Rasanya sesak melihat deretan bangku dan kursi kosong tempat kita semua biasanya makan bersama.Harusnya aku memilih untuk makan di luar saja, daripada harus makan di ruangan yang telah kalian tinggalkan.Benar sekali kata Fanny, lebih baik kita berpisah dengan orang sekaligus dengan tempatnya, karena bila masih berada di tempat yang sama saat orang-orang sudah meninggalkan kita, rasanya amat menyesakkan.Deretan bangku kosong itu bercerita bahwa biasanya walaupun dengan aba-aba formal sebelum dan sesudah makan, tapi kita selalu bisa menikmatinya. Disana kita biasa ngobrol, berceloteh tentang apa saja, kita pernah dinesu-nesuni para brimob yang marah dengan tingkah kelas kita yang kadang telatan dan“terlalu kreatif “merubah jadwal (remember that moment? ehehe)
" Kalian tau, jam berapa seharusnya makan siang!!!, memang ada virus di kelas ini!kalo dibiarkan terus menerus akan menular ke semua orang!" ihihi gitu marah-marahnya si Brimob-brimob itu.
- Deretan bangku-bangku tempat makan kita-
Namun kemarin siang, deretan bangku itu kosong, tak ada lagi kalian. Memandang deretan bangku-bangku itu menghadirkan rasa sentimental tersendiri, seperti ada yang telah pergi dari dalam hati. Aku, Fanny dan Irma terlarut dalam rasa kesedihan mendalam sesudah makan siang, dan tak kuasa menahan bulir airmata yang mencoba menuntaskan rasa, Sebuah rasa kehilangan teman-teman seperti kalian semua, yang telah menjadi keluarga besar kelas A. Sesuai makan siang, kami kembali ke lantai 1 sambil menunggu travel yang akan membawa kami ke Purwokerto jam 2 siang, tapi saat menuruni tangga menuju lobi lantai 1, yang terlihat adalah kursi-kursi kosong tempat kita biasanya berkumpul dengan aktivitas kita masing-masing.
- Lobi kelas kita, tempat kita biasa berkumpul-
Biasanya ada yang duduk leyeh-leyeh membaca koran, berfoto-foto narsis (kelas kita adalah kelas ternarsis bukan?), berlatih senam poco-poco dengan bimbingan si mahaguru poco-poco mas Hendri (pake G) yang membawa kita sebagai juara 1 poco-poco ehehe (inget yel-yel kita “Go Go A...Go Go A.. U’U). Atau saat malam, kalian menghabiskan waktu bermain monopoli, pak Dono menyalurkan kemampuan memijitnya ehehe, atau makan bakso bareng-bareng. Bahkan malam sebelumnya sampai jam 1 dini hari sesuai inaugurasi, kita masih berkumpul mengungkapkan kesan dan pesan masing-masinng. Tapi kemarin siang, tak ada lagi kalian semua. Dan rasa kehilangan itu menyeruak begitu dalam. Tak akan mendengar lagi teriakan “Ayo kelas A..kelas A kumpul!!!”, mendengar ketokan pintu dan teriakan Fanny membangunkan kita semua. Aku kehilangan ritme. Sebuah proses normal saat-saat perpisahan, aku tahu. Tapi aku pulang membawa hati yang penuh dengan kenangan kalian semua. Kelas A yang super unik, dengan karakter kita masing-masing yang membuat kita saling melengkapi dan pada akhirnya tercipta sebuah kebersamaan indah. Kini memang tak harus berkumpul jam 5.30 pagi untuk senam pagi, minum teh sambil makan telor ehehe, nggak harus ikut kelas ataupun baris berbaris ala brimob, tapi semuanya akan terkenang dan tersimpan slalu. -kebersamaan kita-
Selamat kembali ke dunia masing-masing, selamat jalan, kawan!. Dunia membutuhkan tangan-tangan kita untuk terus berkarya dan menunjukkan prestasi. Aku bangga dan beruntung bisa mengenal kalian semua dengan potensi, kualitas dan personalitas yang luar biasa.
