Minggu, 05 Februari 2012

Tragedi Masuk Angin

Di negeri antah berantah begini, yang paling merepotkan adalah bila badan sudah mulai protes, dan entah kenapa sudah kedua kalinya, masuk angin, dan mual-mual. Kejadian pertama, juga begini rupa dan berikutnya lebih parah karena harus melakukan 911 sendirian dan akhirnya muntah-muntah...aisssh...sudah kubujuk-bujuk si badan akan bekerjasama dengan baik hari ini. Karena sederet kerjaan lab menanti,ekstraksi RNA, sintesis ke cDNA, lalu fiksasi untuk immunoflourecens serta mengganti media si sel-sel itu. Pengennya kabur ke flat dan tidur, tapi apa daya..jadwal dengan makhluk hidup memang tak bisa ditunda. Lalu iseng, sambil menghilangkan mual, chat dengan sahabat, ikutan bingung dia di seberang sana, dan mulai rewellah dia :

S : “makan banyak, minum banyak, terus tak usah lembur
Aku : Tapi kan nulis membuatku bahagia,
S : iya tapi bukan berarti mengurangi jatah fisik untuk tidur
S : Istirahatlah sebentar, pejamkan mata, atur nafas
Haikk..seperti orang mau melahirkan saja, Jawabku dengan ngakak tertahan. Walaupun perut masih mual. Sepertinya ini gara-gara menghirup powder virkon saat piket tadi pagi, curigaku begitu. Karena sudah kali dua aku mengalami hal serupa, dan  hari ini lebih parah. Tadi pagi masih baik-baik saja, sarapan seperti biasa. Dan setelah piket membereskan lab, dan menyediakan segala keperluan laboratorium termasuk mengganti cairan pembuangan pipet dan sterilisasi, yakni dengan membuat larutan virkon 1% tiba-tiba jadi mual begini rupa. Tapi dasarnya aku tipe yang sering kali mengindahkan rasa sakit, kuanggap ini sakit biasa saja. Mungkin sejenis masuk angin biasa, yang nanti akan sembuh dan baik-baik saja. Jadi dengan mengambil segelas air hangat di lantai 5, kuharap mualnya akan segera sembuh.

Beda lagi dengan adekku, yang tiba-tiba menyapa di chat FB, yang bilang
Ss : Minum wedang jahe sama kunir asem
Hadeeeh ribet bener. Ini kan cuma masuk angin..nanti juga sembuh sendiri. Begitulah, terkadang bila sakit-nya masih dalam kategori ringan sampai sedang, jarang-jarang kuanggap sebagai perkara besar. Dan saat kucerita tentang masuk angin dan muntah-muntah dengan tersangka gara-gara bubuk virkon itu pada si dosen kimia pengampu mata kuliah kesehatan laboratorium untuk bertanya tentang bahaya si bubuk merah jambu itu, komentar awalnya bisa diduga,
            “ Sudah berapa bulan?” fiuuuuh...tapi kalimat berikutnya,baru dia bilang “ banyakin minum susu karena bla..bla..bla..haiiih, selalu saja kebalik, siapa coba yang dosen kesmas..
Cerita tentang masuk angin itu kuanggap berakhir, seiring dengan kembali normalnya badanku dengan nafsu makan yang kian meningkat saja. Tapi tiba-tiba dua hari kemudian, Esther (mahasiswa postdoc di lab) mencari tahu apakah ada sesuatu yang aneh di lab, karena petugas kebersihan yang membersihkan sisa cairan di drum pipet (yang berisi cairan virkon) mengeluh mual dan sakit tenggorokan. Dan akhirnya ceritalah aku tentang masuk angin dan muntah-muntah yang sudah terjadi dua kali dengan tersangka di bubuk merah jambu itu. Semula aku menganggap itu cerita biasa saja, hanya ingin menegaskan lagi, mungkin tersangka si penyebab sakit antara aku dan si petugas kebersihan itu sama, si virkon itu. Tapi siangnya, tiba-tiba Esther berkata bila aku harus menemui Joice, kepala health safety CVR untuk mengisi form. Hiyaaak, sudah mulai curiga aku. Dan dengan manggut-manggut dan sedikit shock mendapati form yang kuisi itu berjudul agak serius : form laporan injury and dangerous occurance..aih mantap kataku dalam hati, masuk anginku masuk injury serius rupanya. Dan lagi, aku diwawancarai seperti korban saja, awalnya bagaimana, saat kejadian kira-kira jam berapa, memakai apa, apakah bercerita tentang kejadian itu ke orang lain, gejala-gejala apa yang dirasakan, tindakan apa yang dilakukan dan sampai berapa lama sembuh. Sementara dia mencatat secara detail pernyataanku. Hohoho kok jadi begini yaaaah...
            “ Baik, form ini akan diajukan ke Uni, nanti mungkin dari pihak health safety uni akan merundingkan dan mungkin akan mengadakan pemeriksaan kesehatan, dikhawatirkan kamu terlalu sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Nanti juga saya akan ke Alain untuk memberitahukan tentang hal ini kata Joyce, yang dengan telatennya menghadapi “kasus” ini. Duuuh, ini kan kasus masuk angin doang, kok ceritanya jadi panjang sih, apalagi sampai urusan dengan supervisorku segala, haiiih, paling nggak mau ada perkara dengan supervisor, jadi saat dia bilang akan lapor Alain, kupingku langsung sensitif,
            “ Humm I don’t want to make a trouble” kataku bimbang

