Kamis, 02 April 2015

Your Achievement is Your Contribution



Akan ada suatu titik dalam hidup manusia ketika sampai dalam pertanyaan, apa misi hidupmu? Apa yang membuat hidupmu terasa bermakna? What the purpose of your life? Saya sendiri menikmati menjalani hidup dengan sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut pada diri sendiri. Hal tersebut membantu saya untuk tetap sadar akan sejauh mana saya berjalan. Hidup adalah serangkaian perjalanan ke dalam diri. Apa yang membuat saya bahagia? Apa yang membuat hidup saya bermakna? Kualitas hidup seseorang kadang kala ditentukan oleh seberapa baik manusia itu berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Pada awalnya, pertanyaan-pertanyaan itu terjawab dengan saya bahagia kala impian-impian saya menjadi nyata.
Pernah dulu salah satu impian terbesar saya adalah menjejakkan kaki di Italia, dan pada akhirnya hal tersebut menjadi nyata dengan memperoleh beasiswa short course bahasa dan budaya Italia selama 3 bulan di Universita Per Stranieri di Perugia pada Tahun 2008. Kemudian setelah menyelesaikan pendidikan master di Ilmu Kedokteran Tropis di Universitas Gadjah Mada dengan Beasiswa Pendidikan Pasca Sarjana, saya diterima CPNS sebagai Dosen di Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan di Universitas Jenderal Soedirman. Sekitar dua tahun menjadi tugas saya menjadi dosen, saya mendapatkan Beasiswa DIKTI Luar Negeri ke University of Glasgow, United Kingdom pada tahun 2011 untuk melanjutkan studi saya jenjang doktoral (S3). Dan kemudian tercapainya suatu impian, akan membawamu untuk melemparkan impian lebih jauh lagi.
“Oke, saya sudah pergi ke beberapa benua, menjelajah ke berbagai negara, menempuh pendidikan doktoral di UK, then what?” itu pertanyaan yang pada akhirnya membawa saya dalam pencarian-pencarian. What matters to me in my life? Apa yang membuat saya merasa bermakna sebagai manusia?
What next? Itu yang membuat hidup selalu berupa tantangan menarik untuk mewujudkan impuan-impian menjadi kenyataan. Mantra sakti saya waktu itu adalah salah satu kalimat di buku Paulo Coelho, the alchemist
“ Bila kau inginkan sesuatu, pada seluruh jagat raya akan bersatu padu untuk mewujudkannya”. Maka rumus yang saya pakai adalah berusaha dengan segala macam cara, tak kenal  menyerah, konsistensi dan persistensi. Bagi saya persistensi sangat penting. Banyak orang bermimpi besar, dengan semangat besar pada awalnya. Namun perlu diingat perjalanan mencapai impian tak pernah mudah, banyak rintangan,  kesulitan dan butuh banyak kesabaran. Banyak yang langkahnya terjegal di tengah jalan. Dalam hal inilah bagaimana persistensi seseorang menjadi poin penting keberhasilan seseorang mencapai mimpi-mimpinya.
Namun pada langkah meraih beasiswa doktoral saya, Tuhan nampaknya ingin saya belajar hal lainnya. Rumus awal yang saya pakai nampaknya belum cukup, perjalanan saya menempuh phD mengajarkan saya tentang penerimaan. Tak selamanya impian yang kamu perjuangkan akan menjadi nyata seperti yang engkau harapkan, hati-hati kadangkala Tuhan menyiapkan rencana yang jauh lebih istimewa lagi. Namun pada awalnya kamu tidak menyadarinya. Pelajaran tentang penerimaan tentang ada hal-hal yang tidak bisa kau ubah, ini akan menjadikan manusia lebih lentur menghadapi hidup. Setelah hampir semua impian-impian saya tercapai, ada pertanyaan-pertanyaan yang hadir.     
Pencapaian pribadi pada suatu titik hanya akan membuat rasa kepuasan diri, namun saat kita mulai berbagi, berkontribusi ada rasa bermakna yang membuat kita merasa ingin berbuat lebih banyak lagi. Sebagaimana bahagia lebih lengkap rasanya bila dibagi dengan orang-orang yang kita cintai, begitupun hidup, lebih lengkap rasanya saat kita sudah mencapai titik berkontribusi. Bagi saya, pencapaian hidup saya adalah bagaimana saya bisa berkontribusi dengan ilmu, passion dan segala potensi yang saya miliki untuk orang lain, masyarakat dan bangsa.