Semoga jalur hidup di masa mendatang akan membawa kita semua berkumpul lagi! Miss U all...
Kerlipnya mengerjap sahdu di langit malam, selalu saja setia hadir dengan periodisitasnya yang teratur.Dimusuhinya selalu si kalajengking, Scorpio hingga takkan pernah terjadi mereka nampak di horizon yang sama.Konstelasinya yang apik, gagah dan menakjubkan itu memang telah lama membuatku kepincut.Tak pernah bosan memandangi titik demi titiknya yang berkerlap-kerlip membentuk si pemburu, The Great Hunter.
Bila saja Tuhan menciptakanku pada masa Yunani Kuno, nampaknya persepsi akan rasi bintang yang amat terkenal ini tidaklah jauh berbeda dengan persepsi orang-orang di masa lalu itu.Yap, saat masih kanak-kanak aku dengan takjub memandangi sinarnya yang mengerjap-ngerjap menggoda itu.Persepsi kekanakanku mengimajinasikannya sebagai sebuah boneka.Karena bila titik-titik itu dihubungkan akan terlihat kepala, 2 tangan dan 2 kaki.Aku terpesona melihat boneka ini di langit, berdiri gagah mengangkahi langit, merajai rasi-rasi yang lain yang sepertinya tunduk akan kilauan sinarnya yang mencolok di antara yang lain.
Uhmm..pun pada akhirnya aku mengenal rasi bintang yang selalu saja kunanti kemunculannya di horizon tua itu bernama Orion yang ternyata menurut mitos Yunani Kuno, berarti The Great Hunter atau sang pemburu.Dengan senter di tangan kanan dan peta langit di tangan kiri, dulu aku sering mencari letak-letak rasi yang lain di malam hari, di pelataran rumahku yang langitnya masih bersih, tidak seperti langit Yogya apalagi Jakarta yang telah jenuh akan polusi udara dan dibiaskan oleh banyaknya cahaya artifisial yang menghidupkan kota.Sampai-sampai sering ditegur orang yang lewat di pelataran.
“ madosi nopo mbak?wonten sing ical?(cari apa mbak, ada yang hilang?”.Orang-orang itu sering heran melihatku dengan senter di tangan.Mungkin lebih heran lagi melihat betapa seringnya frekuensiku melihat ke arah langit.Jangan-jangan dikiranya aku tengah mencari wangsit turun dari langit ehehe.
Begitulah, persenyewaanku dengan si penggoda di atas langit yang selalu mengerjap-ngerjap, menawarkan pesona alaminya untuk ditekuri.Ternyata menghabiskan malam dengan memandang bintang-bintang tidak pernah membuatku merasa bosan, sebaliknya membuatku merasa nyaman, bahkan kadang menimbulkan rasa yang tak tergambarkan. Perpaduan antara sunyi, kesendirian yang sahdu, keheningan yang damai dan membuatku sefrekuensi dengan Tuhan.
Sebelum mengetahui nama sebenarnya dari rasi ini, aku bahkan terbiasa menamai titik-titik di rasi bintang itu, hingga saat inipun masih kuingat dengan jelas nama-nama yang kuciptakan sendiri itu.Sebenarnya, rasi bintang ini terdiri dari beberapa bintang besar yang menjadi kepala (Meissa), tangan kanan (Betelgeuse), tangan kiri (bellatrix/pejuang wanita).Hal yang menarik dan sangat mudah dikenali tentu saja tiga titik berbaris yakni Alnitak, Alnilam dan mintaka yang membentuk asterisma yang dikenal dengan sabuk Orion.Bintang lainnya yaitu Saiph yang berada pada lutut kanan dan Rigel pada lutut kiri., sedangkan Hatsya terletak pada ujung panah orion.
Coba kau lihat, titik-titik bintang pada gambar di atas.Nampak seorang pemburu yang tengah memanah.Banyak mitos yang melatarbelakangi cerita tentang si pemburu ini, salah satunya bahwa orion adalah anak dari pasangan dewa Poseidon (dikenal juga sebagai neptunus) dan Euryale.Karena polah tingkahnya yang membuat kekacauan akhirnya para dewa mengirimkan si kalajengking, scorpio untuk membunuhnya.Itulah mengapa kedua rasi ini tidak akan pernah bisa terlihat bersama pada satu lapang pandang horizon di langit.
Orang jawa menamainya dengan bintang waluku yang menandai waktu dimulai musim tanam padi pada sawah tadah hujan.Tapi aku menganggapnya sebagai si penjaga rahasia karena entah berapa banyak rahasia, impian dan cerita-cerita yang kukisahkan padanya.Ataupun saat bintang jatuh di antara konstelasi orion, dan impiankupun dihembuskan pada langit malam.Saat itu malaikat dengan sigap mencatatnya dan Tuhanpun akan mewujudkannya suatu saat.Bahkan telah mengabulkan salah satunya.
Seperti baris terakhir Windy Ariestanty, si pimred Gagas Media di salah satu surat cintanya di Kepada cinta: True Love Keeps No Secrets, dimana disitu ia mengatakan :
Banyak orang bilang, Cinta tak pernah salah. Yeah I agreed. Tapi tolong tambahkan cinta juga bisa datang terlambat.
Baris yang pada akhirnya membuatku sedikit tersindir, menyadari atau entah apa namanya.Aku tidak akan membahas bahasan cinta ataupun filosofi cinta yang absurb ataupun bahasan yang abstrak.Apalagi menilik bahwa memang aku sama sekali tidak punya kapabilitas untuk membahas hal tersebut.Hanya sedang tertarik dengan bahasan tentang cinta yang datang terlambat.Bukan dalam artian cinta yang datang lama-kelamaan karena timbulnya rasa nyaman ataupun kebiasaan. Tapi yang aku maksudkan adalah cinta yang datang pada waktu yang tidak tepat.Aku tidak ingin menyebutnya sebagai cinta terlarang, karena merasa diksi itu terlalu ekstrim.Yeah, cinta yang datang terlambat..entah apa istilahnya.
Bila seorang perempuan jatuh cinta pada seorang laki-laki yang telah mempunyai pacar ataupun bahkan telah menikah?ataupun sebaliknya, cinta yang salah?
Atau jatuh cinta pada saat kedua belah pihak sudah mempunyai pasangan.Harus bagaimana mensikapinya?
Waktu yang tidak tepat disini tentu saja karena status seseorang yang telah tidak mungkin lagi untuk mencinta.Bukankah orang yang sudah terikat ke dalam suatu ikatan pernikahan harus menjaga komitmen.Karena ternyata cinta saja ternyata tidak cukup (kata curhatan orang-orangnya ehehe), maklum bisanya nulis baru "katanya".Tapi yang menjadi menarik adalah cinta yang datang terlambat ini bisa saja terjadi, bahkan sangat mungkin terjadi.Interaksiantara laki-laki dan perempuan dalam koridor apapun memungkinkan untuk terjadi loncatan-loncatan listrik di antara mereka (weh ekstrim banget analoginya ehehe).
Tentu saja sudah sangat sering kita dengar dan lihat kasus-kasus perceraian di kalangan artis, perselingkuhan ataupunskandal-skandal yang dilakukan para wakil rakyat.
Cinta yang salah?
Atau memposisikan cinta yang tempat yang salah? Atau itu bukan cinta?
Lalu bila cinta yang datang terlambat itu terjadi apa yang harus dilakukan?.Hingga pada akhirnya dapat menyelamatkan posisi cinta agar tidak dijadikan kambing hitam terjadinya perceraian atau sebagainya.
