Jumat, 14 November 2014

We have Our Own Option, Wanita Karir atau Ibu Rumah Tangga?



Salah satu postingan yang selalu bikin saya “males baca”—tapi akhirnya dibaca, bikin geregetan tapi akhirnya membuat saya enggan berkomentar adalah postingan soal dualisme perempuan, menjadi wanita karier atau ibu rumah tangga. Ini topik yang banyak banget dishare teman-teman perempuan, di status BBM, FB, twitter ataupun tulisan blog. Jujur  seringkali bikin saya “eneg”, please kenapa sih masih saja saling ngotot kalau salah satu dari pilihan itu yang terbaik? dengan menyalahkan atau merendahkan pilihan yang lainnya.
Kalau kamu sudah memilih sesuatu, kamu nggak harus mempublikasikannya pada seluruh dunia agar pilihan kamu didukung orang lain kan?. Nggak perlu juga nyari pendukung untuk meyakinkan dirimu sendiri kalau pilihan itulah yang terbaik yang kamu ambil. Atau jangan-jangan kamu nggak yakin dengan pilihanmu sendiri?
Iyah, begitu rasanya kala saya membaca postingan dengan tema-tema itu. Kenapa sih maksa semua orang harus setuju dengan pilihanmu? Keberagaman itu keniscayaan. Bukankah yang terpenting adalah hatimu seiya sekata dengan pilihan yang kamu ambil? We have our option to choose whatever in our life, entah  kamu mau milih jadi wanita karier (bekerja di luar rumah), ataupun jadi wanita yang stay at home. Bayangkan kalau semua wanita memilih berhenti bekerja, siapa yang akan jadi dokter, dosen, perawat, guru, menteri? Kalau semua wanita memilih bekerja, dari siapa kita bisa melihat ibu yang yang merawat anak-anaknya penuh waktu? Semuanya istimewa dengan peran dan pilihannya masing-masing.
Trus kenapa sih masih ribut saling mengaku pilihannya paling oke? Coba kalau energi itu bisa dialihkan untuk to do something great?
Wanita yang stay di rumah kadang merasa diri mereka direndahkan karena nggak punya penghasilan tetap, nggak dihargai kerja kerasnya mengurus suami dan anak-anak, merasa kurang aktulisasi dirinya. Ada pula yang sensi karena merasa ijazahnya nggak berguna.
Sedangkan wanita karir seringkali merasa disalahkan karena meninggalkan anak-anak di rumah, kurang waktu untuk mengurus keluarga dan lain-lainnya.
Yang merasa begitu siapa? Mereka sendiri. Dan yang sering “sadis” dengan tuduhan-tuduhan itu sayangnya adalah antar perempuan itu sendiri. Rasanya jarang laki-laki yang saya dengar terlibat dalam diskusi wanita karir-wanita rumahan. Iyah, kayaknya perempuan mempunyai gen berlebihan dalam mengurusi dan mengomentari urusan perempuan lainnya.
Bagi saya, semua orang punya pilihan masing-masing untuk memutuskan untuk menjadi wanita karir (bekerja di luar rumah) atau menjadi ibu rumah tangga (atau stay at home). We have a right to choose, and should ready for its consequence. Cukup itu. Kita bisa menjadi wanita karir yang sekaligus menjadi ibu rumah tangga yang tetap jago mengurus suami dan anak-anak. Kita bisa juga menjadi ibu rumah tangga yang produktif. Saya kenal banyak perempuan yang memutuskan stay at home tapi tetap berkarya dari rumah, bisa menjalankan bisnis online, nulis, punya kerjaan sampingan ataupun berkarya untuk mengaktualisasikan diri. Dan saya juga banyak mengagumi rekan perempuan yang memilih tetap bekerja namun tetap pintar membagi waktu dan energinya untuk suami dan anak-anak. So, sebenarnya damai-damai saja kan kalau bisa menghargai pilihan masing-masing?
Kita punya hak untuk memilih apapun yang kita putuskan dalam hidup, kemudian kalau sudah berpasangan tentu saja komunikasi dengan pasangan pastilah utama untuk memutuskan menjadi wanita karir atau wanita yang stay at home. Dan setelah memilih, jalanilah dengan memainkan peranmu dengan cara terbaik yang kamu bisa. Bukankah tugas kita hanya itu? Bukan untuk memuaskan pendapat orang lain tentang bagaimana wanita ideal seharusnya ataupun bla bla bla pendapat lainnya. Kenapa menjadi lelah dengan pendapat orang lain?
Asal seiya sekata dengan diri sendiri. Apalagi yang kau khawatirkan? Apalagi yang kau resahkan?

