Jumat, 08 Mei 2009

Wajah Televisi Penuh Antasari


Cobalah sejenak perhatikan fenomena akhir-akhir ini, mulai dari pagi-pagi saat menyalakan televisi menikmati berita pagi sampai saat menjelang dini hari dengan berita malamnya, wajah televisi penuh Antasari. Lagi..lagi..dan lagi. Mulai dari skenario pembunuhan Nasrudin seakan memang sudah terbukti begitulah kebenarannya, sampai cerita pemanis asmara segitiga dengan melibatkan seorang caddy golf bernama Rani Juliani. Kadang judgement media serasa sudah mendahului ketok palu hakim di pengadilan. Ah, masyarakat memang penyuka cerita dramatis dan agak berlebihan, wajar saja mungkin karena terbiasa menonton sinetron. Dan pihak stasiun televisi tentu saja sangat mengenal selera masyarakat sehingga merekapun berlomba-lomba menguak cerita ini dari berbagai sisi seperti profesi caddy, tegarnya istri-istri yang dikhianati suami, intrik politik di balik cerita yang tersaji di depan layer. Ah, seakan wajah serius si pembaca berita mencoba meyakinkan bahwa setiap informasi yang dibacakannya begitu penting hingga harus diketahui oleh semua pemirsanya bila tidak ingin ketinggalan info terkini.
Blow up berita yang berlebihan, sampai mengadakan acara talkshow dan lain sebagainya digelar guna mementing-mementingkan segala sesuatunya. Pertanyaan pun dilontarkan, adakah konspirasi politik di balik itu semua? Apakah ada hubungannya dengan Pilpres yang tinggal sebentar lagi? Begitu ulas mereka dengan begitu meyakinkan. Ah, kita dibiasakan dengan praduga.
Teringat pendapat Seno Gumira Ajidarma, si wartawan itu yang mengatakan “ Benarkah berita pagi lebih penting dari hidup kita? Hingga memberlakukan berita pagi sebagai ritus”. Mungkin bila disurvei baik di perkotaan seperti ibukota dengan homo Jakartensisnya sampai di pelosok pedesaan dengan komunitas pengangkat paculnya kini mempunyai ritus yakni menyaksikan berita pagi. Si homo Jakartensis menyaksikan berita pagi sebelum pergi ke kantor karena tak ingin nanti nggak nyambung bila diajak ngobrol rekan sekantor atau kolega bisnisnya soal situasi terkini, sedang si petani menonton berita pagi sebelum berangkat ke sawah, mungkin sebagai bahan obrolan saat istirahat di gubug sambil istirahat siang. Bila ditilik dari betapa masyarakat telah menyadarai pentingnya informasi, gambaran peningkatan intelektualitas masyarakat, tentu saja hal tersebut merupakan kemajuan yang menggembirakan. Tapi sayangnya apakah si stasiun TV telah menyajikan berita yang bermutu atau malah mencekoki masyarakat dengan carut marutnya keadaan politik, gosip murahan dan detail kriminalitas yang justru memicu segelintir orang untuk melakukan kejahatan yang sama?. Peran penting media yang telah menyatu dengan keseharian masyarakat seharusnya menjadikan awak dan industri media semakin aware dalam memilah-milah informasi yang disajikan.
Masih mengutip pendapat Seno Gumira “ Saya percaya, banyak di antara pembaca yang kadang merasa dirinya lebih penuh, total, dan tidak kekurangan suatu apa, ketika pada suatu masa tertentu tidak mendengar berita apa-apa, tidak membaca koran, pokoknya terhindar dari berbagai masalah “penting” di dunia.
Sungguh bukan mempersepsikan sisi negatif media informasi dengan keseharian, namun sudah saatnya pembaca, pendengar, pemirsa mampu untuk memilah mana yang perlu dan bermanfaat untuk diri mereka. Bukan untuk terus menerus dijadikan objek belaka. Saya termasuk pelaku ritus berita pagi dan sore sudah agak gerah melihat perkembangan sepak terjang media yang kadang berlebihan. Masa dalam rentang beberapa menit waktu yang kuhabiskan di depan televisi disuguhi cuman satu topik berita yang itu-itu saja? Misal dalam rentang 30 menit suatu acara berita anda bisa menghitung berapa topik yang disajikan? pernah menelisik proporsi beritanya?. Kita seperti dibiasakan untuk menghadapi segala sesuatu dengan sikap yang berlebihan. Tanpa sadar mediapun membentuk konstruksi karakter masyarakat. Sebagai pemirsa, mari lebih bisa menentukan pilihan tontonan yang mana yang layak untuk kita nikmati***
8 maggio’09 7.24 am

Sabtu, 02 Mei 2009

Nama, titik dua (:)


Saat pertama memasuki kota itu, uhm adem, sejuk tapi tetap modernis. Hijau namun tetap mengikuti kemajuan zaman, itulah kesan pertama kali memasuki wilayah Salatiga. Kunjunganku pertama kalinya di kota ini, inipun gara-gara sebuah kunjungan perjalanan dinas untuk urusan observasi magang. Sebelum berangkat telah mendengar beberapa cerita tentang ribetnya birokrasi dan adminstrasi di instansi lain (jatah instansi masing-masing), ahh..semoga di instansi yang akan kudatangi tidak begitu. Ditemani satu rekan sejawat, aku mulai mengurus segala macam keperluan dan tugas yang diberikan. Semuanya baik-baik saja, walaupun si ibu-ibu yang melayaniku rodo-rodo bergaya serius dan formal.
" mba, sebenarnya untuk urusan proposal magang mahasiswa dan keperluannya bukan saya yang meng
'handle. sekarang mba-nya menghadap ke mba-X saja, ruangannya di bla..bla..bla..." masih dengan wajah serius dan sikap yang formal beliau berbicara denganku.
" oh iya bu, kalo begitu saya akan segera menghadap beliau. oh ya, ibu Y (ibu yang kuajak bicara) kenal dengan Mas Z nggak?" sambil merapikan berkas dan proposal anak-anak yang berbendel-benddel itu aku bertanya pada ibu Y.
" Oalah, itu kan adikkku...anakku...sahabat baik, wah dia itu orangnya pinter, baik banget..bahkan kadang terlalu baik dengan semua orang..bla..bla..bla" wah..tidak dinyana-nyana reaksinya berubah menjadi bersemangat dan cair tiba-tiba. Lalu mengalirlah cerita yang beranjak ke ranah informal. Suasana tiba-tiba menyenangkan.
Kalau tidak mengingat tugas yang harus kuselesaikan tentu saja pengennya masih ngobrol lagi, tapi tugas membuat harus segera menemui mba X yang mengurus tentang magang mahasiswa. Mba X ini dari awal memang terkesan baik dan ramah, semua urusan beres dan lancar, bahkan berbasi-basi sampai cerita mulai dari yang ringan sampai berdiskusi tentang format magang di instansi tersebut. Dan saat aku menyebutkan alumni dari sebuah program studi di UGM. Beliau menanyakan..
" kenal nggak dengan Mas Z?" (Mas Z ini memang salah satu staff di Dinas tersebut tapi bertugas di lain daerah).
"Owh, ya kenal to mba, satu angkatan dengan saya, malah satu penelitian"
" Wah mba, orangnya baik banget, pintar, potensial..bla..bla..ceritapun mengalir dengan mengasyikkan.
Suasana menjadi akrab, dan ujungnya beliau menawarkan saya untuk mengantarkan ke bagian-bagian di instansi tersebut untuk mengurus keperluan admintrasi lainnya. Di dua bagian berikutnya, yang mengherankan komentar dua orang ibu kepala bagian pun serupa. Ah, kunjungan yang menyenangkan, suguhan komplit, servis memuaskan bahkan ketemu alumni se-program studi.
' Mas, memang tambah ruwet urusannya bila membawa namamu di sini, ehehe tambah ruwet gara-gara diajak ngobrol banyak, oh ya pesen mereka kapan mau pindah ke salatiga, ditunggu". Begitu sms yang kusampaikan kepada si Mas Z ini, sahabat baik yang sampai saat ini masih kontak walau berada di daerah antah berantah.
Sebuah nama dengan titik dua lanjutannya hampir pasti mendekripsikan kesan yang tergambar dari orang yang kita kenal.
Memang tidak mengherankan bila komentar mereka begitu positif terhadap si mas Z ini yang memang menurutku "
ordinay man with extraordinary personality". Uhmm..dari 6 orang yang mengenalnya di instansinya tersebut, semua mendeskripsikannya dengan kesan yang seragam (validitas data mencapai 100% tuh ehehe).
Kejadian ini membuatku berpikir, pernahkah terlintas di pikiranmu..apa yang orang-orang pikirkan saat mendengar namamu?? bukan maksudku harus terpengaruh atas apa yang dipikirkan orang lain tentangmu. Tapi sekedar tergelitik seperti apa dirimu di mata orang lain.
Saat namaku terucap, apa kelanjutannya setelah titik dua???


