Jumat, 09 Mei 2014

Catatan Tentang Kebahagiaan



Sambil istirahat siang di lab, saya asik melirik-lirik timeline jejaring social Facebook dan twitter saya. Terkadang hanya untuk melihat-lihat saja celotehan teman-teman. Dan hup, saya menemukan postingan tulisan teman saya si Eel, di sini :
Kemudian saya terpikir bahwa memang konstruksi pemikiran, termasuk nilai tentang kebahagiaan juga tergantung dari latar belakang seseorang, bagaimana kondisi sosial ekonomi dan cara ia ditumbuhkan.
Di sinilah tersadari kembali betapa uniknya manusia. Dan betapa semakin terasa tak perlunya menghakimi seseorang. Hey, we don’t know the whole story.
Seseorang berjalan dengan awalnya sendiri-sendiri, bergerak dengan lajunya sendiri, dengan jalannya masing-masing. Mungkin kita akan saling lihat, namun menghakimi seseorang sepertinya terlalu jauh bukan?
Setiap tahapan hidup manusia, ia punya konsep, nilai/value hidup yang ia yakini. Konsep dan nilai tersebut pun terus bergerak seiring dengan pengalaman, pertumbuhan diri seseorang. Seperti teman saya tadi, yang dulu menganggap ukuran kebahagiaan adalah punya uang banyak, kemudian kini bukan lagi.
Lalu karena tulisan teman saya itulah, saya tergerak untuk menelusur catatan-catatan kebahagiaan saya.
Konsep bahagia adalah dengan uang banyak, hampir tidak pernah saya alami. Mungkin karena saya ditumbuhkan dari keluarga yang biasa saja. Ayah saya dulu awalnya guru SD, kemudian pernah jadi Kepala Desa, kemudian jadi penilik Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Ibu saya, seorang ibu rumah tangga yang bekerja di rumah dengan punya usaha konveksi kecil-kecilan. Selama ini saya dibesarkan dengan keuangan yang serba pas-pasan. Untuk kebutuhan sekolah, jajan dan lain sebagainya. Jadi ukuran uang sebagai sumber kebahagiaan hampir tidak pernah mampir dalam benak saya. Dengan segala yang pas-pasan itu, saya bahagia.
Saya mungkin memikirkan bahagia itu apa dan rasanya itu bagaimana, mungkin saat MU mendapat treble winner tahun 1999.
Ehehe kalian mungkin akan mengkerutkan dahi. Tuh kan, apa yang membuat orang bahagia kadang-kadang tidak kita mengerti. Bahkan ketika saat ini diri saya menengok lagi ke belakang, sekarang saya sudah tidak bisa merasakan hal itu lagi, bahagia saya sudah lain lagi. Padahal saat itu saya hanya tahu bahwa saat itu saya merasa menjadi perempuan paling bahagia seluruh dunia. Ahahah, saat menuliskannya saat ini, saya geli sendiri.
Ukuran kebahagiaan yang super sederhana. Dan sepertinya nilai-nilai kebahagiaan saya pun bergerak sederhana.
Ketika kuliah S1, bahagia saya terukur dari nilai-nilai mata kuliah saya baik, kumpul bersama teman-teman, pulang tiap minggu berkumpul dengan keluarga lalu berangkat lagi hari senin dengan uang saku Rp. 50.000 untuk hidup selama satu minggu.