Kita semua sebagai generasi terdidik, mempunyai hutang kontribusi untuk bagaimana berperan untuk dunia pendidikan di Indonesia agar lebih baik.
Saya menikmati peran saya sebagai pendidik dan mempunyai kesempatan untuk melanjutkan misi saya di bidang pendidikan.
Tugas dosen dalam pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat memberikan kesempatan saya untuk berbagi ilmu yang saya miliki. Menjadi dosen yang produktif dengan ilmu dan karya ilmiah merupakan bentuk kontribusi saya  pada dunia pendidikan.
Menempuh pendidikan di luar negeri, membukakan kesadaran saya akan berbagai kekurangan saya (dan juga sistem pendidikan di Indonesia), salah satunya kurangnya pemahaman akan keilmuan, keingintahuan akan ilmu, kejujuran dalam penelitian dan juga bagaimana mereka menghargai proses belajar selain hasil akhir. Ke depan, saya berharap dunia pendidikan mampu melahirkan generasi-generasi terdidik yang cerdas, kritis, inovatif, jujur dan kontributif. Saya percaya, pendidikan memainkan peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.
 Masih banyak PR dunia pendidikan di Indonesia, yang bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja namun juga  memerlukan peranan kita.
 “Hidup kita ini bukan untuk bersaing dengan orang lain. Tapi untuk menunjukkan sisi terbaik dari diri kita sendiri
Itu sih mantra sakti saya tatkala hidup kadang riuh rendah dengan berseliweran kegaduhan tentang opini, pendapat, persepsi dan lain sebagaimana, konsekuensi dari manusia sebagai makhluk sosial.
Definisi kusuksesan bagi saya, bisa melampaui “saya” yang sekarang dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Semacam perjalanan ke dalam diri yang tak pernah henti.
Selain itu, saya mempunyai passion di  dunia kepenulisan.  Saya menerbitkan karya-karya fiksi seperti True Love Keeps No Secret (Gagas Media, 2008), Koloni Milanisti (2013), kontributor di beberapa antologi seperti The Jilbab Traveller (Asma Nadia Publishing, 2013), Pulang (Nulis Buku, 2012). Saya ini saya tengah menggarap naskah buku tentang travelling dan juga paper ilmiah.
Saya menikmati menulis dengan secangkir kopi, tentang travelling, hidup, cerpen, flash fiction ataupun lainnya. Menulis bagi saya merupakan salah satu cara saya membincangi diri saya sendiri sekaligus berbagi dengan orang lain. Menulis untuk merapikan kenangan, untuk menuangkan ide pemikirian ataupun sekedar menikmati proses menulis itu sendiri, saat jari-jari bergerak di keyboard melahirkan kata demi kata. Seperti Kata Pramudya Ananta Toer, menulis itu bekerja untuk keabadian, dan saya sangat menikmati itu.
Saya juga percaya banyak sekali anak-anak muda berpotensi dari Kebumen. Hanya saja mungkin harus lebih banyak keyakinan bahwa setiap orang boleh mempunyai mimpi besar apa saja dan tidak ada yang tidak mungkin untuk mewujudkannya. Apapun latar belakangnya. Selain itu, dibutuhkan keberanian. Berani untuk percaya akan mimp-mimpi,berani untuk memperjuangkan selain itu juga berani untuk menerima apapun yang terjadi sebagai konsekuensi dari berjuang mencapai mimpi-mimpi. Keluar dari zona nyaman, melakukan dan menjalani perubahan memerlukan keberanian-keberanian. Beranilah berjuang untuk mimpi-mimpimu, dan berkontribusilah pada negerimu. Live your life. Nikmatilah hidupmu dengan sebenar-benarnya hidup.
Tekad saya masih terus sama, bahwa kebermaknaan hidup ada dalam kontribusi untuk sesama. Terus menghidupi passion dengan tindakan dan karya. Bahwa passion menjadi nyala bila dihidupi dengan karya, bila tanpa itu, sia-sia.

Salam karya dari Glasgow, United Kingdom


Siwi Mars Wijayanti
Tulisan ini dipublish di portal Kebumen Muda di link berikut

Terbang Lebih Tinggi



Ketika hidup menghadiahimu kejutan-kejutan, hingga  serasa hidup mengjungkalkanmu sampai jatuh sejatuh jatuhnya.
Terasa melemparkanmu dari perjalanan panjang yang telah kau tempuh, tiba-tiba seperti mengembalikanmu ke titik semula
Ketika serasa harapan-harapan binasa,
Tapi hadiah sesungguhnya datang bersama ujian dan tantangan.
Karena semua itu, akan melentingkanmu ke titik yang lebih tinggi—kalau kau sanggup sadari
Menerbangkanmu ke titik yang lebih tinggi—kalau kau mampu pahami
Jangan pernah meleset menyadari berkah besar di setiap cobaan dan ujian,
Kau tahu Tuhan Maha Baik, tapi Dia sering kali memberi diam-diam
Jangan meleset mengetahui apa yang ingin Tuhan berikan padamu di balik deraan
Lalu  melesatlah
Melentinglah lebih tinggi
Terbangkan dirimu ke tempat yang lebih tinggi
Dan tetaplah membumi, rendah hati


source pic : here

Selasa, 24 Maret 2015

Sarapan Pagi

source pic here

Terkadang hidup ingin terus seperti ini
Diawali menyiapkan secangkir teh manis dan sarapan pagi
Bukankah terasa sederhana dan menyejukkan hati
Lalu ingin rasanya kupaksa waktu terhenti
Atau ingin ia mereplikasi diri sama setiap hari

Tapi mari biarkan perubahan hadir lagi dan lagi
Karena detik waktu tak kan pernah datang sama lagi
Tapi bukankah kenang terus tersimpan dalam hati?

Tak perlu melawan perubahan, sayang
Mari kita melaju bersama perubahan,
Agar terus kita kenang menu sarapan pagi yang berganti
Di antara toaster, selai, dan setangkup roti
Atau nasi goreng, sampai sambel terasi

Walau begitu, tiap awal hari ingin selalu kusajikan untukmu :

Secangkir teh manis, sarapan pagi dan senyuman sepenuh hati

Selasa, 17 Maret 2015

Tentang Glasgow : Yang Membuat Hati Saya Lumer

Uni of Glasgow terlihat dari jauh-foto : koleksi pribadi


Tahun ini sepertinya akan menjadi tahun terakhir saya tinggal di Glasgow. Kadang-kadang ada rasa rindu sebelum pergi meninggalkannya. Kota yang telah saya tinggali lebih dari tiga tahun ini memang telah menjadi salah satu bagian penting dalam perjalanan hidup saya. Kota yang sebelumnya tidak ada dalam “peta” rencana hidup saya. Dan sekarang, rasanya sudah terbiasa dengan kota ini. Nggak lagi berasa tinggal di luar negeri, rasanya seperti berada di kota yang perlu sekitar sehari perjalanan untuk pulang ke rumah, itu saja. Hanya soal jarak dan ketidakbisaan untuk dengan mudah bertemu dengan keluarga. Namun nyatanya tehnologi seperti skype dan facetime membuat segalanya terasa dekat.
Setelah sekian lama tinggal di kota ini, ada beberapa hal yang membuat hati saya lumer. Tentu saja kali ini saya tidak sedang membicarakan keindahan”raga” kotanya. Namun lebih pada “jiwa” kota terbesar kedua di Skotlandia ini. Apa sih yang membuat saya lumer, hal-hal yang sederhana saja kok,
1. Sapaan supir bus.
Sejak pindah lab ke daerah Garscube, saya pergi ke lab dengan menggunakan bis setiap hari. Entah pagi-pagi selagi mood masih belum bangun ataupun pulang dengan letih. Namun ketika mengulurkan bus pass ticket 10 weeks saya ke supir bisnya, seringkali responnya sungguh tak terduga,
            “Thanks love”-“thank you, darling”. Ataupun sebutan lain dengan muka yang ramah.
Aduh, lumer seketika. Tubuh yang penat atau mood yang agak mendung bisa membaik seketika rasanya. Saya bisa merasakan kalau sapaan-sapaan ramah mereka itu natural, bukan senyum sintetik. Itulah mengapa sapaan ramah mereka terasa dalam hati saya. Kadang-kadang saya juga penasaran, kenapa ya mereka nampak begitu menikmati pekerjaannya? Mungkin karena mereka gajinya cukup, nggak dikejar setoran, nggak peduli berapapun penumpang, gaji mereka tetap sama. Mereka pun nampaknya bekerja dalam waktu yang ditentukan tiap harinya (nggak kelebihan beban kerja). Pernah teman saya bilang saat dia naik bis trus pada saat bus sampai ke bus stop tempat pergantian supir, dan supir penggantinya ternyata tidak datang. Si supir itu tetap meninggalkan bis, dan para penumpang berganti ke bis yang berikutnya. Mungkin karena kesejahteraan mereka yang terjamin itu yang membuat mereka nampak menikmati pekerjaannya itu. Entahlah, yang jelas hati saya terasa “nyes” kala mendapat sapaan ramah mereka. Terimakasih
2. Sapaan orang tak dikenal
Di Glasgow, mudah sekali mendapat sapaan ramah dari orang-orang yang tidak kita kenal. Ataupun sekedar saling senyum saat berpapasan jalan. Sering pula diajak ngobrol ringan kala menunggu bus di bus stop. Tertawa bersama kala angin Glasgow yang terkenal dahsyat hampir menerbangkan tubuh sehingga beberapa orang harus memegang tiang bus stop.
            “ It was terrible outside,” tiba-tiba saja orang tak dikenal itu mengajak ngobrol setelah kami naik ke bus.
Hal-hal seperti itu kadang-kadang bikin hati lumer. Terasa hidup di daerah yang nyaman dan damai. Walaupun menurut UK peace Index yang ditetapkan oleh Institute for Economics and Peace bahwa Glasgow merupakan kota dengan peace index yang rendah dan tinggi kriminalitasnya di UK, namun so far kenyataannya saya merasa damai bahagia sejahtera di kota ini.
3. Kebaikan dan keramahan ada dimana-mana
Entahlah, tapi kebaikan itu akan menyebar dan menular, itu yang saya percayai. Janganlah berhenti berbuat kebaikan, demi diri kita sendiri. Di kota ini juga mudah sekali menemukan kebaikan-kebaikan. Mungkin bisa dirasakan dari perlakuan-perlakuan kecil yang membuat hati lumer. Kalau mau naik bis, bukannya pada berebut mau naik, tapi malah saling mempersilahkan naik duluan. Kalau jalan berbanyak orang, misalnya melewati pintu maka orang yang membuka pintu akan menahan pintu itu sampai orang orang di belakangnya memegang pintu tersebut. Kebaikan dan keramah tamahan bisa ditemukan dimana-mana. Kasir supermarket, orang di jalan, petugas loket subway dan sebagainya. Atau coba deh jalan-jalan, pasti banyak disenyumin orang. Kalau jalan-jalan sore, orang-orang yang jalan dengan anjingnya gemar sekali mengumbar senyum, sepertinya hidup terasa bahagia. Dan yang jelas bahagia itu juga menular. Bahagia terasa hati saya.
Itu beberapa hal yang membuat hati saya lumer selama tinggal di Glasgow, terutama tentang perilaku orang-orangnya sih. Aih, iya..saya memang betah tinggal di sini dan tengah memanfaatkan waktu yang masih ada untuk menciptakan kenangan sebaik baiknya.