Tapi sulitnya, cinta model ini bisa terjadi secara terselubung dalam artian main hati yang aman.Dimana kedua belah pihak tidak menuntut suatu komitmen serius dari suatu hubungan.Tapi mengalir berdasarkan azas kenyaman dan kebahagiaan bersama tanpa menimbulkan konflik ataupun akibat yang fatal.
Main hati! Mungkin sesuai dengan lagunya Andra and the backbone itu.Entah faktor apa yang memicu terjadinya hal tersebut, akupun tidak tahu.
Trus gimana dunk?
Kamu setuju cinta tak pernah salah?
Seorang sahabat pernah mengatakan tidak setuju. Bagaimana denganmu?
Bubuk hitamnya itu menawarkan persenyawaan nan kental antara aku dengannya menjelang tengah malam, ataupun dini hari.Menemaniku nonton bola, film ataupun saat menghabiskan waktu nulis bersama lenovitoku.Teman paling setia yang selalu ada eehehe, hingga bila persediaannya habis aku bisa kalang kabut mencarinya di toko terdekat.Takut ditinggalkannya aku sendirian dalam kehambaran menjelang tengah malam, saat mata sudah mulai protes untuk diistirahatkan, hingga butuh topangan energi baru berupa secangkir kopi hangat yang mengebulkan semangat cadangan.
Uhmm..boleh juga peradaban manusia yang telah lalu hingga berhasil menemukan si bubuk yang kadang membuatku kecanduan ini. Sejarah kopi dapat ditelusuri jejaknya dari sekitar abad ke 9, di dataran tinggi Ethiopia. Dari sana lalu menyebar ke Mesir dan Yaman, dan kemudian pada abad limabelas menjangkau lebih luas ke Persia, Mesir, Turki dan Afrika utara.
Nah, Indonesia sendiri baru mendapat biji kopi untuk dibudidayakan pada saat penjajahan kolonial Belanda.Sepertinya minum kopi telah membudaya, hingga minum kopi bukan hanya menikmati secangkir kopi pekat ataupun kombinasi kopi lainnya untuk memuaskan dahaga kita akan rasa.Lihat saja sekarang ini Coffee break biasa terjadi saat rehat di berbagai acara baik acara formal ataupun informal.Secangkir kopi juga akan suguhkan bila orang bertamu, menemani kongkow-kongkow sambil bercerita tentang apa saja.
Dulu saat di Jogya, kadang bersama teman-teman nongkrong di kopi joss dimana kopi yang dibuat terasa istimewa dengan arang yang dimasukkan ke dalamnya.Arang panas yang dimasukkan ke dalam kopi akan mentralisir kadar kafeinnya sehingga bisa menciptakan secangkir kopi dengan kadar kafeinyang rendah.Bukan mitos belaka, namun hal tersebut merupakan temuan dari penelitian mahasiswa UGM yang sering nongkrong di Angkringan Lik Man itu.Kopi Joss (Angkringan Lik Man) yang terletak di sebelah utara stasiun tugu itu memang selalu rame dengan sekumpulan orang, baik mahasiswa yang berjubel di kota pelajar itu, wartawan, seniman, tukang becak, ataupun bahkan kabarnya sering dikunjungi sejumlah tokoh terpandang Indonesia seperti Butet kertarajasa ataupun Emha Ainun Najib.
Dari situ kita bisa melihat bahwa kopi memang telah membudaya.Bahkan Mba Anik, teman kosku di Jogya telah mengganti zodiaknya yang Taurus menjadi kopitarius gara-gara saking gemarnya minum kopi ehehe.
Akupun begitu, walaupun tidak terlalu fanatik berani mengakui sebagai penggemar kopi, bahkan pernah mengalami kecanduan kopi.
Secangkir kopi bagiku adalah teman setia yang tersedia kapan saja.