Kemudian selanjutnya bahagia saya masih sederhana, menulis, membaca buku-buku favorit saya, belajar Bahasa Italia, melanjutkan kuliah master, kumpul-kumpul dengan sahabat saya.
Jangan tanya tentang cinta pada lawan jenis dan ukuran kebahagiaan saat saya muda dulu (weks sekarang apa?) karena cinta saya paling-paling sebatas cinta lucu-lucuan.
Saya tidak pernah benar-benar memperhatikan konsep-konsep atau nilai kebahagiaan saya, sampai ketika saya berhasil menginjakkan kaki di Italia. Bahagia saat impian saya terwujud. Bahagia saat impian tertaklukan, ketika perjuangan panjang saya berbuah manis. Mungkin saat itulah, saya mengalami kadar kebahagiaan yang berbeda dan lebih memperhatikan tentang kebahagiaan.
Semua orang katanya ingin bahagia. Sekarang ini banyak sekali bertebaran di mana-mana, di status facebook, twitter, path dan dimanapun sepertinya setiap orang berupaya meyakinkan pada dunia bahwa dirinya bahagia.
Tidak salah pastinya.
Seorang sahabat saya yang lama belum dikarunia keturunan, tiba-tiba hamil kemudian melahirkan seorang putri cantik, tentu saja dia bahagia.
Seorang sahabat yang baru saja menemukan pasangan dan menikah, ia bahagia
Ada yang diterima di pekerjaan baru, ada yang diterima beasiswa, ada yang berhasil bikin masakan yang katanya enak trus bahagia (itu saya ahahaha).
Setelah saya menelusur semua cerita-cerita tentang bahagia, ada satu hal yang saya kini yakini. Kita hanya bisa tahu rasanya bahagia dan apa yang membuat kita bahagia berdasarkan pengalaman rasa kita sendiri. Bahagia  itu ternyata nggak bisa nyontek lho ahahah.
Saya pernah mendengar wawancara seseorang, dan ia menjawab :
            “ Ya bahagialah, nggak usah saya ceritakan. Kamu nggak akan tahu rasanya kayak apa”
Hihihi terkesan arogan, tapi ya benar juga.
Orang-orang bilang bla bla itu sangat membahagiakan. Tapi bagi orang lain atau saya mungkin biasa saja. Demikian pula sebaliknya, apa yang biasa-biasa bagi seseorang, mungkin bagi orang lain terasa luar biasa.
Di sinilah saya sampai dalam pemahaman bahwa saya memiliki rasa kebahagiaan unik tersendiri, dan juga orang-orang lainnya masing-masing. Tidak sama, dan mungkin tidak bisa dipahami satu lainnya karena tataran rasa sungguh terkadang  sulit dibedakan antara sederhana atau rumitnya.
Sekarang ini bahagia saya lebih pada melahirkan tulisan, jalan-jalan, memasak, bersama pasangan saya,  ngobrol dengan sahabat dan keluarga.
Rasa pun mengalami perubahan, ia bertumbuh seiring pertumbuhan pribadi. Bersama pengalaman yang mengiringi.
Ini bahagiaku, itu bahagiamu, bahagia kalian. Lihatlah bahwa kita bahagia dengan rasa kita masing-masing. 