Salam dari kota yang saya cintai


Kamis, 12 Maret 2015

Ayo Fokus, Jangan Rakus


source pic here

Sembari membalas satu-satu ucapan selamat ulang tahun di wall Facebook yang saya terima tanggal 10 maret lalu, ada ucapan dari sahabat lama saya di Jogya dulu. Saya membalasnya sekaligus mengucapkan selamat atas terbitnya buku yang ditulisnya bersama sang suami. Akhirnya kami mengobrol via message setelah lama sekali nggak kontak, mungkin lebih dari setahun lamanya. Namun kadang ajaibnya, ada sahabat yang  walau sudah lama nggak kontak, namun saat ngobrol terasa baru kemarin ngobrol. Dan ngobrolnya langsung “berat” walaupun bahasanya sambil ngakak-ngakak,
            “ Pertama kita harus mengakui dulu kalau kita manusia ini rakus mbak, “ begitu bilangnya saat saya bilang pengen belajar ilmu hipnoterapi, tema buku yang ia tuliskan itu.
            “ Ada hal-hal yang kita cukup tahu seperlunya saja, lalu fokuskan pada satu ada beberapa hal yang memang passion kita. Aku juga sedang belajar mbak, mengontrol diri sendiri. Karena merasa mampu, ada peluang, jadinya pengennya banyak, ini itu. Tapi ternyata ada hal yang memang kita butuhkan, ada yang tidak,” paparnya. Aih, makin bijaksana saja itu anak.
Umurnya lebih muda dari saya namun tempaan kehidupan yang pernah ia hadapi nampaknya mempercepat laju pertumbuhan dirinya. Saya masih ingat, dulu saat satu kos di Jogya sering berbincang tentang buku Gede Prama dan buku-buku spiritual lainnya. Dia hindu-saya muslim, dan perjalanan spriritual menurut saya universal bagi semua penganut agama.
Saya tercenung membaca kalimat-kalimatnya, pas banget dengan saya sekarang ini, random! Tadinya saya berpikir, berusahalah menjadi versi terbaik dari diri kita—mungkin hal itu masih benar, namun mungkin ada yang kurang pas interpretasi saya. Akhir-akhir ini saya semakin random dengan membiarkan diri saya menikmati dan menjalani apapun yang saya inginkan. Saya mendapati penemuan-penemuan baru lalu mengalirkan energi ke sana, mungkin karena terlalu banyak akhirnya menjadi random dan hasilnya kurang maksimal.
            “ Saya juga gitu mbak, maunya macam-macam, pengen belajar ini itu. Tapi malah hasilnya kurang maksimal. Mungkin mending fokus pada beberapa hal yang memang passion kita, lalu biarkan orang lain menjadi master di bidang lainnya,” tutur sahabat saya tadi.
Humm saya sih sebenarnya pengen banyak belajar ini itu bukan ingin menjadi master di bidang tertentu yang saya minati, tapi hanya karena saya menikmatinya saja. Namun, akhirnya energi terbagi bagi. Mungkin saatnya untuk memilah milah, dan  lebih terfokus.
Ingin tahu betapa randomnya pikiran-pikiran saya? Ahaha baiklah, memang secara naluriah manusia itu rakus, well pertama saya harus mengakui kalau saya rakus.
1. Saya sempat kepengen ikutan course Bach Flower Remedy System, karena pusatnya hanya di UK. Udah lihat-lihat info coursenya dan baca-baca informasinya. Saya tertarik di dunia self healing, sering baca-baca artikel dan videonya Reza Gunawan, bahkan sempat juga kepengen ikutan pelatihannya kalau sudah di Indonesia. Kenapa sih self healing? Karena tiap manusia sebenarnya sangat rentan terganggu kesehatan mental/jiwanya, dan self healing akan membantu manusia untuk meningkatkan kualitas kesehatan jiwanya, dan otomatis pula kesehatan raga. Well, saya sangat tertarik ilmu ini, mungkin kenapa saya tiba-tiba tertarik dengan buku sahabat saya tentang hipnoterapi karena memang secara naluriah saya tertarik dengan ilmu “begituan”. Ada yang mau bayarin saya course di sini? Ahaha