Lalu dia tersenyum “ oh bukan, sama sekali bukan masalah, ini hanya sekedar laporan saja, karena dia kan yang bertanggungjawab atasmu di sini, jadi dia harus tahu. Jangan merasa begitu. Kami di sini semua membantu untuk memastikan bahwa seluruh anggota lab baik-baik saja, jadi jangan sungkan bila ada masalah seperti ini “ katanya panjang lebar. (sebenarnya jauh lebih panjang lebar lagi, dengan banyak bumbu-bumbu seperti halnya bagian healthy safety yang tak menginginkan anggota lab-nya cedera seujung kukupun).
Rekan-rekan lab yang lain pun merespon dengan seriusnya,
            “ Why you don’t tell us?” dengan muka bersimpati. Hadeeeh lha wong cuman masuk angin dan muntah-muntah kok yoo...waktu itu aku memang hanya cerita pada susana (rekan mahasiswa phD dari Malaysia) dan Stephanie (mahasiswa postdoc) saja. Aih...aku jadi terharuuu..halaaah lebaay..
hari berikutnya, Joyce dan Esther memintaku untuk sering mengecek email student-ku, mungkin pihak healthy safety Uni akan menghubungiku. Hoho kuharap nggak usah ada pengecekan kesehatan segala...hadeeeeh....


Tapi dari tragedi masuk angin ini, aku menyadari beberapa hal, satu, ternyata aku dikelilingi orang-orang yang perhatian dan menyayangiku...jiaaaah hi hi...dua, ternyata perkara healthy safety di UK ini memang bukan perkara main-main, serius sekali mereka dengan masalah ini. Salut juga dengan sistem mereka yang begitu memperhatikan keselamatan. Bila di Indo, rasanya sering kali peraturan tentang healthy safety hanya berupa lip service yang berakhir dengan tempelan di dinding yang sering diabaikan dan tak dianggap penting. Tadinya, saat pertama kali masuk gedung CVR, heran juga dengan papan larangan memakai sarung tangan lateks yang tergantung di koridor-koridor. Dan sebenarnya jadi ribet, karena harus melepas sarung tangan bila ingin berpindah-pindah untuk memakai alat tertentu. Tapi ternyata peraturan itu dibuat karena ada beberapa anggota dan staff  CVR yang alergi dengan lateks. Hummm...jempol empat deh buat mereka tentang healthy safety, dengan harapan Indonesia bisa menerapkan hal serupa suatu hari, semoga ***
Previous Post
Next Post

0 Comments: