Selasa, 25 September 2012

Masih



Udara mendingin, musim gugur hadir tepat waktu nampaknya. Kala kau mulai menyapa :
Kamu : udah didownload belum?
Aku : Apa?
Kamu : cara analisisnya, kan udah dikirim email
Aku : iya..sudah,
Kamu : harusnya bisa dengan cara begitu, dicoba ya
Aku : he-eh iya,
Kamu : bagaimana, sudah jelas kan?
Aku : umm..masih,
Kamu : masih apa? Bingung? bagian mana yang masih bingung?
Aku : Masih rindu
Terlihat kelepak burung dara di kejauhan, lalu lengang.

Glasgow, 25 Sept 2012





Kamis, 20 September 2012

Abu




Mungkin abu ingin bercerita tentang keterlanjuran
Cinta api pada kayu,
Menjadikannya tercipta, tak peduli bahagia atau derita
Hanya ia mengada,
Cerita memang mungkin butuh ada,
Tentang bahagia atau derita, tanya manusia
Pilihan ada di hatinya
Api, Kayu dan Abu
Cinta, Kamu, Aku.
 
GLasgow, 20 Sept 2012. 5.10 pm

Rabu, 19 September 2012

Keep Calm and Carry On


Detik berjalan, rasanya cepat sekali, malam kembali menjelang. Sepi, hanya bunyi detak jam dinding di kamar flatku. Betah sekali berlama-lama di sini, nyaman, luas, semuanya ada. Meja ini merupakan spot yang paling sering kutempati. Meja dengan laptop, sanggup membuatku bertahan di tempat yang sama dalam waktu yang relatif lama. Belajar, Nulis, browsing jurnal ataupun baca-baca berita terkini, chat, ataupun skype-an. Semalam sampai jam 1 saya mengedit sebuah cerpen dengan menambahkan sedikit polesan agar sesuai dengan tema project Antologi NBCMalang yang insyaAllah akan diterbitkan Bulan Oktober nanti.
Lalu membuka file-file lama dan menulis sebuah perjalanan (menatapi asrinya kebun teh wonosari). Aku banyak jalan-jalan, namun seringkali terlewat untuk menuliskannya kemudian mengabur kehilangan rasa. Menulis tentu saja membutuhkan sefrekuensi dengan kejadian, dengan pemikiran. Menterjemahkan apa yang ada di pikiran dan hati menjadi paragraf-paragraf yang bisa ditransferkan pada pembaca. Kadangkala bila kejadiannya sudah lama, harus berusaha “masuk” kembali agar mampu menghadirkan suasana yang hampir serupa. Asyik juga hehe, soalnya tentu saja sayang bila cerita-cerita perjalanan hanya tersimpan di dalam file tanpa dibagi pada orang lain. 
Apalagi untuk saya yang hobinya nulis, jalan-jalan dan foto-foto. Masa ngaku hobi jalan-jalan, blognya jarang cerita jalan-jalannya, enggak sip dong hehe. Jalan-jalan bisa menginspirasi untuk menuliskan cerita baru, dan cerita perjalanan selayaknya harus didukung oleh foto-foto yang bagus. Oleh karena itu, membeli sebuah kamera “beneran” sebagai alat pendukung menghasilkan tulisan bagus masuk dalam wishlist saya ketika pulang akhir tahun ini ke tanah air. Merambah ke tulisan traveling memang hal yang masih tergolong baru untuk saya. Masih banyak belajar tentang hal apa saja yang perlu disajikan dalam sebuah tulisan travelling. Tulisan catatan perjalanan saya yang berjudul “ Edinburgh, Si Jelita dari Scotlandia” dimuat dalam buku “ The Jilbab Traveler”nya Mba Asma Nadia bersama beberapa penulis lainnya. Saya juga akan menyelesaikan naskah untuk dimasukkan ke The Jilbab Traveler 2 yang bertema pengalaman jalan-jalan ke luar negeri dengan gratisan. Naskah saya yang berjudul “ Menjelajah Dunia dengan Biaya Cuma-Cuma” kini masih bolong sana sini, masih menunggu banyak sentuhan polesan.
Cinta memang sulit disembunyikan ehehe..passion saya di tulis menulis, travelling dan fotografi ini kadang membuat lupa waktu. Tapi setidaknya saya tahu passion saya yang ingin terus saya hidupi, dan saya bahagia dengan semua itu. 
Hidup kini, memang telah banyak berbeda, termasuk studiku. Kandidat doktor..heuu, bahkan saya sering nggak sadar diri sudah sampai tahun kedua studi doktoralku. 
            Gini-gini lho..calon doktor” katamu sambil mengunyel-unyel kepalaku dulu sewaktu sebelum saya berangkat. Kenapa? Kandidat doktor yang manja, galak dan  ngambekan? Hihi ;p
Saya masih terus berupaya menyelesaikan riset dan mempelajari banyak hal baru untuk keilmuan dan pasti berguna pada saat saya kembali ke kampus tempat saya bekerja. Label "doktor" pastilah tak berbeda dengan label-label lainnya karena yang menjadi esensi bukanlah label yang tersemat namun bagaimana ilmu yang didapat dapat lebih berguna nantinya.
Memang saya merasakan jenjang studi ini menjadi “fase terberat” dibandingkan dengan jenjang studi saya terdahulu yang tergolong amat mulus. Tapi mungkin memang standarnya lain, maka marilah tetap Keep Calm and Carry On ehehe..
Saya banyak pergi ke tempat-tempat jauh, bertemu dengan orang-orang baru, mengamati banyak hal, belajar ilmu-ilmu baru. Tapi saya juga lama meninggalkan rumah, lama tidak berjumpa nyata dengan keluarga tercinta, lama menahan rindu pada mendoan hangat, soto sokaraja, mie ayam pak kumis, Oseng-oseng iga, es duren purbalingga, Bakso Banjarnegara, es krim kopi Brazil, Gudeg Jogya, eh eh...makanan lagi yaa...ehehe..
Tapi begitulah hidup yang selalu berubah. Sahabat-sahabat saya pun terus bergerak berubah. Ada yang baru sampai di Aussie, ada yang akan segera berangkat awal tahun depan, ada yang hendak melahirkan, ada yang hendak menikah. Dan hidup..bergerak dan terus bergerak..
Mari terus bergerak dalam ritme masing-masing.
Malampun terus bergerak. Alunan lagu-lagu di Swaragama FM pun terus berubah-ubah, dan saatnya saya menyudahi tulisan ini. Temanya apa sih tulisan ini? Ahaha enggak jelas, bergerak ke arah yang tidak saya rencanakan pada saat saya membuka jendela word hihi. Ah baiklah, saya akan segera bergerak menuju naskah tulisan yang harus saya selesaikan, dan rencana eksperimen esok.
Mungkin saat ini gerakan perubahan ada yang tidak sesuai dengan harapan kalian, teruslah melangkah maju, Keep Calm and Carry On, guys!
Eh, Keep Calm and Eat a Lot ;p


Terdengar syahdu suara Andien dengan “Gemilang”nya di Swaragama FM
Tempatku tuju segala angan dan harapan
Tempat ku padu cita-cita dan impian
Tempat ku tuju setiap langkah yang berarti
Tetap menyatu dalam hasrat dan tujuanku selalu

Waktu terus menguji tekad yang ku miliki
Kini tlah terbukti segala kan ku gapai
Rintangan ku hadapi cobaan ku lalui
Semua tlah ku dapati tetaplah gemilang


Glasgow, 18 Sept 10.00 pm
 

Selasa, 18 September 2012

Menatapi Asrinya Kebun Teh Wonosari

Memasuki Kawasan Perkebunan Teh Wonosari, Malang

Udara sejuk begitu terasa saat sepeda motor yang saya tumpangi memasuki kawasan kebun teh Wonosari, Malang. Hijau..sungguh-sungguh hijau panorama yang menentramkan hati. Tempat ini, merupakan salah satu tujuan wisata yang ingin saya kunjungi. Keinginan tersebut terpantik saat dulu membaca rubrik travel di salah satu koran nasional, maka kebuh teh wonosari masuk ke dalam wishlist tempat yang ingin saya kunjungi. Maka berbunga hati tentu saja bisa mengunjungi tempat ini. 
Agrowisata Kebun Teh Wonosari ini berada sekitar 30 km utara kota malang, di lereng Gunung Arjuna, tepatnya di perbatasan dua desa, yaitu Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari dan Desa Wonorejo, Kecamatan lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Untuk bisa menjangkau tempat ini bisa ditempuh dengan jalan kaki dari Lawang (hahah..kalau mauuu), bersepedaa (pasti ngos-ngos-an karena jalanannya menanjak), angkot (untuk menuju ke lokasi ada angkutan umum tetapi jarak tunggunya relatif lama. Yang paling nyaman mungkin dengan kendaraan pribadi seperti mobil ataupun sepeda motor karena jalanan cukup berliku dan menanjak. Tarif masuk kawasan agrowisata ini cukup murah hanya Rp. 8000 saja kok (dan Rp.11.000 pada hari minggu atau hari libur), cukup untuk menikmati ademnya kawasan yang sejuk menghijau itu. 
Begitu memasuki kawasan kebun teh, saya disambut hamparan kebun teh yang luasnya sekitar 1.144,31 hektar itu. Saya memang punya penyakit aneh, mempunyai perasaan berlebihan pada kebun teh. Dari dulu saya pengen banget pergi ke kebun teh. Kenapa? Saya sendiri tidak tahu penyebabnya haha. Kebun teh pertama yang saya lihat itu kebun teh daerah pegunungan dieng Wonosobo, namun hanya sekedar lewat saja. Jadi inilah kali pertama saya benar-benar bisa memetik sendiri daun-daun teh yang masih hijau dan ngumpetin beberapa helai di tas..sebagai kenang-kenangan..hihi ;p
Udaranya masih begitu bersih, hingga kawasan ini sangat cocok untuk berlibur menghilangkan penat, refreshing sejenak dari rutinitas. Bila waktunya pas, maka kalian bisa memperhatikan para ibu-ibu pemetik teh bekerja. Sayangnya (atau kebetulan ;p) pada saat saya ke sana, para pekerja sedang libur hingga perkebunan nampak lenggang. Hari kerja karyawan kebun teh berlangsung Hari senin-sabtu sampai jam 2 siang, jadi bila ingin melihat para pekerja kebun teh beraksi atau melihat pemrosesan di pabrik teh maka datanglah pada waktu-waktu tersebut.
 Pengunjung daerah wisata ini memang belum terlampau banyak, mungkin karena belum gencarnya promosi. Padahal daerah wisata ini cukup potensial untuk menjadi pilihan menghabiskan liburan.

Berlatar hamparan daun-daun teh
Di antara taman bunga
Saya menikmati berjalan-jalan dan foto-foto berlatarkan kebun teh dan taman-taman yang menghijau. Asrinya pemandangan sekitar memang membuat betah berlama-lama di sini. Saat itu cuaca mendung, dan gerimis rintis mulai turun. Kami memutuskan untuk berteduh di wisma rolas, sebuah wisma dengan arsitektur tradisional yang menawan..
            huaaa...aku pengen punya rumah seperti ini,” kataku spontan kala itu. Saya memang pecinta semua serba tradisional (memang cocok dengan ndeso-nya yah ;p).  Wisma yang serba kayu itu nampak begitu hommy dan nyaman. 


Berlatar Wisma Rolas

Huaaaah..bikin jatuh hati yaaah..

Ah lihatlah foto di bawah ini, bayangkan bisa senderan sambil membaca buku, dengan secangkir teh hangat dan gerimis rintis yang turun..ditemani kamuu uhuk, what a wonderfull world yaaa...hehe..ngimpi terooosss :D
Uhuk...saya suka sekali foto ini...tengkiu fotografeeeeer :)
Aaaaaa Surgaaaa...hehe ;p
Saya berteduh karena hujan nampaknya menderas, duduk-duduk di kursi kayu di ruang utama wisma tersebut. Sebuah percakapan hangat, kebun teh yang tengah diciumi gerimis dan udara yang mendingin. Sejuk dan damai suasana. Nampak beberapa pekerja kebun juga ikut berteduh dari hujan. Saat hujan mereda, saya mengeksplor wisma yang telah membuat saya jatuh hati ini. Ternyata di bagian belakang ada rumah panggung dimana terdapat kamar-kamar yang disewakan bagi pengunjung. Ada 10 kamar dengan rate @250.000/hari. Untuk wisma-wisma lainnya harganya variatif kok, kalau sewa bareng-bareng satu wisma pasti akan lebih murah. Heuu menyenangkan sekali rasanya kalau bisa meluangkan waktu tinggal di sini. 
Di rumah panggung, tempat kamar-kamar Wisma Rolas
Bagian Belakang Wisma Rolas
Wisma-wisma yang disewakan bisa satu rumah atau satu kamar, karena tempat ini sering digunakan untuk tempat meeting, pertemuan keluarga atau wisata rombongan. Wisma-wisma tersebut bisa dibooking online, sudah ada daftar harga dan gambar yang bisa kita lihat-lihat sebelumnya. Oh ya, di hari-hari libur, bila berminat cepatlah membooking dari awal, karena biasanya cepat penuh. Misalnya saja pada acara tahun baru tahun 2011, kami berombongan ingin membooking di wisma kawasan Wonosori ini tapi sudah fullbook. Humm, berarti menandakan kawasan ini cukup favorit untuk dijadikan tempat liburan kan..
Selain wisata alam kebunnya, di tempat ini juga terdapat berbagai pilihan fasilitas dan aktivitas. Ada kebun binatang mini, permainan outbound, ataupun menantang adrenalin dengan wahana ATV (All Terrain Vehicle).  Kereta mini yang berjalan memutari kebun teh juga ada, cocok untuk wisata keluarga.

Kereta Mininyaaaa...mau naik?
Bila kalian berminat dan pas pabrik tehnya buka, silahkan bisa melihat dan belajar bagaimana proses pembuatan teh langsung di pabriknya. Untuk oleh-oleh, ada kedai yang menjual berbagai varian teh dan kopi. Mulai dari teh celup, teh tubruk, kopi bubuk, instan dan lain-lain, lengkap disediakan. Setelah kucoba, tehnya rasanya memang jempolan, tapi untuk kopinya standar ehehe. 
Hujan mereda, lalu kabut tipis mulai turun. Humm suasananya memang membuat betah untuk berlama-lama di sana, tapi saya harus segera kembali pulang. Gerimis turun lagi, perkebunan kembali basah.
Mantel hujan, deru sepeda motor dan perjalanan pulang, semuanya layak untuk dikenang.
Mungkin suatu saat nanti, akan kukunjungi lagi tempat ini.
Suatu saat nanti.

(Cerita perjalanan 24 Januari 2011)
**Foto-fotonya saya masih kuruuuuus...hihi ;p