Jangan Cintai Aku Apa Adanya





Pagi yang dingin, jendela samping pun berembun. Tapi hatiku menghangat. Dan lamat-lamat terdengar lagu Tulus- Jangan cintai aku apa adanya-

Jangan cintai aku Apa adanya
Jangan
Tuntutlah sesuatu Biar kita jalan
ke depan
Aku ingin lama jadi petamu
aku ingin jadi jagoan mu


(Jangan cintai aku apa adanya-Tulus)

Tersenyum sejenak. “Jangan cintai aku apa adanya” sepertinya sebuah lirik yang berkebalikan dengan jargon lama “Cintai aku apa adanya”. Betapa seseorang ingin dicintai dengan apa adanya dirinya. Dengan menerima segala kurang dan lebihnya. Benar juga. Saya termasuk salah satu yang mengamini bahwa kita tak bisa mengubah seseorang kecuali si orang tersebut berkeinginan sendiri untuk berubah.
Kompromi. Indeed.
Mudah? Tentu tidak.
Tapi bukankah salah satu seni dari mencintai dan dicintai adalah bagaimana dua manusia saling berkompromi masing-masing pihak.
Tapi lirik Tulus ini membawakan pesan yang menurut saya luar biasa.
Hei kamu, jangan diamkan aku menjadi biasa-biasa saja. Karena denganmu aku selalu ingin berusaha menjadi luar biasa.
Terbaik yang aku bisa
Hei kamu, jangan biarkan aku begini-begini saja. Karena denganmu, rasanya aku punya seluruh energi semesta untuk terus berkarya.
Hei kamu, ingatkan aku untuk menjadi diriku sendiri dalam versi yang terbaik.
Hei kamu, semangati aku agar bisa melahirkan tulisan-tulisan yang bisa dibaca banyak orang, bisa memasak masakan yang super lezat untukmu, dan segera memiliki dapur kita, tempat lahirnya cinta dalam rasa asin, manis, pedas, gurih.
Hei kamu, marilah bersama menjadi hambaNya yang berjalan menjadi pribadi yang lebih baik.
Hei kamu, are you happy with me? Ahahha iya pastilah. Katamu.
Maka jangan cintai aku apa adanya, mari saling membaikkan, menguatkan, dan tangguh menatap jalan ke depan.


Hei kamu..iya kamuu..lama yah tidak menuliskan sesuatu untukmu.

--Aku.  Perempuan yang bahagia bersamamu--

Lelaki Penerjang Badai itu





Rasanya badai makin kencang, sayang
Iyah, tapi bukan berarti tak ada jalan terang,
Langkahku kadang mulai lelah
Istirahatlah sejenak, lalu mari bersama kita kembali melangkah
Jalan makin terjal,
Tak apa, karena itulah kita harus makin pejal
Maafkan, bila terkadang aku mulai merapuh
Tak perlu, bukankah kita berdua bersama untuk saling memberi suluh?

Ah lelaki penerjang badai itu,
Lelakiku,


Rabu, 07 Mei 2014

A Beautiful Day in Victoria Park




Siapa bilang jalan-jalan itu harus jauh? Nggak loh, yang penting meluangkan waktu untuk refreshing dari rutinitas. Seperti kali ini, libur bank holiday sehari di Hari Senin lalu, sepertinya akan membosankan bila dihabiskan hanya di flat.Apalagi sekarang ini setiap hari kini saya bekerja (demi bertahan hidup di Glasgow #ahaha melas). Nah, walaupun ramalah cuacanya nggak terlalu cerah, bahkan gerimis rintis-rintis, kami tetep nekad jalan-jalan ke Victoria Park.
Ceritanya sekalian survey untuk tempat barbeque sekalian pengajian bulan depan. Saat cuaca mulai banyak matahari, memang kadang-kadang kami mengadakan pengajian outdoor, sekalian barbeque-an. Biar tidak bosan juga dengan rutinitas pengajian tiap bulannya. Nah, dengan malu hati, ini kali pertamanya saya ke Victoria Park. Hihih haduh selama dua tahun saya di Glasgow ini kemana saja sih? Padahal letak Victoria Park tidak terlalu jauh dari Hillhead, tempat tinggal saya. Kalau menggunakan bis pastinya hanya sebentar, tapi karena ceritanya jalan-jalan (ini ngirit maksudnya hihih) jadi kami jalan kaki saja ke sana. Yang menyenangkan di sini, jalanannya sangat friendly untuk pejalan kaki. Ada semacam track atau space yang disediakan untuk pejalan kaki. Dan juga jalanan lengang, adem ayem sementara udaranya bersih. Memang cocok untuk jalan kaki. Untuk mencapai Victoria Park, mungkin sekitar 45 menit- 1 jam jalan kaki ( udah plus mampir beli es krim, ngadem etc eheheh).
Dan setelah sampai, keinginan saya untuk membuka bekal kami dan makan langsung sirna ketika melihat bunga-bunga sakura (cherry blossom) yang berguguran. Fotoiiin, eheheh nggak bisa banget liat background bagus. Tadaaaa...