source picture :http://www.earwormmp3.com/images-album/whats-my-name.jpg
cafe de spot 2 may'09 21.47

Senin, 30 Maret 2009

Asyiknya Ngompol


Bolehlah menjelang Pemilu 2009 9 April nanti, kita menyinggung topik politik. Memang sesuai peraturan, PNS dilarang ikut ke dalam politik praktis dan terlibat dalam keanggotaan partai. Namun, bila sekedar ngompol..ngomongin politik, toh sah-sah saja. Dari dulu memang topik politik selalu menarik perhatian, karena selalu dihiasi dengan manuver-manuver antar partai mulai dari konvensi, lawatan-lawatan berbau politik yang katannya hanya silaturahmi sampai pada koalisi yang berujung pada pembagian jatah di tingkat ekskutif.

Mulai masuknya masa kampanye, berita di televisipun penuh dengan serba serbi kampanye mulai dari orasi-orasi tokoh-tokoh politik, pelanggaran kampanye sampai ulasan-ulasan rapat merapat antar partai mengarah pada kemungkinan koalisi. Kampanye dihiasi dari wajah lama sampai wajah-wajah baru yang meramaikan suhu perpolitikan nasional. Janji-janji manis masihkah terdengar di telinga rakyat?. Mungkin masyarakat sudah mencapai taraf ”budheg janji politis” karena telah berapa berganti kepemimpinan, toh belum ada perubahan yang dianggap menjanjikan. Namun hal itu tentu saja tidak membuat kita menjadi apatis, perubahan pastinya dimulai dari satu langkah ke langkah selanjutnya. Membutuhkan usaha yang tidak sedikit dan waktu yang tidak juga singkat. Kondisi bangsa yang telah kronis ini tentu saja membutuhkan penanganan serius yang tidak gampang. Perlu peran serta warga Indonesia dalam rangka memunculkan Indonesia menjadi negara besar yang sejahtera. Negara kita yang dulu katanya gemah ripah loh jinawi, bahkan masih teringat laguanya koes plus dengan ” Kolam susu”nya menggambarkan betapa bangsa kita dikaruniai sumber daya alam yang luar biasa.

Ah PEMILU? Mampukah nantinya menghasilkan para wakil rakyat yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik?.

Apakah PEMILU hanya pemborosan luar biasa yang memangkas anggaran negara dengan hasil yang tidak seimbang?. Bisa kita bayangkan berapa banyaknya anggaran yang tersedot dalam proses Pemilu, untuk mengklaim diri menjadi negara yang demokratis. Tapi menjelang proses pencontrengan 9 April nanti, kita dihadapkan pada pertanyaan kritis. Atas dasar apa kita mencontreng suatu partai ataupun nama caleg yang berurutan menanti belas kasihan kita di kertas suara?.

Ternyata pendidikan politik masyarakat kita masih belum mampu menjangkau cita-cita luhur mewujudkan demokrasi. Mungkin masyarakat juga sudah mulai jengah dengan beruntunnya peristiwa politik yang terjadi, mulai dari pilkada yang masih juga carut marut sampai persiapan pemilu dua tahap yang masih juga jauh dari kesiapan. Kampanye pada rakyat miskin kadang menghadirkan tontonan memprihatinkan dengan gambar rebutan sembako. Kampanye bagi ibuku mungkin lebih berarti pesenan kaus dan bendera untuk partai politik meningkat tajam akhir-akhir ini, yang membuat para pekerjanya kerja lembur.

Kampanye bagi tetangga sebelah adalah upah tambahan memasang baliho dan bendera-bendera parpol.

Ah, bangsaku..negriku, wajahmu masih juga belum tertata hingga kini. Namun ada sebersit harapan, terus menata diri, mempercepat langkah menuju ke arah yang lebih baik.

Rabu, 25 Maret 2009

Kebaya, Pancaran Keanggunan Wanita Indonesia.


Lihatlah wanita-wanita Indonesia saat-saat peristiwa istimewa, seperti saat wisuda dalam rangka mentasbihkan rampungnya masa kuliah, menikah, ataupun acara-acara khusus lainnya. Mereka nampak anggun dengan balutan kebaya yang dipakai, menampakkan sisi wanita Indonesia. Kebaya memang mampu menampilkan sosok wanita Indonesia yang orisinil dan berbeda. Pakaian tradisional ini memang menjadi ciri khas pakaian tradisional Indonesia yang menawan hingga sangat layak untuk tetap dijaga kelestariannya.

Namun ternyata, sejarahnya kebaya ini berasal dari daerah Arab. Istilah kebaya berasal dari kata ”Kaba” yang berati pakaian. Nama kebaya sebagai pakaian khusus diperkenalkan oleh Portugis saat menginvasi Asia tenggara. Kebaya ini pada mulanya dihubungkan dengan pakaian blus yang dikenakan wanita Indonesia pada abad ke 15 dan 16. Sebelum 1600, kebaya di pulau Jawa merupakan pakaian kebesaran yang hanya diperuntukkan bagi perempuan kerajaan. Namun sekarang, kebaya dapat dipakai di berbagai kalangan dengan berbagai macam model yang telah menyesuaikan perkembangan zaman. Memakai kebaya sudah tidak malu lagi dicap ketinggalan zaman, namun justru mampu menonjolkan keanggunan pribadi wanita Indonesia.

Sekarang ini kebaya telah dimodifikasi dengan berbagai model, menjadi kebaya modern yang bisa dipakai menyesuaikan dengan acara yang akan dihadiri. Kebayapun sekarang tidak hanya bisa dipadankan dengan kain batik ataupun songket, bisa juga dipadankan dengan celana panjang ataupun bahkan jeans. Pilihan bahanpun semakin bermacam-macam. Untuk memperlihatkan kesan glamour dan simpel bisa bereksperimen dengan taffeta, shantung atau organdy sutra untuk kainnya, padukan dengan kebaya dari bahan lace atau satin. Berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan dalam memakai kebaya yakni acara yang akan dihadiri, model dan material kebaya. Konstruksi tubuh si pemakai juga perlu diperhatikan dalam penentuan model kebaya. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah rasa percaya diri saat memakai kebaya akan memancarkan ruh tersendiri pada si pemakai.

Untuk perawatan kebaya, tips khusus merawat kebaya hanya perlu lebih hati-hati dan telaten. Misalnya setelah dipakai, kebaya tidak harus dicuci, cukup diangin-anginkan satu hari penuh lalu masukkan kembali dalam lemari. Kalau sudah dipakai 3-5 kali kebaya boleh dicuci dengan menggunakan tangan, itu pun harus sangat hati-hati agar konstruksi dan garis kebaya tidak berubah. Mencucinya pun tidak boleh dengan sembarang deterjen, sebaiknya menggunakan pelembut saja, dengan pertimbangan untuk menghilangkan bau yang ditimbulkan setelah kebaya sering dipakai dan juga agar warna kebaya tidak berubah. Setelah dicuci dan mengucek, beberapa bagian yang mungkin kena noda, sebaiknya kebaya jangan diperas, basah-basah bisa langsung digantung. Teknik ini bisa membuat kebaya tidak lecek. Untuk menjemur ada baiknya tidak terkena matahari langsung, cukup diangin-anginkan saja. Menyetrika pun tidak bisa sembarangan, harus dengan kondisi setrika yang tidak terlalu panas.

Oh ya belakangan ini tengah ngetren kebaya pakai obi? hmm..gabungan budaya antara Indonesia dengan Jepang. Selain kebaya, busana formal seperti blus batik pun dikombinasikan dengan memakai obi jepang. Ah, semakin menarik saja berkebaya, tanpa terkesan ”tempo doeloe” dan jadul. Tertarik?

