Perempuan itu seperti gelombang, mengarak berbagai perasaannya yang datang silih berganti.
Saya runtut mendengarkan (membaca lewat chat-lebih
tepatnya) gelombang perubahan perasaan seorang sahabat dekat yang tengah
terkena “penyakit cinta”. Pagi hari ini dia bisa berbunga-bunga seperti dunia
semuanya penuh semerbak cinta yang hanya miliknya, siang hari ia bisa tiba-tiba
merasa tak dipedulikan, sore hari ia merasa lelah, mempertanyakan apakah yang
tengah dinantinya layak untuk diperjuangkan. Malam harinya bisa saja ia merasa
melonjak-lonjak dalam kebahagiaan paling tinggi yang pernah dirasakan, hanya
karena hal yang sangat sederhana. Bila
saya membuat grafik pasti saya bisa memprediksi betapa grafik itu naik turun
tak pasti, seperti gelombang menjelang tepi pantai. Begitulah perempuan. Dunia
para venusian memang dunia yang terkadang sulit dimengerti, seperti juga dunia
para Martian (laki-laki). Kita bicara dengan bahasa yang berbeda, merasa dengan
cara berbeda, kebutuhan akan kebahagiaan yang berbeda serta mengendalikan
perasaan/emosi/masalah dengan cara yang berbeda juga.
“ ahaha maaf
aku menyebalkan, aku banyak sekali bercerita” katanya pada akhirnya,
setelah ia merasa sudah terlalu panjang lebar bercerita.
Aku tersenyum. Wahai perempuan, memang begitulah
caramu “coping emotion”. Mereka akan
mencari seseorang terdekat untuk mendengarkannya. Cukup dengan didengarkan,
ditimpali, diperhatikan, perasaannya akan kembali membaik.
Tapi jangan mengharap terlalu banyak bahwa laki-laki
akan melakukannya. Mereka sebaliknya akan menghabiskan waktu main futsal,
sepakbola, baca berita, atau main game. Mereka menghadapi masalah dengan terkadang mencari aktivitas untuk melupakan sejenak, untuk merefreshkan pikiran mereka dan menyelesaikannya. Itulah cara mereka ngumpet dalam “gua”mereka
untuk sementara. Sedangkan bagi si perempuan, aksi si laki-laki yang tengah menarik
diri, mencari ruang sementara dianggap sebuah pengacuhan dan ketidakpedulian.
Martian dan Venusian benar-benar dua makhluk dari dunia yang berbeda,
masing-masing ciptaan Tuhan yang menakjubkan. Terkadang yang dibutuhkan dalam perbedaan adalah mengerti.
Saya menyimak perbedaan emosi dan cara mereka
mengendalikan emosi yang ada pada dua sahabat saya, yang satu perempuan dan
yang satu laki-laki. Baiklah, hehe dua-duanya mempunyai masalah percintaan yang
berbeda. Pada saat mereka ngobrol (sesi curhat) dengan saya, si sahabat
perempuan cenderung sangat terbuka, menceritakan dengan detail emosi
perasaannya. Panjang lebar mengenai perasaan hatinya, terkadang menanyakan
pendapatku, atau kadang berkeluh kesah sendiri.
“
Aku gemes..kenapa laki-laki begitu. Aku uring-uringan
mikiran dia, dia-nya nggak peduli. Kenapa sih laki-laki itu nggak menampakkan emosi
mereka? kenapa mereka terlihat sangat terkendali? Eghh ” protes si sahabat
perempuanku itu.
Lalu saya menimpali, dia bercerita lagi, dan pada
akhirnya perasaannya akan kembali membaik. Perempuan cukup didengarkan, merasa
diperhatikan, maka dunia akan nampak baik-baik saja bagi mereka.
Yeap, kita sering menginginkan si mahluk planet
lain itu bertindak seperti yang kita mau, dan merasa seperti cara kita merasa. Padahal
perempuan dan laki-laki memang berbeda, yeap we are different..
Sedangkan pada saat saya sedang ngobrol dengan sahabat
laki-laki saya tentang masalahnya, cara berceritanya saja sudah berbeda. Dia
hanya bercerita inti masalahnya saja, saya tidak tahu dan tidak diberi tahu “siapa”
si X yang dimaksud, (walaupun saya bertanya penasaran ahaha) tapi dia tidak menceritakan detail-detail
lainnya. Dia hanya bercerita tentang kondisinya saja dan sangat sedikit informasi
yang diberikan. Lalu saat saya menanggapi ceritanya tersebut, saya dengan tidak sadar memasukkan pendapat-pendapat
saya pada saat dia bercerita. Kemudian serta merta dia berkata :
“
Tenang Siw, I know what I’m doing” begitu
dia bilang.
