Senin, 16 Februari 2009

Lengang

Lengang

Duniaku seketika lengang

Seperti deretan pinus yang mengabur ditelan kabut

Di sepanjang jalan yang mencecar kenangan

Lengang hatiku, tawar ruhku

Hilangmu dibawa lari keadaan

Rapuhku yang terkuak jelas di matamu

Dan detik itu meluruhkan waktu,

Mengalah pada bising teriakan syaraf kepala

Menyetir urat-urat hati mengosongkan ruang

Dan seketika,

Lengang..

Lengang duniaku..

15.febbraio 09-12.00

Sabtu, 14 Februari 2009

Persembahan Atas Nama Cinta

PROLOG

Seiring gugusan mendung yang menggelayuti langit Semarang senin itu

Kami datang membawa sejuta warna pada awalnya

Mengulas senyum tanpa makna, tanpa kata

Memandang penuh prasangka, menyipit menyelidik

Kita berkumpul dalam batasan raga, tapi menyendiri dalam hati

Namun waktu telah membimbing dalam kesahajaannya

Melahirkan benih persahabatan, mengait tali-temali hati antara kami

Ooi..dalam senyum jenaka kita bercanda

Kandaskan penat, mengusir kantuk, sejuki jiwa

Menawarkan seuntai kasih tanpa syarat

Ooi…dalam celoteh cerita, gelak tawa, dan senyum bahagia

Membaurkan warna-warni yang berbeda

Menyatu dalam sebuah kebersamaan tak berhingga

_________

Diioooooono, Bayi Millenium, orok montok berotak genius

Amelia, dokter ayu bermata sendu

Ruli, Dosen arsitek nan centil, plus gaul abis

Mas Boi-Ustadz “rasa kombinasi”, bijak, lutju dan berwibawa

Siwi, si petualang hidup yang terus mengejar mimpi

Pak wisnu, Kepala suku yang luar biasa.

Yorra, Bu dokter yang jelita

Perempuan-perempuan tangguh, Aida, Bu Anis, Bu Diana

Hendri pake G, si mahaguru poco-poco

ST 12, spesies unik penikmat cinta fitri

Mas Rifki, Calon rektor undip yang cool dan sistematis

Mas widi, Bapak muda gaul, si jagoan videografis

Pak andi,Dosen fisip yang tidak politis nan kalem

Dik Dian, Adinda imut yang paling manja

Pak Ayub, Orator ulung, ahli hukum yang idealis

Vio, si tukang motret nan fotogenik

Eva, ibu yang lemah gemulai

Irma, si rapi jali

Nisa, si tukang pengarsipan

Pak Arif, si pujangga eksentrik

Pak Asmoro, pengikut kaum narsisme

Fanny, si dokter gigi tukang gedhog pintu

Windy, si ahli ice breaking pengisi waktu

Dr. Vitri, sekretaris handal kita

Ibu Esti, si putri solo nan gemulai

dr. Fitri, putri jogya

Mba Ayu, wanita mandiri yang murah senyum

Mba Sri, si ahli matematika

Pak andy Moorad, sensei jepun kita

Mba Diah, perempuan energik berotak cerdas

Heni, dosen kalem nan cantik

Lia, perempuan lemah lembut

EPILOG

Atas nama cinta yang telah lahir di antara kami

Hingga menceraikan perbedaan, mengusir jauh keegoan diri

Menepikan kepentingan pribadi

Rasanya baru kemarin, hati kami berpaut

Kini, keceriaan, canda tawa dan kesenyawaan hakiki

Akan segera terpisahkan oleh jarak, menunggu ujian oleh waktu

Semoga tak lekang tiap kebersamaan yang terekam

Yang telah terukir dalam hati

Kawan, terimakasih

kita telah menjelma sebagai sebuah persenyawaan indah

Yang saling melengkapi, mengisi dan menghiasi hari

Senyummu, gelak tawamu, candamu..kan kurindu slalu, Sahabat…

Walau kini kita akan segera melangkah pergi

Kembali tenggelam dalam dunia yang kita geluti

Tapi, pautan hati kita

Akan terkait dalam abadi, sekarang dan nanti!


LPMP, 10.02.2009.11.57
(By Siwi Mars UNSOED-Arif Hidayat UNNES)

(Naskah Lengkap- dibacakan pada malam inaugurasi Prajab 2009, 12.02.2009)

Rabu, 11 Februari 2009

Isyarat Kegamangan

Bulir air hujan malam ini berteriak dalam diam

Bertanya kemana ia akan dijatuhkan

Sahdunya yang menduakan

Dilemanya yang membutakan

Membiaskan pesona yang telah menggelapkan nurani

Hingga kutampik setengah hati

Mengerjap tersenyum dan berbalik diam mengatupkan penjelasan

Merajuk hati berdamai lagi

Bilakah ia mau setuju, untuk kesekian kali

Hingga ia mendengar cerita si bangku tua

Tentang dua orang yang duduk bersama

Dengan tatapan mata penuh rasa

Tapi menyerah akan batasan pada akhirnya


Bangku Koridor LPMP. 8.febbraio.09 22:06


(Dibacakan pada lomba puisi, Prajab 2009. 11.02.09)

Jumat, 27 Juni 2008

Siamo L'arcobaleno nel Cielo di Perugia


-- La poesia per tutti i miei amici a Perugia--

Sono blu, dal punto lontanissimo
Ho cercato il rosso, giallo, verde, la viola..
Adesso, ho gia trovato
Incontriamo diventare L'arcobaleno nel cielo di Perugia
Dopo la pioggia
Alla tranquilla sera quando il cielo è calma
Scintilliamo per un breve tempo
Ma luminoso, splendido, straordinario
La nostra amicizia a Perugia come L'arcobaleno
Incontriamo solo per tre mesi
Ma per me, era una cosa meravigliosa
siete entrato nella stanza del mio cuore
Adesso ha gia chiuso, non posso mai trovare le chiave per aprire
Quindi, rimanerete per sempre
Nel mio cuore
In futuro, la vita passerà
Il tempo correrà
e l'ambiente sara diversà
Ma, il cielo sempe mancerà l'arcobaleno
Aspeterà che l'arcobaleno luminosa
Ancora!

-- Grazie per tutti i miei amici a Perugia
Per un dolce e grande amicizia. Tutto che abbiamo passato era una grande esperienza nella mia vita
Non dimencare mai..Ritenerò i vostri sorissi dentro di me...
La gioa..la felicita..l'amicizia..
Grazie e arrivederci.
Ci vediamo un giorno!


Jumat, 06 Juni 2008

Perugia, Sore itu...

Perugia, Sore itu...
Bau tanah basah Perugia ditinggalkan hujan sore ini
Mengais sebuah kisah manis yang akan tersimpan di setiap portanya
Hatiku menyisakan sebuah ruangan yang kuiisi dengan setumpuk cerita
Perugia dengan Pinturrichionya
Dengan pantai scallete yang pernah kudihinakan dalam agama
Fontana Maggiore dengan keanggunannya memusatkan kota
Duomo dengan hati seorang pastur yang tengah resah menentukan langkah
Gallenga yang telah tertambatkan sebuah prasasti eksistensiku disana
Ada banyak senyum sahabat yang kusimpan disini
Menyisakan tanya pada rintis hujan
Akahkah dalam waktu yang diberi kesempatan meneruskan detiknya
Masih ada sebuah tali yang menjembatani hati diantara kami