Kamis, 19 Maret 2009

Rumah Baru!!!!

Rumah Baru!!!!

Kyaa..rumah baru, tampilan baru!. Walaupun pada mulanya males untuk mengganti template lagi, soalnya dipastikan akan ribet mulai lagi mendadani blog dengan gadget-gadget baru seperti shoutbox, gambar samping, link, feedjit, technorati dll yang memang konsekuensinya bakal hilang bila kita ganti template. Template dari eksternal blogspot tentu saja, karena template-nya blogspot yang original sangat membosankan, jadi musti nyari-nyari template di web lain.

Bila mau liat-liat template blog free silahkan klik di.www.btemplates. com

Tapi cukup menyita waktu karena selain memilih desain yang cocok di hati juga harus mencobanya dulu di blog lama kita, kadangkala tampilan akhirnya nggak sesuai dengan bayangan kita.

Rumah baru ini, sudah rumah ketiga kalinya. Pertama dulu pas masih awal-awal ngeblog masih puas dengan template klasiknya blogspot, ya udah gonta ganti aja template klasik saking bosennya, tapi salah satu keuntungan bila memakai template klasik blogspot adalah gadget-gadget yang udah kita pasang tidak akan hilang. Nah, tampilan tipe My world yang kemaren itu baru sekitar tiga bulan kupakai , hasil jelajahanku di btemplates, setelah beberapa kali bongkar pasang akhirnya merasa cocok dengan desain My World itu Naksir pertama kali lihat!! Nah kalo sudah begini susah dibilangin...padahal beberapa temen komplain backgroundnya susah diliat tulisannya kalo dibuka via HP, loadingnya lambat karena ”berat” mungkin karena desain dasarnya hitam. Pertamanya aku ngrasa, duuuuhh aku ”terlanjur cinta” sama desain ini. Kesengsem berat karena desainnya simpel, klasik tapi elegan, plus gambar globe di genggaman tangan. Semuanya merepresentasikan ”keakuanku” banget ehehe, hingga waktu itu mantep banget pas memakai desain itu.

Tapi lama-kelamaan....kepala mulai berhasil mempengaruhi hati ehehe. Saat disimpan versi webnya di komputer (untuk arsip tiap bulannya), ternyata hasilnya backgroundnya hitam sehingga tulisannya susah dibaca, dan memang loadingnya lambat karena mungkin terlalu berat. Huuu....lama-lama dipertimbangkan..ohhh harus rela melepaskannya. Ahaha..berlebihan ya!

Sebenarnya nggak ribet-ribet banget ganti template, yang ribet harus dandanin lagi dari awal uffff...

Nah akhirnya hari ini memutuskan untuk ganti rumah baru, "Green Scrapbook Diary", desainnya asyik, sepertinya loadingnya nggak terlalu berat, 3 kolom, warnanya fresh ijo-ijo nya menyegarkan ehehe.Nah, mulai deh nambah-nambah gadget lagi, jadi masih belum lengkap nih sementara. Tapi yang penting feature-feature utama udah kutambahkan

Rumah baru, tampilan baru...semoga lebih nyaman. Sekaligus 1 st anniversary ngeblog. Ternyata sudah lebih dari setahun ngeblog, yang awalnya gara-gara mau ke Itali biar bisa sharing cerita sama temen-temen di Indo. Hingga walaupun ngenet disana sekitar 15 ribuan per jam tapi tetep postingan lancar. Eitss..lama kelamaan tetep aktif nulis dan lumayan lancar sampai sekarang ternyata. Walau kadang bingung mau nulis apa saat kepala kosong, atau gerusan rutinitas kerjaan yang menyita waktu hingga tak menyisakan waktu untuk bergelut dengan ”dunia lain”ku yang satu ini. Kadang merasa jengah karena hati mudah sekali dibaca (uffff....), kadang seneng karena beberapa orang mengapresiasi isi tulisanku, bahkan bisa bertambah komunitas. Yah, tanpa harapan yang berlebihan, semoga ngeblogpun bisa bermanfaat!!