Ahaha...glek, saya lupa dengan siapa saya
bicara..hey makhluk bernama laki-laki ternyata. Tepok jidat saya..lalu
menambahkan,
“yeah, I believe in you” segera saya
menanggapinya demikian. Man need trust,
not advice ehehe..
“Laki-laki itu seperti nahkoda yang sudah tahu arah kompas, kemana yang akan dituju”
Katanyaaa (biar nggak terkesan saya sok tahuuu
ehehe soalnya masih belajaran juga), jangan terlalu banyak kasih laki-laki saran, nasihat-nasihat apalagi
petuah hihi. Bagi perempuan, terkadang hal tersebut merupakan salah satu ekspresi
kasih sayang mereka, tapi bagi laki-laki kadang bisa merupakan hal yang
intimidatif, merasa “untrust”.
Kalau misalnya setelah berjalan dengan arah kompasnya
itu, kemudian ternyata si laki-laki salah arah? Atau tidak berjalan sesuai
harapan ataupun gagal? Ahaha aturannya, menurut “kitab”, jangan menyalahkan
makhluk Martian itu. Cukup pahami saja, terus beri saja dukungan yang cukup,
itu sudah lebih dari cukup bagi mahkluk Martian. Karena dengan menyalahkan akan
menghujam-hujam sisi kelelakiannya. Being
trusted is his primary need, not being cared for, berbeda dengan perempuan yang kebutuhan utamanya
adalah diperhatikan/caring.
“When
a woman's attitude expresses trust, acceptance, appreciation, admiration, and
approval it encourages a man to be all that he can be”(JG)
Hihi ajaib ya ciptaan
Tuhan.
Saya jadi ingat sebuah
kejadian, sebuah percakapan yang sudah begitu lama, namun teringat saat saya
menuliskan tulisan ini.
“ Aku mau ngomong
sesuatu,” katanya suatu saat, beberapa tahun lalu. Dalam hati sudah
berpikir, apa yang akan dibicarakannya.
“ Apaan”
kataku, mencoba agar suaraku terdengar olehnya, mengalahkan suara deru sepeda motor yang kami tumpangi.
“ Kemarin rasanya
bersalah, aku memandangi punggungmu sampai hilang di kelokan, andai saja aku
bisa mengantarmu pulang ke kosan, sayangnya aku nggak bawa mantel, nanti malah
kehujanan.” Begitu katamu, seakan dengan begitu hati-hati mengatakan hal
itu padaku. Seperti baru saja mengatakan hal yang sangat penting. Hualaaah
gubrak, sungguh lebay kalimatnya, padahal tempat saya meninggalkannya untuk
pulang ke kosan hanya beberapa blok saja. Saya bukan tipikal perempuan manja
yang harus diantar kemana-mana, saya bisa sendiri, begitu pikirku. Tapi hal tersebut ternyata penting bagi laki-laki.
Atau sebuah kejadian di suatu ketika, saat
di perjalanan lalu sepeda motor yang kami tumpangi ternyata harus segera dibalikin, serta merta kubilang :
“ aku turun sini
aja, trus naik angkot ke kosan. Gampang kok, trus kamu balikin sepeda motornya,”
begitu kataku, dan menganggap itu sebuah solusi yang tepat.
Lalu terdengarlah
responnya,
“ ih..memangnya
kamu anggap aku laki-laki seperti apa, tadi kujemput di kosan ya harus dianter
balik lagi ke kosan.” hahaha gubraks,
lucu ya makhluk Venusian dan Martian itu.
Deep inside every man there is a hero or a knight in
shining armor, men are motivated when they feel needed. Sifat seperti itu tumbuh natural dalam diri seorang
laki-laki. Saya saja yang tidak tahu ahaha ;p
Perempuan dan laki-laki
mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda. Terkadang perbedaan inilah yang menimbulkan
friksi, ataupun salah mengerti. Kita melakukan sesuatu dengan niatan untuk
menyayangi, ataupun memperhatikan, bisa saja diterjemahkan sebagai bentuk
ketidakpercayaan akan kemampuan laki-laki. We
speak with different language, and need different fulfillment. Kita membutuhkan primarily needs yang berbeda :
She
Needs Caring and He Needs Trust
She Needs Understanding and He Needs Acceptance
She Needs Respect and He Needs Appreciation
She Needs Devotion and He Needs Admiration
She Needs Validation and He Needs Approval
She Needs Reassurance and He Needs Encouragement
Without an awareness of what is important for the
opposite sex, men and women don't realize how much they may be hurting their
partners (JG)
Hihi apaan coba posting tulisan ini ahahaha saya
kesambet ;p
Love is magical, and it can last, if we remember our differences (JG)
(Just wanna say, I feel blessed to know you and **** you,
makhluk Martianku. My name is Mars, but now Mars is Venusian).
Glasgow, 30 September 2012. 10.30 pm.