Yang saya amati, Glasgow terdapat banyak sekali taman-taman kota yang sediakan gratis untuk publik. Hampir di setiap area ada taman kota, tipikalnya hampir sama, ada taman bunga, kolam, area bermain anak-anak, cafe/shop jual teh/kopi atau makanan kecil, tempat duduk-duduk santai dan publik toilet.
Saya ingat kata Kang Emil, halaah sok akrab. Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil itu sering mengatakan kalau masyarakat yang sehat itu biasanya berkumpul dalam tempat-tempat publik seperti taman kota. Makanya sekarang Kang Emil sedang menata Kota Bandung menjadi kota yang nyaman dan sehat untuk masyarakatnya. Iya benar juga, masyarakat butuh tempat publik yang murah/gratis untuk berkumpul, refreshing karena selain kebutuhan kesejahteraan raga, kesejahteraan jiwa juga dibutuhkan.
Persis seperti apa yang saya lihat di sini, disediakan ruang-ruang publik yang nyaman dan bersih. Orang-orang bisa jalan-jalan bersama orang-orang tercintanya, atau biasanya membawa anjing-anjingnya juga, bersantai menghilangkan kepenatan. Ada hal yang awalnya membuat saya takjub. Bila mereka jalan-jalan bersama anjingnya, kemudian di anjing itu pub-meninggalkan kotoran, maka si pemilik anjing itu akan mengeluarkan kresek yang dibawanya kemudian membuang kotoran anjing mereka ke tempat sampah. Ih, kesadaran mereka akan kebersihan dan tanggung jawab terhadap peliharaannya saya lihat memang jempolan.
Di Victoria Park ini terbilang komplit, ada taman bunga yang indah dan luas seperti ini.





Duh siapa yang nggak betah lama-lama di tempat ini.
Ada pula kolam yang banyak belibis dan angsa, serta burung dara di sekitarnya. Jadi sangat menyenangkan dan menenangkan, duduk duduk santai di bangku dekat kolam sambil menikmati pemandangan sekitarnya yang adem.




Bila membawa anak-anak, ada pula wahana permainan anak-anak yang bisa dengan gratis digunakan. Kadang-kadang menghibur juga melihat anak-anak bermain, lucu-lucu, jadi pengen punya satu #eaaa ahahah.


Publik toilet juga tersedia dan cukup bersih. Ah, ke depan akan sangat baik bila konsep seperti ini diterapkan di Indonesia. Jangan hanya dibanyakin Mall, harusnya fasilitas publik untuk berkumpul seperti taman kota ini harus segera dipikirkan untuk diterapkan di Indonesia. Saya amati sudah mulai ada beberapa daerah di Indonesia yang memulai menciptakan tata kota yang baik, semoga akan disusul oleh daerah-daerah Indonesia lainnya.
Nah, jalan-jalan kali cukup sederhana. Hanya jalan kaki, santai-santai menikmati taman kota, foto-foto narsis #tetep, makan bekal dan duduk-duduk santai. Tapi rasanya jiwa kembali segar dan cerah ceriaaaaa. Iyah saya kalau deket-deket ijo-ijo, bunga-bunga sama air pasti bawaannya seger hihih.




Tuh kan jalan-jalan nggak harus mahal dan jauh. Tengok tempat menarik di sekitarmu and live your life!


Selasa, 29 April 2014

Senja di Paisley


Sepotong Senja. Paisley -Gla 27.04.2014

Ranum senja mungkin pertanda, cinta tak lagi muda
Ia bertumbuh, tanpa kehilangan suluh
Ia berkembang, tanpa maksud mengekang
Ia berpadu, meminta restuMU

Glasgow. Senja di Paisley. 27.04.2014

Minggu, 27 April 2014

Ada Saatnya..



Di Sebuah Bangku-Kelvingrove Park-Gla. 26.04.2014

“Ada saatnya dalam hidupmu, engkau ingin sendiri saja bersama angin, menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata.” (Bung Karno, 1933)


Kamis, 24 April 2014

En-JOY Your Life..