2. Ini juga mungkin absurb terdengar, saya suka memijat. Baru kemarin saya beli buku ilmu tentang massage untuk penyembuhan penyakit-penyakit ringan. Saya suka dan sering memijat tapi nggak tau ilmu-nya, seperti titik-titik tertentu yang berhubungan dengan chakra tertentu dan sebagainya. Saya hanya bisa merasakan kondisi bagian tubuh yang saya pijat, mana yang butuh pijatan lebih, mengalirkan energi ke situ  dan apa yang dirasakan oleh orang yang saya pijat. Kadang-kadang secara random saya juga pengen belajar lebih dalam lagi soal pemijatan, bukan karena saya pengen jadi tukang pijat professional ahah, tapi just for the sake of curiosity. Dengan begitu saya bisa memijat orang-orang tercinta saya dengan lebih baik, syukur-syukur bisa menyembuhkan penyakit penyakit ringan dengan pijatan saya. Tapi semakin saya baca, semakin keren ilmu sentuhan tangan ini..halaaah
3. Ada pula keinginan untuk berbisnis hihi, dan saya dari dulu pengen punya kedai kopi. Hanya orang tercinta dan sahabat-sahabat dekat saya yang kadang saya bincangi tentang hal ini. Dulu sih cuma pengen pengen-an, sekarang agak seriusan ahaha. Kenapa saya suka ide tentang kedai kopi? pertama tentu saja karena saya suka kopi. Kopi menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup saya. Kemudian,  karena saya suka pemandangan orang-orang yang bersama sambil minum, makan makanan ringan,  membaca, menulis ataupun mengobrol dengan sahabat atau orang-orang tercinta. Saya suka banget pemandangan seperti itu dan akhirnya ingin menciptakannya untuk orang lain. Apalagi saya juga suka banget masak, bisa tuh kedai kopi plus sajian makanan apa gituuu, plus saya juga suka crafting dan decorating, niatnya pengen bikin kedai kopi yang unik desainnya, cozy, enak buat nongkrong-nongkrong..bla..blaa…halaaah
4. Nulis jelaslah passion saya sejak dulu, tapi juga masih saya rasakan random, belum terlalu fokus untuk mengalirkan energi ke situ, mungkin karena kebanyakan maunya tadi itu ahah
5. Then saya suka modelling, fotografi, tadi udah disebut saya suka crafting, bikin-bikin pernak pernik seru-seruan dan ternyata super addicting banget, suka masak, suka dekorasi, eh plus sangat suka fashion. Pulang nanti pengen belajar menjahit dan menciptakan baju-baju yang lucu-lucu errrr. Belum lagi saya juga suka ikut komunitas kayak Indonesia mengajar, bantuin orang bikin perpus desa, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Saya memang super random. Rakus banget..tapi saya suka, tadinya saya berpikir kalau semua itu mewarnai hidup saya, kenapa enggak? Saya ingin memaksimalkan potensi yang saya punya, begitu pikir saya.
Then, obrolan saya kemarin dengan sahabat saya itu mungkin sedikit mengingatkan saya untuk lebih fokus lagi, sehingga hasilnya juga lebih maksimal. Humm marilah belajar mencobanya..
Tapi setidaknya saya bersyukur, saya tahu apa yang saya suka, walaupun banyaak..terus akhirnya jadi random, daripada tidak punya kesukaan sama sekali ahaha. Ada yang punya pengalaman yang sama seperti sayakah? 