Glasgow, 18 Sept 2012

Senin, 17 September 2012

Wanna Grow Old With You


Cangkir teh di tanganku masih mengepul, tapi segera kubawa ke ruang tengah walaupun aku tahu nasibnya akan sama sebentar lagi. Nasib secangkir teh itu untuk menunggu beberapa saat agar tidak terlalu panas, untuk segera kau teguk. Selalu dan selalu begitu, nasib secangkir teh itu berpuluh tahun kusajikan padamu. Kalaupun aku menjadi secangkir teh itupun aku akan sama dengannya, menunggu beberapa saat, untukmu. 
Begitu hendak sampai ruang tengah, aku terheran..Uhmm kenapa suara ketikan di keyboard tak lagi terdengar, hening. Kulangkahkan kaki segera ke ruang tengah untuk segera membawakan secangkir teh untukmu. Untukmu, yang pasti sudah lelah seharian ini, dan harus menyelesaikan deadline laporan untuk esok hari.
Sampai di ruang tengah, kudapati layar laptop itu masih berkedip-kedip. Sementara engkau menelungkupkan tangan sebagai sandaran kepala, menggeletak dengan mata terpejam. Ah, kali ini secangkir teh nampaknya akan bernasib lain
Kuletakkan secangkir teh itu di meja, lalu aku mendudukkan diri di sofa hijau lumut dekat meja kerjamu. Memandangimu yang tengah tertidur, rasanya ingin ikut bersama mimpimu dalam setiap helaan nafasmu yang teratur.
Aku selalu suka memandangimu tertidur, diam-diam mengamati ekspresimu yang tengah pulas terlelap. Dulu kau pernah bilang,
            Kalau mas tidurnya ngorok bagaimana?” tanyamu menggodaiku.
            Nanti adek rekam, trus adek jadikan ringtone Hp” jawabku ringan. Lalu engkau tertawa, dengan udara yang menyambut tawamu dalam bahagia.
Dan kini aku memandangimu yang tengah terlelap, di antara tumpukan kertas kerja dan layar laptop yang masih berkedip. Pasti penat ragamu, lelah dengan segala aktivitasmu hari ini. Menatapimu tertidur, merasakan duniamu dekat dengan duniaku. Melihat kamu tanpa label-label beraneka rupa yang terkadang menjauhkan aku dan kamu. Hingga ingin rasanya berlama-lama memandangimu tertidur. Ikut bersama naik turun helaan nafasmu, mungkin bercerita tentang harmoni. Mungkin tentang impian yang masih kita yakini, mungkin tentang masa indah yang selalu kita ulangi. Lalu menghapali lagi detail raut mukamu, walau sudah kupandangi berkali-kali.
Teh di cangkir di meja itu sudah tak lagi panas, kuambil dan segera menyesapnya. Hangat, sepertimu yang menghangatkan duniaku.
Aku tahu dunia tak cuma berisi canda tawa, gurau, bahagia, tapi juga ada luka, masalah, mungkin juga derita. Tapi saat memandangimu tertidur, semuanya menjadi sama, damai terasa di dada. Dan aku ingin bisa memandangimu tertidur berpuluh puluh tahun lagi. Lalu kadang sehabis bangun, kita bicarakan tagihan rekening listrik, arisan, atau iuran sampah, tapi itulah percakapan paling romantis sedunia yang ingin kubagi denganmu.
Teh di cangkir sudah habis kusesap, dan engkau masih terlelap. Malam sudah menua, jarum jam sudah mencapai angka satu. Ku-sleep-kan layar laptopmu, lalu kuambil selimut untuk menyelimutimu yang masih tertidur dengan posisi yang tak biasa. Aku mendaratkan sebuah kecupan lembut di keningmu, usapan ringan di rambutmu, lalu engkau bergerak sebentar, tersenyum dalam tidurmu. Mimpi apa sayang? kejar-kejaran sama kura-kura ya? lalu kembali lelap kau tertidur.
Detik berlalu, dan aku ingin terus memandangimu tertidur sampai aku ikut terpejam di sofa hijau lumut itu. Untuk nanti beberapa jam kemudian, dengan mata kriyip-kriyip dan  rambut kusut, berkata padamu.
            Bangun, shalat malam dulu, habis shalat, mas selesaikan kerjaannya, trus adek bobok lagi yaa.. ehehe.” Aku gemar mencadaimu selalu. Tapi nyatanya, aku segera ke dapur dan menyiapkan secangkir teh hangat untukmu. Cangkir berukuran sedang, satu sendok makan gula, dan teh celup vanilla yang cukup lima kali dicelup-celupkan agar tidak terlalu pekat.

-------

Dan aku memandangimu tertidur lagi kini, dengan rambut yang tak setebal dulu, tak lagi hitam legam seperti dulu, beberapa uban sudah menghiasi rambutmu. Tubuhmu  sedikit mengurus, kadang kau terbatuk, dengan nafas yang pendek-pendek.

Aku tetap mencintaimu, dan tetap selalu suka memandangimu tertidur.
I wanna grow old with you..

 
  
Glasgow, 17 Sept 2012.





Jumat, 07 September 2012

Menjelajahi Indahnya Loch Ness dan Highland

Irama musik khas Scotland mengalun mengiringi perjalanan menuju tempat pemberhentian pertama yakni Loch Lomond. Sudah lama tidak merasakan atmosfer “jalan-jalan bersama” seperti ini. Iyah, memang aku sering berjalan-jalan, tapi jalan-jalan bersama rombongan yang semua orang dalam rombongan ber-aura siap jalan-jalan kayaknya sudah sangat lama tidak menikmati suasana seperti ini. Suasana sepeti saat study tour, berombongan satu bis yang di bagian depan bis-nya tertulis “rombongan bla bla bla” hihi entah mengapa hal itu saja membuat suatu perbedaaan yang signifikan.
Kali ini aku jalan-jalan ikut travel agent, padahal dulu aku pernah bilang “jalan-jalan pake travel agent itu jalan-jalan yang pas untuk simbah-simbah” hualaaah..sekarang malah mak jleb pada diri sendiri.
Maksudku dulu, tidak menyenangkan ikut travel agent karena berkurang tantangannya dan kurang puas karena harus diatur-atur. Tapi perjalanan kali ini lokasinya menuju Highlands yang susah ditempuh bila menggunakan bis karena tidak ada jurusan yang ke sana. Biasanya banyak yang menyewa mobil untuk melakukan perjalanan ke daerah tersebut. Kebetulan Rora yang sebentar lagi akan pulang ke Indo setelah submit disertasi masternya mengajakku ikutan one day tour ke Lochness, Glenco dan Highland, langsung deh mau hihi ;p
Pemberhentian pertama kami di Loch Lomond. Oh ya Loch itu bahasa Scottish Gaelic yang artinya danau, jadi ada banyak danau/Loch di daerah Scotland yang cantik-cantik, dan salah satunya Loch Lomond. Sepanjang jalan, si supirnya terus saja rajin menceritakan tempat-tempat unik di sepanjang jalan layaknya seorang tour guide, dengan sesekali melontarkan lelucon. Bila selesai ngomong panjang lebar tentang tempat menarik yang terlewati, dia segera memasang musik yang sesuai dengan suasana tempatnya. Aih..serasa santaaaaiiii bangeeet, benar-benar menghilangkan penat setelah menempuh mini viva sidang tahun pertama studi doktoralku. Lanskap di luar jendela yang hijau menentramkan mata, sementara musik mengalun mendamaikan jiwa. Sekumpulan domba-domba merunduk di perbukitan, lalu melewati daerah peternakan dengan sapi-sapinya, lalu terus naik ke daerah yang mulai bergunung-gunung hijau. Indahnya kadang bisa membuat menahan nafas ehehe...
Tepian danau sudah nampak, sementara langit muram, dan kabut tipis turun perlahan.  Mobil/travel Coach kami berhenti di tempat peristirahatan yang sudah disediakan, kata si supirnya, rumah-rumah peristirahatan di sekitar Loch Lomond itu favoritnya artis-artis Hollywood untuk menghabiskan liburan, beberapa artis ternama ia sebutkan. Humm pantes saja, tempatnya sangat memikat hati begini.

Sayangnya mobil travel kami tidak berhenti terlalu lama, jadi tak ada waktu untuk menatapi lama-lama danau yang permukaannya tengah diciumi kabut tipis itu. Bahkan untuk bernarsis ria dengan foto-fotopun sangat terbatas. Ah inilah salah satu kekurangan bila bepergiaan berombongan dengan agen travel. Jadwal perjalanan kami sangat teratur, supir sudah memberi tahu berapa lama akan berhenti dan jam berapa harus kembali ke mobil. Dan semua penumpang disiplin mengikuti aturan tersebut, karena bila tidak, benar-benar akan ditinggal sama si supirnya. Coba kalo plesiran di indo rombongan, waduuh pasti menunggu si inilah, si itulaaah..ehehe..telatnya bisa lamaaaa.

Dari Loch Lomond kami melanjutkan perjalanan terus naik menuju Highland. Hummm sepanjang perjalanan, pemandangan di luar jendela membuat benar-benar jatuh hati dengan highland. Aaaaaa breathtaking scenery bangeeeet. Pegunungan hijau yang bergelombang, kadang diselingi gradasi warna tumbuhan dan bunga-bunga. Berderetan lavender ungu, atau bunga-bunga kuning berbaris-baris seperti menciptakan kontur tersendiri yang apik. Ciptaan maha karyaMu sungguh luar biasa, Tuhanku. Sungguh merasa beruntung bisa menikmati panorama seindah ini. Setelah terpukau-pukau dengan deretan pegunungan Highland, kami berhenti di The Three Sisters, daerah pegunungan Highland yang terkenal dan banyak menjadi latar postcard Scotland.

Dan aaaa...cantiiiik benaaar lanskapnya. Tapi begitu turun, brrrr angin menyambut kami dengan tiupannya yang membuat menggigil kedinginan. Lagi-lagi waktu yang diberikan tidak begitu lama, hingga mengambil foto seperti lomba balapan saja. Hiks..padahal backgroundnya sebegini cantiknyaaaaa..harusnya bisa mendapatkan foto-foto yang bagus kalau santai-santai. Aku dan Rora bergantian memotret, lalu kemudian ada gadis India dan Ibu-ibu asal Amerika yang bergabung bersama kami. Pooja, nama si gadis manis India itu..aiih khas nama-nama India, nampak manis dengan rambut panjangnya, sementara si ibu Amerika bernama jenifer nampak sangat ramah,energik dan banyaaaaak bicara ehehe.
Dari the Three Sisters Glenco, kami berhenti sebentar di Ben Nevis. Dan diberikan waktu beberapa saat untuk berfoto-foto di sekitar monumen. Kemudian hampir tengah hari kami mampir di peristirahatan daerah Fort Williams untuk makan siang. Ada toko-toko souvenir, toilet dan food court. Beberapa kartu pos akhirnya masuk tas, karena harga kartu pos relatif murah untuk kenang-kenangan jalan-jalan, sedangkan pernak pernik yang lain walaupun lucu-lucu tapi harganya sering irrasional untuk dijangkau kantung. Jadi difoto aja laaaah..bisa dilihat kapanpun hihi, termasuk gambar ini nih entah kenapa suka banget, karena mahal seharga 8 pounds akhirnya beli kartu pos dengan gambar jalur kereta api tradisional itu.

Setelah mengitari toko souvenir, aku dan Rora memutuskan untuk makan. Rora memesan sup sayuran dan teh, sedangkan aku cukup makan roti. Makan di luarpun pastinya harus diperhitungkan karena jauh lebih mahal daripada masak, tapi sesekali tak apalah. Tak lama berselang Jenifer dan Pooja bergabung ke meja kami lalu asyik mengobrol sebelum jadwal mobil berangkat lagi.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Loch Ness..untuk itu adalah beberapa pilihan yang ditawarkan, yakni masuk ke dalam kastil kemudian menyeberangi danau (tiketnya 16 pounds), kemudian bila hanya masuk kastil saja (12 pounds) dan nggak ngapa-ngapain alias memandang-mandang di sekitar saja. Ah, rasanya sayang sudah jauh-jauh tidak menjelajah, apalagi katanya pemandangan paling indah Loch Ness bisa dilihat dari atas kastil. Maka kami memutuskan untuk membeli tiket seharga 16 pounds itu. Sebelum memasuki area kastil, mobil kami berkendara sepanjang garis danau yang biru dilingkupi dengan darah yang hijau.
            “ waaa mbaaa....danaunya biruuu..bagus bangeeet” kata Rora di sebelahku. Lalu kami sama-sama takjub menikmati sajian panorama yang fantastik di luar jendela. Musik mengalun perlahan, aaah...sebuah perjalanan yang sungguh menyenangkan. Aku memang penggemar wisata alam. Asal ada hijau-hijau sama berair seperti danau, pantai..pasti betah. Akhirnya kami sampai juga di tempat parker area Loch Ness. Kalau tidak salah, kata si supir untuk area parkirnya sudah dijadwal jadi harus datang pada waktu yang ditentukan, kalau enggak dipakai yang lain..waduuh untuk urusan efisiensi waktu negara ini memang yahud. Oh ya, masing-masing tempat duduk dilengkapi seatbelt yang harus dipakai sepanjang perjalanan di mobil, samar-samar kudengar penjelasan si supir bahwa denda 60 pounds akan mampir bila kita mangkir.
Begitu memasuki kawasan kastilnya, tak henti hentinya rasanya mata ingin memandangi panorama yang luar biasa indahnya. Lumer rasanya hati melihat sajian seindah ini. Dan untungnya langit tiba-tiba cerah ceria, sehingga gradasi warna biru langit dan air permukaan danau terlihat begitu indahnya. Begitulah cuaca Scotland, susah terprediksi dan bisa cepat berganti-ganti sehingga kita harus harus selalu siap dengan cuaca apapun. Tadi di Loch Lomond langit murung, kemudian sempat nangis rintik-rintik, lalu di Glenco three sisters cerah lagi, habis makan siang mendung lagi, dan Alhamdulillah di Loch Ness ceria kembali. Jadi cuaca cerah di sini merupakan anugerah yang luar biasa ehehe, nampak sempurnalah pemandangan LochNess yang terlihat dari arah kastil.
Kastilnya sendiri seperti reruntuhan yang beberapa bagian tinggal puing-puing, tapi justu itu menambah keeksotisan tempat ini. Urquhart Castle nampak berdiri anggun dengan puing-puingnya yang menyimpankan sejarah peradaban masa lalu. Aku dan Rora sama-sama terpesona dengan panorama, sembari tetap jeprat jepret pemandangan (dan juga orangnya hehe) dengan kamera. Kemudian mengeksplor kastil sampai naik ke bagian atasnya, dan wuiiii..brrrr..angin bertiup kencang. Tapi hummm pemandangan danau dan kastil dari atas sungguh memanjakan mata.
Melirik jam tangan, waktu penjemputan kapal cruise yakni jam 2.30 akan segera tiba. Maka tanpa mau menanggung risiko ketinggalan kapal, kami menunggu kapal datang sambil berbincang selonjoran di rerumputan hijau di depan kastil. Jenifer dengan bersemangat bercerita tentang pengalamannya berpetualang. Wah mantap benar, seumuran gitu masih bersemangat jalan-jalan, sendirian pula.
Dari kejauhan kapal cruise yang akan kami tumpangi mulai merapat ke daratan. Kami segera beranjak untuk antri menuju kapal, sambil tetap memandangi bebek-bebek yang lucu-lucu di pinggiran danau. Lalu kami satu per satu menaiki kapal cruise, dan akhirnya kami memilih untuk duduk di atas kapal agar leluasa menikmati pemandangan, dan merasakan angin berhembus langsung. Humm Loch Ness memang sungguh indah. Dan begitu kapal berjalan, terasa benar tiupan angin yang menerpa.
            Mba siwi enggak kedinginan?” Tanya Rora yang melihatku tanpa jaket. Sebenarnya jaket merahku ada di tas, cuma males aja memakainya, lebih kerasa terpaan anginnya di tubuh.
            Enggak dingin kok, hatiku kan menghangat” jawabku bergurau ahaha. Ah hati siapa yang tidak menghangat memandangi deretan bukit-bukit menghijau di sekitar danau, air permukaan danau yang biru, serta langit yang biru cerah disertai dengan terpaan angin sepoi sepoi. Humm..kayaknya tempat yang cocok untuk honeymoon..uhuk..uhuk ;p
Kami ngobrol beberapa saat dengan Pooja dan Jenifer, mengambil video dari atas kapal, namun setelah itu kami terdiam menikmati pemandangan sekitar. Ah, benar-benar refreshing liburan kali ini. Tidak terlalu capai karena semuanya sudah dipersiapkan, tinggal duduk manis di mobil, dianter-anter kemana-mana, apa-apa sudah disiapkan. Enggak takut nyasar-nyasar, dan berpeluh ngos-ngosan jalan kaki. Ehehe jalan-jalan kali ini begini santai rasanya. Huaaah kayaknya bener yah, berwisata dengan travel agent memang cocok untuk simbah-simbah hihi..
Kapal cruise yang kami tumpangi akhirnya merapat ke daratan, sementara supir travel kami sudah terlihat di kejauhan. Setelah berjalan keluar kapal, barulah nampak di Nessie Monster yang legendaris itu..eitt patungnyaaah ehehe. Lalu kami diberi waktu sejenak di souvenir shop dan toilet. Sebuah tempelan kulkas Nessie masuk lagi ke dalam tas sebagai oleh-oleh perjalanan. Lalu kami menuju pulang ke Glasgow, dengan sesekali berhenti. Pemberhentian pertama untuk melihat binatang khas Scotland..humm aku belum tahu apa nama binatang itu, aneh sih. Padahal binatang ini terkenal dan langka, karena ada banyak terlihat di kartu pos Scotland dan hanya ada di tempat-tempat tertentu saja binatang ini.


Kemudian setelah itu kami berhenti di Pitlochry, sebuah desa bergaya vitorian untuk berkeliling sejenak, plus nyemil fish dan chips..hihi perut akhir-akhir ini sering protesan bila lama tak diisi.
Dan akhirnya kami pulang menuju Glasgow, tetap diiringi ocehan si bapak supir yang plontos itu
iringan musik yang mengalun. Mata terasa berat dan zzzzz....mungkin bermimpi monster ganteng ;p

Bila kalian suatu saat tertarik ikut tour ini, ini linknya http://www.timberbush-tours.co.uk/glasgow_tours/one_day/loch_ness.html