Komentar sahabat saya di salah satu posting tweet saya :)

Kapan sih kamu melakukan hal-hal baru terakhir kali? Eheheh. Saya tiba-tiba terpikir hal ini ketika melihat video di salah website yang menceritakan bagaimana luapan kegembiraan dua orang nenek yang untuk pertama kali terbang dalam hidupnya. Pesan yang ingin disampaikan si pembuat video tersebut kira-kira : We never too old to try something new for the first time. Kalau ada yang mau lihat videonya di sini deh.
Takjub juga melihat reaksi si dua nenek ini pas pesawat itu mulai terbang mengudara. Ya ampun, kadang-kadang kita terlalu sering merasa take it for granted beberapa hal, padahal bagi orang lain mungkin luar biasa. Misalnya saja naik pesawat terbang, mungkin bagi saya sudah biasa. Dulu saat pertama kali naik pesawat, rasanya pengen nengok jendela terus, takjub melihat awan-awan sekeliling atau hamparan pemandangan di bawah. Sekarang, biasanya melihat sejenak, kemudian nonton film, makan, kebanyakan sih tidur. Dulu, pas mendarat untuk transit di Dubai untuk menantikan jadwal penerbangan selanjutnya, rasanya semuanya pengen dijelajahi, foto-foto di semua sudutnya. Sekarang,  biasanya lebih milih duduk, nulis di laptop atau cari koneksi wifi untuk internetan. Mungkin manusia selalu rakus untuk merasai pengalaman baru-baru. Memang ada kerinduan-kerinduan seperti itu, merasai sesuatu yang baru, pengalaman-pengalaman baru.
Saya membuka-buka folder foto saya, dan tersenyum sumringah melihat untuk pertama kalinya saya naik komedi putar. Heheh, iya sumpah ini baru kali pertama saya naik komedi putar. Padahal sebenarnya dari dulu pengin, namun kadang malu aja kalau di Indonesia naik komedi putar, trus nggak ada temennya lagi hihi. Dan akhirnya winter break lalu saya naik komedi putar untuk pertama kalinya dalam hidup saya ahah. Bulan Desember lalu, di depan George Square ada Glasgow On Ice yang menyediakan wahana komidi putar, nah jadinya saya berhasil mencobainya. Awalnya pura-pura minta foto di depan komedi putarnya ke Mas Basid hihih.

Hidiww keliatan banget muka bahagianya, padahal baru foto di depannya doang.

Dalam hati sih pengin naik, tapinya nggak ada temen. Trus rada malu juga, what naik komidi putar jaman segini? umur sudah berapa? ahahaha. Eh eh, tapi akhirnya dong, saya naik juga. Kapan lagi dududu...

Dengan gegap gempita dong saya beli tiketnya, 2.5 GBP sekali naik ;p
Tadaaa..akhirnya saya naik komidi putar untuk pertama kalinya dalam hidup hihih

eaaaaaa sumringaaah
Hihih pas turunnya masih tetep aja sumringan. Huaaah naik komidi putar akhirnyaaa..#norak

Terus dong, saya ketagihan ahaha. Saat jalan-jalan untuk nyobain ice skating bersama sahabat-sahabat saya plus si Rayyan (Anaknya Kak Ani-Sahabat kami), saya dengan dalih nemenin Rayyan, naik lagiiii...berapa kali? dua kali sepertinya. tiga? eh ehh...



See? We never too old to start trying something new.Nggak tau rasanya seru aja, kind of so simple joy. A joy, kegembiraan yang membuncah begitu saja. Padahal ya hanya melakukan hal-hal yang baru, yang bagi banyak orang sangat biasa-biasa saja. Nah yang tahu hal-hal yang baru dan seru bagi dirimu tentu saja dirimu sendiri.
Dan bagi saya, salah satu hal seru lainnya, yakni nyobain ice skating pertama kali. Kalau lihat orang-orang yang baru berseluncur di Glasgow on Ice sih kayaknya mudah dan asik banget. Tapi pengalaman belajar main Ski mengajarkan saya bahwa semua tidak semudah kelihatannya. Huuh, pas pertama berdiri pake sepatu ski aja rasanya udah mau rubuh. Nah kali ini "cuma" ice skating" yang kemungkinan yang sesusah main ski. Well, kita tidak tahu rasanya kalau kita tidak mencobanya. 
Untungnya lagi pas hari ini kita dapat diskon tiket 50% pula (entah gara-gara apa saya lupa), ingetnya cuma harganya jadi murah aja ehehe. Setelah mencoba berdiri, hummm bisalah berdiri tegak seimbang. Tapi begitu masuk ke arena ice skatingnya...eaaaaa....licin banget nget. Dan yang terjadi awal-awal saat mencoba meluncur adalaaaah...gubrakkksss.

