Saya mempunyai kedekatan tersendiri
dengan jendela. Iyah, bila naik kendaraan seperti bis, kereta, ataupun pesawat
saya pasti memilih untuk duduk di samping jendela. Dan kemudian dengan betah
memandangi potret-potret hidup di balik jendela. Saya suka mengamati apa saja
dari balik jendela. Jendela itu seperti cakrawala yang memberikan ruang pandang
bagi mata sekaligus pikiran kita. Jendela pikir bagi otak agar tidak berpikiran
sempit, bahwa hidup penuh beraneka macam warna.
Jendela bagi saya juga memberikan
keluasan. Rasanya seperti ada ruangan tambahan tentang dunia luar, di luar
diri. Jendela juga tentang kesempatan untuk melihat, mengamati, dan mungkin juga
melahirkan bibit peduli. Bahwa hidup bukan hanya soal kita sendiri ataupun
orang-orang yang dekat dengan kita. Hidup juga tentang orang lain. Jendela
mengajarkan saya untuk bersosial, menalikan hati untuk peduli tentang hal-hal
yang memang saya pedulikan. Walaupun kita tidak bisa seperti malaikat yang
peduli pada semua hal bukan? Bukan pula mengiyakan apa saja untuk membuat
senang orang lain, tapi diri kita sendiri sepi. Tapi menurut saya, ada hal-hal
yang memang menjadi fokus kepedulian masing-masing orang. Sering saya mengamati
tentang hal ini, dan mungkin kini sedikit menemukan jawab. Ternyata tiap orang
mempunyai kepedulian akan hal yang berbeda-beda. Ada yang peduli tentang
bagaimana mengatur keuangan dengan lebih
baik (finance) seperti Ligwina Hananto, ada yang peduli pendidikan seperti
Bapak Anis Baswedan, Ada yang peduli pelestarian hewan-hewan langka dengan
komunitasnya dan lain sebagainya. Banyak sekali, dan tiap orang mempunyai
spesifik fokus kepeduliannya sendiri. Saya sendiri peduli pada pendidikan, personal
development, serta dunia kepenulisan.
Jendela tadi membuat saya berpikir
tentang kebhinekaan kepedulian. Bahwa perbedaan kepedulian itu pastilah untuk
saling melengkapi, sebagai wujud kontribusi masing-masing pribadi. Lalu kamu,
hal apa yang kamu pedulikan di luar dirimu?
Eh kok jadi serius begini, berat ya
bacanya ehehe..iyah sepertinya berbanding lurus dengan kenaikan berat badan
saya. Tapi memang saya suka jendela. Melihat dan mengamati pemandangan di luar
jendela. Seperti yang saya lakukan kemarin saat melakukan day trip ke Harry
Potter Bridge di Glenvinnan Viaduct. Memandang ke luar jendela itu memanjakan
mata, dengan deretan pegunungan hijaunya, danau-danau khas Scotland, rumah-rumah
mungil kecil yang lucu, ataupun domba dan sapi-sapinya. Itulah mengapa saya
betah berada di dekat jendela. Jadi bisa memotret pemandangan cantik seperti
foto-foto ini. Semua foto ini saya ambil dengan kamera dari tempat duduk saya
di balik jendela bus.
Kalau ini suka banget karena ada rumah mungilnya itu, memang sering mengamati rumah-rumah lucu di sini. Indah yaaa...dududu |
Kalau ini ladang anggur, lucu dengan buletan buletannya yang khas itu |
Ini pemandangan tipikal Highland banget |
Dari balik jendela di perjalanan pulang |
Jendela meluaskan pandangmu dengan
berbagai jendela-jendela dunia. Karena hidup itu beraneka, agar kaya akan cara pandang,
dan pikir akan hidup.
Saya masih selalu suka jendela,
seperti saat menjawab pertanyaanmu pagi ini :
“
Adek sekarang lagi apa?” tanyamu menyapaku di pagi Glasgow yang gloomy.
“
Lagi mandang-mandang jendela, flat sepi. Ari lagi pergi Eurotrip (sebutan utk
jalan-jalan ke eropa)” jawabku
“
Ntar jendelanya kalau diliatin terus jadi malu lho, ” begitu candamu.
Hehe hari ini indah, mungkin karena jendela,
karena mendapat respon positif apply kerjaan part time saya, dan pastinya
karena kamu.