Salam
Glasgow, 12 March 2015


Kamis, 05 Maret 2015

Mahalnya Langit Biru di Skotlandia : Turnamen Foto Perjalanan Ronde 57 #Langit Biru





Bagi negeri yang didominasi langitnya yang gloomy, langit biru begitu mahal rasanya. Langit biru selalu memberikan rasa istimewa. Bahagia yang sederhana namun mahal harganya karena hadirnya langka.
Ketika langit biru hadir di langit Skotlandia, kebersyukuran nikmat Tuhan begitu terasa. 

Foto ini diikutsertakan pada Turnamen Foto perjalanan ronde 57 : Langit Biru


 

Selasa, 03 Maret 2015

How Living Abroad Changed Your life


York-2014


Kuliah atau tinggal di luar negeri masih menjadi keinginan banyak orang di Indonesia. Terbukti makin banyak saja mahasiswa dari berbagai daerah mengontak saya untuk sekedar bertanya-tanya tentang studi  ataupun cara mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Tentu saja hal tersebut bagus menurut saya, pergilah ke luar cangkangmu selagi muda, berpetualanglah keliling dunia, kemanapun tempat yang ingin kau mau, belajarlah dari apapun. Belajar dari buku-buku, dosen, orang baru, apapun. Godai dirimu dengan perubahan-perubahan yang akan melesatkan pertumbuhan dirimu dengan kecepatan yang signifikan. Kenapa kadang-kadang kita harus berani meninggalkan zona nyaman? Mungkin karena perubahan dengan keluar dari zona nyaman memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk pertumbuhan diri dengan begitu cepat. Dan kesempatan dengan tinggal di luar negeri salah satunya pasti memberikan perubahan dalam hidup.
1. Berteman dengan adrenalin
Pergi dan tinggal di luar negeri dipastikan kamu akan lebih sering berteman dengan hormon adrenalin. Kejutan demi kejutan, perubahan demi perubahan akan menghampiri hidupmu. Terutama saat awal-awal penyesuaian dengan kehidupan barumu. Bahasa yang berbeda, orang-orang yang asing, dan mendapatimu sendirian untuk bisa survive. Hidup akan sedikit memaksamu untuk beradaptasi dengan segala macam yang baru untuk  hidupmu. Kondisi-kondisi yang berbeda inilah yang akan menempa dirimu dalam berbagai macam keadaan yang walaupun nampaknya menyulitkan namun justru hal-hal itulah yang akan melesatkan pertumbuhan dirimu. 
2. Membiasakan diri dengan bahasa, budaya dan komunitas yang berbeda
Dibenturkan dengan bahasa yang berbeda, mata uang yang berbeda, sistem transportasi, perbankan dan komunitas yang berbeda tentu saja membutuhkan energi tersendiri untuk menghadapinya. Dirimu akan terbiasa dengan perubahan dan perbedaan di sekitarmu. Tapi itu akan melatih daya adaptasimu terhadap lingkungan serta komunitas baru. Mungkin kau akan menemukan "rumah" baru pada lingkungan baru tempatmu tinggal, ataupun menemukan kebaikan-kebaikan orang-orang tak dikenal. Dan dengan terbentur dengan budaya yang berbeda, engkau juga akan belajar toleransi. Merasai pengalaman menjadi minoritas setelah hampir seluruh hidupmu menjadi mayoritas tentu saja akan menyisakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan.
3. Belajar mengenali diri sendiri
Dengan hidup di lingkungan yang serba berbeda, kamu juga akan belajar mengenali dirimu sendiri. Bagaimana kala dirimu dibentur-benturkan oleh kondisi yang ekstrim. Kau akan melihat dirimu sendiri lebih dalam. Kau jadi semakin mengenali karaktermu, kebiasaan-kebiasaanmu dan caramu mensikapi keadaan-keadaan. Kita mungkin lebih gampang mengenali orang lain dibanding mengenali diri kita sendiri. Nah, dengan kondisi ini kamu terasa akan lebih bisa mengenali dirimu sendiri. 
4. Belajar hal-hal baru
Selain materi keilmuan yang kamu dapat dari kuliah, kamu juga banyak belajar hal-hal baru. Ada kondisi yang memaksa atau mendorongmu untuk belajar hal-hal yang dulu tak terbayangkan. Memasak masakan yang dulu tinggal beli di Indonesia. Dulu kamu mungkin nggak pernah membayangkan membuat sendiri bakso, pempek, gudeg, sate padang dan masakan-masakan yang tinggal beli di Indonesia. Atau kamu bisa menemukan passion-passionmu yang lain. Suka fotografi, crafting atau mungkin hal-hal lainnya. 
4. Meluaskan wawasan dan cara pandang
Bertemu dengan orang-orang baru dengan latar belakang budaya yang berbeda pasti akan meluaskan wawasan dan cara pandang. Ini salah satu manfaat yang sangat penting saya rasakan. Kamu nggak akan lagi melihat dunia atau hidup sebagai hitam dan putih. Kacamatamu melihat kehidupan juga akan meluas. Konsep-konsep hidup pun akan melentur, bukan berubah tapi berkembang. Pastinya banyak konsep-konsep hidup yang tidak sesuai dengan konsep yang kita anut. Di situlah integritas dirimu dipertaruhkan. Jadi seraplah yang baik, dan selective permiable-lah terhadap pemikiran-pemikiran baru. Kadang-kadang pertumbuhan inilah yang membuatmu menjadi pribadi yang baru. 
6. Melihat Indonesia dan orang-orang tercintamu dari jauh
Jauh dari tanah air dan orang-orang tercinta akan membuatmu lebih menghargai apa yang telah kamu miliki. Dengan merentangkan jarak sejenak, kamu akan merasa betapa istimewanya pertemuan, komunikasi dan kamu lebih mudah bersyukur. Melihat Indonesia dari jauh juga akan menebalkan nasionalisme dan keinginan untuk berkontribusi ketika pulang nanti. 

Pengalaman tinggal di luar negeri adalah salah satu lajur dari perjalanan hidupmu. Kamu tidak pernah tahu kapan akan bisa mengulang kembali. Perlu dingat, tinggal sebagai insider dengan jalan-jalan sebagai traveller di luar negeri itu sangat berbeda lho. Maka, manfaatkan kesempatan tinggal di luar negeri untuk melesatkan pertumbuhan dirimu sebaik baik-nya. Tuhan memberimu kesempatan yang istimewa.

Salam dari Glasgow yang masih bersalju saat musim semi seharusnya datang