Jatuh dengan indah ahaha

Hihi akhirnya gubraks gabruks beberapa kali, dan ditolongin sama petugasnya untuk berdiri lagi. Dan setelah beberapa lama udah mulai biasa (biasa jalan doang tertatih tatih) hihi. Enggak ada malu-maluan, soalnya yang lain-lain juga macem-macem, ada yang sudah ahli ada yang pemula kayak saya. Masih mending saya berani meluncur, walaupun ujung-ujungnya jatuh hihi. Ada pula yang cuma berdiri jalan sambil pegang pinggirannya aja biar enggak jatuh. 

Tadaaaa...horaaaay

Happy Faces :))

Mungkin terkadang kita perlu kembali merasai keseruan-keseruan baru seperti halnya anak kecil. Mungkin hidup manusia dewasa terlalu runyam dengan problema, pengap oleh rencana. Terkadang menyenangkan untuk kembali menjadi seorang anak kecil yang riang dengan pengalaman-pengalaman yang semua nampaknya baru baginya. Sepertinya halnya Rayyan, yang saat menanti giliran masuk ke wahana ice skating, entah berapa kali menanyakan, 
        "How many minutes again?" terus, dan terus.
Sementara setelah selesai mainan ice skating, dengan polosnya dia bilang,
       " I wanna play again, please" hihihi, kami membujuk bujuk untuk udahan, dengan bilang kalau udah mau tutup. Eh, ternyata memang udah mau tutup beneran. Lalu Rayyan, bilang
       " I want to eat mie," kata si Rayyan. Wah sepertinya dia kelaparan setelah mainan macem-macem. Jadi kutanya di deket city center ada nggak tempat makan mie yang halal, siapa tahu Kak Ani pernah ngajak makan mie daerah sini.
          " No, I want mie in uncle's flat" ahahaha ternyata si Rayyan maunya indomie yang dilihatnya di rak dapur Mas Basid di Otago. Akhirnya kami pulang, dan kubuatkan indomie goreng itu. Si Rayyan terlihat nggak sabar, trus bilang,
           " Can I eat that at home?" humm mungkin mau dibaginya dengan kakaknya, si Hayyan. Lalu Mas Basid yang mengantar Rayyan pulang ke flatnya yang di seberang sungai Kelvinbrigde.
Dan ternyata kenapa si Rayyan pulang? ternyata dia sudah tidak sabar untuk bercerita pengalamananya ber-ice skating pertama kali, Sejak ketuk pintu rumahnya sudah tak sabar, setelah dibukakan pintu, Rayyan sudah nerocos tanpa henti. Ahahaha itulah keriangan anak kecil yang seringkali sudah tidak dimiliki lagi orang-orang dewasa.
          " I only fell once, but uncle fell many many times," kata Rayyan dengan sumringahnya. Begitu cerita Kak Ani saat bercerita apa-apa yang diceritakan Rayyan ketika sampai di rumah. Ehehe iyalah, soalnya Rayyan pegangan pinggir dindingnya atau kalau enggak pegangan Mas Basid.iSampai Rayyan berdoa keras " Thanks God, You take me to play ice skating today," hihihi anak-anak memang selalu lucu.
Semoga kita tetap mempunyai keriangan seperti mereka. Again, We never too old to start trying something new!
En-JOY your life..


Salam
Glasgow, 24 April 2014.