Senin, 24 Oktober 2011

Rinduku//Doaku

Angin malam dan hujan rintis berpadu

Membekaskan senyummu

Sementara lagu-lagu terus mengalun syahdu,

Merekatkan erat rinduku akanmu

Yang kutitipkan dalam baris baris doaku,

Doaku, yang mengartikan arti rinduku akanmu

Doaku, bukti rinduku..

Glasgow, 23 Oktober 2011. 09.30 p.m

Minggu, 23 Oktober 2011

Tali-Tali yang disiapkan Tuhan

Pagi yang dingin—seperti biasa--, dan secangkir teh hangat semakin membuatku bersyukur, bahwa detik ini aku masih baik-baik saja, dengan pagi yang tenang, masih sedikit gulita walau sudah menjelang jam 8 pagi, masih sepi karena hanya aku yang sudah terjaga di flatku. Lagu-lagu indo yang kudownload tadi malam, masih setia menemaniku. Hasil dari rasa penasaran lagu yang dinyanyikan anak-anak PPI Glasgow kemarin pas acara lapor diri..ehehe..

Masih disini, dengan jendela windows yang terbuka, dan entah ingin menulis apa. Hanya ingin menulis saja. Menikmati jemari berlarian di keyboard, aku selalu rindu menulis. Sebenarnya detik ini aku hanya ingin bersyukur, “gempuran” di awal-awal studi yang sempat membuat jatuh pada titik terlemah, perlahan kuperangi. Awalnya, kupikir dengan “ilmu perjalanan” sebelumnya, semua keadaan akan bisa kuhadapi dengan lebih resisten terhadap segala sesuatu yang sanggup menggonjangkan kestabilan. Tapi Tuhan itu, entah mengapa selalu mempunyai mekanismeNya sendiri...menguji apapun dengan tahapnya masing-masing. Dan terjebaklah aku dalam ketidakstabilan, merasa berada di tempat yang salah, mempelajari sesuatu yang “salah”, dengan orang-orang yang salah, parahnya..di waktu yang “salah”. In summary, everything seems bad..and wrong...

Pernahkah kalian merasa begitu? Saat segala teori tentang kestabilan, tentang titik pusat roda, tentang teori respon dan sikap menjadi musnah dan mentah.....

Semuanya terpikir sulit, keadaan yang sulit, saat-saat sulit, dan langit menjadi gulita seketika. Dan ternyata ada masa “inkubasi” rasa seperti itu hingga sedikit demi sedikit terperangi..

Karena di antara pemikiran bahwa jalan ke depan terasa sulit, ada satu kalimat yang tiba-tiba melintas..

“ Lalu kau taruh Tuhan dimana?”

Kalimat itu melintas berkali-kali dalam kepalaku. Detik itu juga aku mulai menyadari. Come on...ini tidak sesulit yang kau pikirkan..walau kupikir sekarang semuanya terasa sulit, dan banyak hal ke depan yang terasa membutuhkan banyak energi untuk dihadapi. Okey, fine...tapi hey....aku masih punya Tuhan. Kemana kau taruh Tuhan dimana?begitu tanyaku pada diriku sendiri. Semuanya yang kupikir sulit ada dalam tataran pemikiran “manusia”ku. Tapi aku masih punya Tuhan, Dia yang mengatur semuanya. So, kukatakan pada diriku sendiri...pelan-pelanlah, tapi teruslah melangkah..mungkin Dia ingin menyuruhku belajar dan belajar lebih keras lagi. Mungkin Dia ingin aku mencari jalan untuk menyelesaikan satu tahap demi tahap sesuatu yang kupikir “sulit”itu. Kadang terlintas pertanyaan,

“Lalu bagaimana caranya?”

Dan aku tersadar, manusia diberikan kesulitan untuk membuktikan seberapa tangguh ia untuk berusaha mengatasi kesulitannya. Soal bagaimana caranya, sekarang tak ingin kupikirkan. Yang kulakukan hanya maju selangkah demi selangkah, bertindak dan bertindak, mencari jalan dan berupaya, itu saja. Karena aku yakin Tuhan nanti akan mengarahkan segala upayaku untuk bisa menyelesaikan sesuatu yang kuanggap sulit ini. Dia..yang bisa memudahkan apa yang manusia pikir sulit. Dia, yang Maha membolak balikkan keadaan. Aku masih memilikiNya, jadi jangan terlalu cemas dan khawatir, diriku....kita melangkah saja terus, dan berdoa.

