adalah juga seorang dosen biologi di jepang. Lain lagi Yuta, yang menghadiahiku sebuah CD yang penuh dengan lagu-lagu jepang..kyaa..baiknya. Dan Yuzuke..yang membawakanku sebuah kisah yang ingin kusimpan tanpa ingin mengubahnya, dan memang begitulah seharusnya..kyaaa…
Ah..entahlah, entah impian selanjutnya akan membawaku kemana.
Selasa, 10 Juni 2008
Benvenutto, EURO!!
Jumat, 06 Juni 2008
Perugia, Sore itu...
Mengais sebuah kisah manis yang akan tersimpan di setiap portanya
Hatiku menyisakan sebuah ruangan yang kuiisi dengan setumpuk cerita
Perugia dengan Pinturrichionya
Dengan pantai scallete yang pernah kudihinakan dalam agama
Fontana Maggiore dengan keanggunannya memusatkan kota
Duomo dengan hati seorang pastur yang tengah resah menentukan langkah
Gallenga yang telah tertambatkan sebuah prasasti eksistensiku disana
Ada banyak senyum sahabat yang kusimpan disini
Menyisakan tanya pada rintis hujan
Akahkah dalam waktu yang diberi kesempatan meneruskan detiknya
Masih ada sebuah tali yang menjembatani hati diantara kami
Rabu, 04 Juni 2008
Indonesiaku
Kadang terpikir apa yang membuat Indonesia masih kocar kacir?dengan penduduknya yang tiap hari masih disibukkan dengan urusan mengisi perut, mengindikasikan masih payahnya perkonomian Indonesia yang dikaruniai bumi yang gemah ripah loh jinawi.
Ironis! Memang..
Inilah buah kesalahan panjang jejak-jejak para pendahulu kita yang harus kita tanggung. Generasi yang diwarisi utang luar negri yang bertumpuk, dengan hutan tropis suburnya yang tinggal kenangan hanya menyisakan tanah-tanah tandus dan gundul, nyaris habis terkikis keserakahan tangan-tangan manusia yang sibuk memperkaya diri. Dan entah siapa pula yang telah juga mewariskan mentalitas korupsi, kolusi dan nepotisme yang telah mendarah daging dalam sistem pemerintahan kita.
Ah..dan kita sepertinya bingung harus memulai langkah perbaikan dari mana, reformasi pada tahun 1999 yang tadinya diharapkan sebagai pangkal tolak sebuah kelahiran rezim baru yang akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, nyatanya..reformasi berjalan tanpa arah, bahkan banyak yang menyebutnya sebagai reformasi keblablasan.
Lalu, pernahkan membayangkan bagaimana wajah Indonesia kita 50 atau 100 tahun yang akan datang?
Setelah merayakan 100 tahun kebangkitan nasional, namun negri ini masih saja dibelit urusan bagiamana menyuapi warganya yang masih banyak tinggal di bawah garis kemiskinan.
Akankah kita akan sampai pada satu titik dimana negri ini bisa dibilang sejahtera, dengan stabilitas kondisi sosial politiknya. Ah..dan bolehkah warga negri ini bermimpi suatu saat Indonesia menjadi bangsa yang besar, bukan hanya dalam ukuran tapi juga dipandang sebagai bangsa yang bisa dibanggakan.
Dan 50 tahun atau100 tahun yang akan datang tetaplah dimulai dengan saat ini. Sumbangsih sekecil apapun dari seorang penduduknya adalah kontribusi besar kita pada negara. Semoga, generasi muda mempunyai mimpi untuk melakukan hal-hal luar biasa bagi diri dan negri kita, Indonesia.
Dari sebuah titik di seberang sini, terbersit sebuah keinginan besar untuk memberikan sesuatu bagi negeriku tercinta, Indonesiaku!!huks..huks..nasionalis banget…terharu..jadi kangen Indonesia.
Selasa, 03 Juni 2008
Percakapan itu...
Senin, 02 Juni 2008
Nothin'
Apalagi hatiku... Awal bulan juni, belum juga kutemukan energi-energi baru yang menggugah semangatku untuk menaklukan lagi mimpi-mimpi. Aku tidak ingin hidupku selanjutnya adalah sebuah antiklimaks, harus menemukan sesuatu yang membangkitkan kembali energi untuk berjuang lagi.
Jumat, 30 Mei 2008
Hmm..Coffee Maker..Grazie!
Pertama kali melihat coffee maker khas itali ini pas ada international day di UGM, dan dosenku Signora Laura Romano membuat kopi dengan coffee maker italianya, dan langsung terpesona dengan kemantapan rasa kopi yang dihasilkannya. Dan kini, tiap pagi..(nggak cuman pagi hehe..), siap-siap membuat kopi dengan coffee maker ini. eit Ternyata ada cerita di balik alat ini, seperti yang dipublikasikan oleh Prof. Jeffrey T. Schnapp dalam "The Romance of Caffeine and Aluminum”. Kafein dan alumunium merupakan dua material yang merupakan simbol dari era modernisitas yaitu kecepatan, mobilitas, kekuatan, energi dan elektrisitas. Penggabungan dari dua simbolitas tersebut merupakan gaya hidup baru yang dicari oleh peradaban manusia. Kopi dan alumunium ditemukan pada awal pertengahan abad 19 dan, paham fasis membuat alumunium menjadi logam nasional di Itali pada tahun 1930, dan membawa kedua material ini menjadi satu kesatuan yang mempengaruhi hampir semua rumah di Itali!! ya iyalah..hampir setiap rumah di Itali punya coffee maker. gli italiani alias orang itali memang penggemar berat kopi (kayaknya jarang banget tuh minum teh-kalo mereka minum teh tandanya mereka sedang sakit perut kekekek.). Kayaknya mereka (dan aku juga...) harus berterima kasih pada Alfonso Bialetti yang pada tahun 1993 membuat Alumunium Stovestop coffe maker untuk pertama kalinya. Dan alat ini yang dinamai The Moka Express sekarang ini bisa ditemukan di 90%rumah di Itali.