Salam,
Glasgow 14 November 2014

Rabu, 12 November 2014

Menyaksi Larik Senja di Rouken Glen Park



Glasgow rasanya sudah semakin membeku. Suhu dingin mendekati 0 derajat sudah semakin sering menghiasi ramalan cuaca hari-hari di Glasgow. Kala saya melihat ramalan cuaca hari sabtu lumayan cerah, maka dengan spontan saya ke Rouken Glen Park. Sebulanan lalu saya dan teman seperjalan saya mengunjungi Rouken Glen Park namun hari sudah menggelap. Kala itu kami baru dari Pollock Park kemudian memutuskan untuk pindah ke Rouken Park, hasil googling dan nemu gambar air terjun cantik di Rouken Park. Namun sayangnya hari sudah agak menggelap ketika kami sampai, baterai kamera juga sudah keok, alhasil kami hanya berfoto dengan iphone saja. Dan ketika sampai di air terjunnya hari benar-benar sudah gelap, nggak ketangkap keindahan air terjunnya di kamera handphone. Makanya saya masih pengen ke sana lagi.
Rouken Park, namanya pasti asing bagi kami-kami WNI yang tinggal di Glasgow. Taman-taman yang terkenal mungkin ada Botanical Garden, Victoria Park, Glasgow Green, Queens Park dan Pollock Park. Tapi Rouken Park? Saya bahkan baru mengenal nama itu akhir-akhir ini.
            “ Pohon-pohonnya sudah meranggas ya, padahal bulan kemarin masih penuh daun-daun musim gugur yang menguning,” ujar saya ke teman seperjalanan saya. Dia mengiyakan sambil asik mengamati anjing-anjing yang bermain riang bersama tuan-tuannya sore itu. Hari ini Rouken Park nampak ramai. Jauh lebih ramai dibandingkan kala kami ke sini pertama kali. Mungkin karena hari ini cerah, dan juga belum terlalu sore. Sekarang ini waktu siang semakin pendek saja, hari terang dimulai sekitar pukul 7 kemudian jam 4 sore sudah mulai gelap.
Paradiso!
Saya menyalangkan mata ke sekeliling, padahal baru selang sebulan kami ke sini, pemandangannya sudah lain sekali. Daun-daun musim gugur sudah langka, berganti dengan pohon-pohon yang mulai meranggas. Kalian tahu apa yang kupikirkan?
Pergantian musim demi musim mengajarkan dan mengingatkan saya bahwa waktu memang tak bisa terulang.  Saya semakin tak berani untuk bilang “nanti”. Setiap waktu menyimpan keindahan dan kesempatannya sendiri. Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan selagi masih ada waktu, ucapkanlah hal-hal yang ingin kau ucapkan, tulislah apa-apa yang ingin kau tulis, bertindaklan segala engkau punya kesempatan, pergilah kemanapun engkau ingin pergi selagi waktu dan Tuhan masih memberikan anugerahnya.
Pergantian musim mengajarkan saya hal itu. Iyah, aku kan masih tinggal di sini setahun lagi, masih  bisa ke sini kapan-kapan, ataupun kalimat-kalimat lainnya yang mungkin sering kali terlintas. Tapi kalau kamu pergi lain waktu, kamu akan kehilangan keindahan saat ini, karena semuanya tak akan pernah sama.Ah, iya semesta sering kali mengingatkan saya akan hal itu. 
Kami menikmati Rouken Park dengan berjalan-jalan, foto-foto pastinya, duduk-duduk sambil menikmati buah yang kami bawa. Menyenangkan melihat anak-anak yang bermain riang di fasilitas bermain yang disediakan, anjing-anjing yang ceria dibawa jalan-jalan yang tuannya. Beberapa kali anjing-anjing lucu itu menghampiri kami, tadinya saya nggak ngeh kenapa si anjing-anjing itu tergoda mendekati kami,
            “ Soalnya anjingnya mengendus makanan, jadinya dia mau deket-deket ke sini,” ujar teman seperjalanan saya.
Rouken Park di derah Giffnock, East Renfrewshire ini cukup luas juga, walaupun tak seluas Pollock Park. Cocok untuk bersantai-santai dan menikmati udara segar. Ada kolam yang cukup luas, cafe yang harganya terjangkau, air terjun yang cantik, area bermain untuk anak-anak dan kursi-kursi taman untuk duduk santai. Letaknya memang agak jauh dari pusat kota, namun cocok untuk lokasi jalan-jalan murah meriah dan tidak perlu ke luar kota.
Air terjunnya cukup oke, dibandingkan dengan air terjun di New Lanark yang dulu pernah kami sambangi. Rutenya juga ringan untuk sampai, walaupun jalan sudah semakin basah. Upayakan sepatumu flat saat menjelajah ke sana.
 
ini super dekat dengan air terjunnya
Saya selalu suka taman, tempat paling mujarab untuk refreshing dari segala rutinitas. Di Glasgow ini banyak taman-taman cantik yang bisa dijadikan pilihan untuk jalan-jalan santai kala akhir pekan. Dan juga tentu saja untuk berfoto *tetep. Paling menyenangkan adalah melihat sudut cantik yang tak dilihat semua orang. Kita bisa pergi ke tempat sama, namun melihat hal-hal yang berbeda. Tadaaaa, bukit-bukit di belakang ini cantiknyaaa bikin ketagihan foto ahah
 
Gradasi perubahan musim dari musim gugur ke musim dinginnya terlihat jelas

Hari sudah menjejak senja, larik larik merah di langit sudah terlihat. Alhamdulillah, cuaca hari ini seharian bersahabat. Walaupun cerah tapi tetap saja dingin menyelusup. Cahaya senja dan kolam besar dengan latar belakang rumah cafe itu sangat pas untuk latar foto. Pendaran cahaya langit senja di air kolam itu sangat saya suka.
favorit banget motret senja

“Laper nih, ngopi yuk sama beli chips,” ajak saya ke teman seperjalanan. Kami akhirnya melewati sore dengan duduk-duduk minum coffe latte, makan chips sambil memandangi kelepak burung-burung di tengah kolam, pendaran cahaya senja yang menawan. Kabut tipis turun kala kami hendak pulang. Pemandangan istimewa yang tak pernah terulang, karena setiap saat adalah perubahan.

Salam,
Glasgow. 12 Nov 2014.