Di tengah itu semua, aku juga disadarkan, saat Tuhan memberikan ujian berupa kesulitan, ternyata ia juga telah menyiapkan tali-tali yang membantu manusia agar tidak terlalu terjatuh, ada tali yang akan menarik dari keterpurukan. Tuhan menyiapkan orang-orang di sekitar kita untuk senantiasa mendukung kita. Aku melihat dengan jelas sekarang, tali-tali itu, orang-orang itu, yang disiapkan Tuhan untukku. Bila seperti itu, bagaimana aku tidak bersyukur??

Untuk keadaan dan situasi yang baru yang tengah kuhadapi, aku menemukan kalimat Mario Teguh yang menguatkan :

Jika Anda hanya bersedia melakukan yang sudah bisa Anda lakukan, kapankah Anda akan mampu melakukan yang belum bisa Anda lakukan?
Maka janganlah menolak pekerjaan baru, karena itu adalah kesempatan untuk melakukan sesuatu yang berada di atas kelas kemampuan Anda saat ini.
Ingatlah, kelas Anda ditentukan oleh kelas pekerjaan Anda.
...
Dan karena Anda berhak bagi sebaik-baiknya kelas, upayakanlah.

Karena segalanya bisa diupayakan, mungkin hanya perlu kesabaran, keuletan, kemauan keras, dan konsistensi. Dan itu semua mau kuupayakan..!!
Dan untuk orang-orang yang disiapkan Tuhan untuk menjadi tali-tali yang mendukungku. Terimakasih, aku bersyukur Tuhan menganugerahiku untuk bertemu, membangun sebuah persahatan dengan kalian, dalam kasih yang saling mendukung dan menguatkan. Dan pagi ini aku tersenyum, bersyukur, Thanks God I have all of You..
** Untuk sahabat-sahabatku yang sedang merasa mengalami keadaan-keadaan yang sulit, tenanglah, setidaknya kita masih punya Tuhan, maka semuanya akan baik-baik saja...

Pagi di Glasgow masih saja sepi, tapi dengan riang kupersembahkan lagu “Kubahagia”-nya Sherina Munaf untuk kalian semua..

Kita berlari-lari
Bersama mengejar mimpi
Tak ada kata tuk berhenti
Semua bahagia semua bahagia

Walau hidup susah
Walau tuk senyumpun susah
Rasa syukur ini karena bersamamu
juga susah dilupakan

Kubahagia...

Cheeers...—pagi di Glasgow, 23 Oct 2011.8.30 am



Selasa, 11 Oktober 2011

Doaku Bisu

Doaku masih kulantunkan malu-malu

Masih terkadang membisu

Kelu, dan mentasbihkan betapa tak kuasaku dihadapMu

Aku merasa abu-abu

Merasai malaikat dan setan berpadu jadi satu

Menipiskan rasionalitasku

Aku, dengan mauku

Entah apa mauMu, kuperturutkan saja jalan menujuMu

Gusti, apakah karena menjadi abu-abu aku kelu berdoa dihadapMu?
Untuk kali pertamanya, kutanya..harus bagaimana doaku?

Sampai kini, masih membisu

Glasgow, 10 Oktober 2011 8.30 pm

Senin, 10 Oktober 2011

Memasuki Hutan Belantara PhD

Minggu menjelang pukul 19.00 ..sepi, Glasgow yang senyap. Hanya alunan lagu-lagu indonesia yang berurutan kuputar di jet audioku. Mengiringi loncatan pikiranku yang kesana-kemari.

--projek riset—jadwal—dia--training skills—acara before christmas lab—telp keluarga—mulai bikin literature review--kursus bahasa inggris mulai besok—belajar—masak--dia—novelku—projek antologi cerpenku—dia—dan dia lagi..ehehe :D

Baiklah, lupakan pikiranku yang meloncat kesana kemari—aku mau melakukan terapi. Menulis ehehe—entah kenapa aktivitas menulis merupakan salah satu bentuk terapi untuk menyenangkan diri sendiri. Menikmati kebersamaan alur pikiran, ketikan di keyboard, memilih diksi, dan menuangkan sebuah cerita atau apapun.

Kututup sebentar beberapa jendela jurnal dan satu e-book tentang dengue (topik yang harus kudalami selama tiga tahun ini). Humm..memasuki hutan belantara studi phD yang benar-benar baru, asing dan tak dikenali.

“ Mulai kapan kuliahnya?” begitu pertanyaan 100 dollar, maksudnya bila kuhitung berapa orang yang menanyakan itu, maka aku akan mendapat banyak dollar ahaha..

Kuliah doctoral degree kan nggak ada kuliahnya. Trus ngapain aja??itu pertanyaan berikutnya. Dulupun aku bertanya begitu, ibarat nyemplung ke sebuah dunia yang belum kukenali gambarannya sebelumnya. Ah, bakat nekad dan spontanku memang susah hilang ehehe...

Wis nekad-o nduk..ta restui nekadmu!” masih jelas terngiang pesan seorang dosen senior biologiku menjelang keberangkatanku kemarin itu.

Humm...baiklah..Maka kumulai mbabas alas. Mulai kubacai dua buku tentang doctoral degree....Dan...hummm dalam rentang beberapa waktu, perspektifku tentang waktu studi phD langsung berbalik 180 0 derajat. Dulu kupikir waktu 3 tahun studi PhD akan menyisakan banyak waktu luang, karena nggak ada kuliah resmi. Humm bisa voluntering, bisa kerja, bisa bikin banyak tulisan, bisa bikin novel, bisa jalan-jalan muterin eropa. Hoho baiklah, kini setelah agak sedikit tahu ritme studi doktoral. Pernyataanku berganti :

“ tiga tahun rasanya terlalu singkat untuk studi doktor!!

Hoho,..pantes saja, rata-rata studi doktor diselesaikan dalam empat tahun. Tapi penyandang danaku adalah uang dari republik Indonesia tercinta yang mengharuskanku selesai studi dalam tiga tahun (akupun tak ingin lama-lama disini ehehe), maka tiga tahun adalah patokan waktu yang harus kususun time schedule-nya.

Iyap, studi PhD mengharuskan kita untuk menyusun jadwal akademik sendiri, apa yang harus dilakukan per hari, per minggu, per bulan, per tahun.

** you design the curriculum for your PhD project

Jadi, latihan mengatur diri sendiri, apa yang harus dikerjakan, apa yang harus disiapkan, apa yang harus dipelajari, kapan waktunya, berapa budjetnya, apa kira-kira masalah yang akan muncul, bagaimana mengantisipasinya...

Haisssh, yap..fail to plan is planning to fail sodara sodara!!

Sedangkan aku adalah dosen kemarin sore, dengan pengalaman riset yang ..yaaaaah...masih belajar riset. Dan sekarang ngambil studi PhD yang ternyata hampir bisa dibilang tanpa guidance. Artinya, peran diri sendiri dalam keberhasilan studi Phd memegang poin sentral. Supervisor hanya mengarahkan, memberi saran, paling ketemu seminggu sekali atau bila ada progres dan masalah yang harus dibicarakan.

“You’re an expert...doctoral student usually doesn’t need to take a course” kata Alain-si supervisorku itu. Glek, hadeeeeh tepok jidat...hihihi...

Teringat pertanyaan super konyolku dulu pas pertama kali ketemu Alain,

So, what should I do during my first year of PhD?” tanyaku dengan polosnya. Auwww...bila kalian suatu saat mengalaminya, jangan pernah tanyakan pertanyaan konyol ituu..Iqro dulu!!!Iqro...dan Iqro..baca...bacalaaaah...ahahaa...tutup mukaaaa...setelah khatam membaca buku getting a PhD itu rasanya gambarannya agak samar-samar sekarang hihi...

Gambaran yang samar-samar itu, dibumbui dengan deadline yang kemaren sudah diumumkan administrator college-ku. Deadline literature review Januari, sedangkan annual review (presentasi, report dan evaluasi) Juni...nyum nyummm..baiklaaaaah...I’m in trouble now ahaha....menertawakan diri sendiri.

Jadi, proses studi doktoral ini akan dimulai dengan membuat literature review untuk menunjukkan latar belakang riset, tentang originalitas, kebaruan dibandingkan riset lain, serta riset-riset lain yang sudah dilakukan sebelumnya. Kemudian melakukan penelitian, training yang menunjang penelitian, analisis data, menulis report, presentasi, evaluasi, publikasi ke jurnal, dan menulis disertasi.

Hummm...ayooh masuki hutan belantara ini dengan semangat dirikuuu, ehehe walau mulai dari awal, bila semangat melakukannya, tak ada yang tak ada yang tak bisa...

Jadi, teringat sebuah lagu....

“ When I see you smile...I can face the world..
When I see you smile I can do anything “

Yang ditimpalinya dengan pertanyaan, “wuihh bisa dong bikin pesawat boeing 737 setelah melihat senyumku?” blep..blep...bisa, pakai kertas lipat!
Baiklah, Glasgow masih tetap sepi. Heyyy..kenapa kalian masih membacai tulisanku??ehehe...di Indonesia sudah jam 1.36 WIB dan 2.36 WITA (ahaha maksudnya apa....baiklah, kuakhiri tulisanku sebelum kekacauan sistem semakin parah dan ayo ayooo sinaaaaau).

**kembali membuka jendela e-book tentang dengue...mari belajar!!