Jumat, 02 Januari 2015

Mencobai Sensasi Highland Tour Gratisan ala The Hairy Coo


Bersama si minibus oranye unyu Hairy Coo

Bagi yang hendak jalan-jalan ke Scotland tetapi tidak mempunyai banyak waktu, free highland tour ala The Hairy Coo ini sangat recommended untuk dicoba. Apalagi embel-embelnya “free” alias gratisan pastilah membuat tawaran ini sangat menarik. Eh tapi emangnya beneran gratisan?
Memang kita nggak wajib membayar kok, cuma di akhir tour kita disarankan untuk memberikan uang tip kepada si guide-nya. Besarnya pun bisa berapa saja, tanpa paksaan harus membayar berapa. Jadi pada intinya tour ini lebih kepada tip-based tour.
Nah, beberapa saat yang lalu saya iseng-iseng mencobai free tour highland ini. Ternyata free tour ini memang banyak peminatnya, jadi pastikan dulu untuk membooking tour ini melalui website-nya di : http://www.thehairycoo.com. Di website tersebut juga terdapat informasi-informasi mengenai tempat mana saja yang akan dikunjungi dan aturan-aturannya. Selain free highland tour, mereka juga menyediakan tour lain seperti ke LochNess dan Highland. Untuk membooking tour ini, caranya sangat mudah, hanya mengisi kolom-kolom yang ada di website, tanggal yang kita pilih, book untuk berapa orang, kemudian kita bisa melihat tanggal-tanggal mana tour yang sudah penuh, dan tanggal yang masih bisa untuk kita book.  Setelah itu, kemudian mengisi detail kita dan juga bank account kita. Jangan khawatir, mereka hanya mengenakan charge 0.01 GBP untuk deposit. Hal ini untuk menjamin bahwa yang membooking tour tersebut memang benar-benar ingin ikut tour. Karena banyak kasus sebelumnya, rival-rival tour lain asal membooking dengan identitas palsu sehingga keterangannya full booked, namun tidak ada yang datang saat hari H tour berlangsung. Kemudian, bank account ini juga juga berfungsi apabila kita tidak datang tanpa pemberitahuan untuk membatalkan tour tersebut 48 jam sebelum hari H maka kita akan dikenai biaya 17 pound. Bagi saya aturan tersebut cukup fair.
            Oya untuk tempat pemberangkatan tour ini hanya dari Edinburgh, jadi kami harus menempuh perjalanan dari Glasgow ke Edinburgh terlebih dulu. Kemudian untuk tempat berkumpul pemberangkatannya di Deacon House Café, Lawn Market-Royal Mile. Cukup dekat dijangkau dengan jalan kaki dari Edinburgh Waverley (stasiun kereta-nya Edinburgh) maupun bus stasion. Tempatnya juga cukup mudah dikenali karena ada patung yang memakai kostum khas Scotland di depan Cafenya. Kita bisa sarapan ataupun numpang ke toilet juga sebelum waktu check in.  Waktu check in-nya dimulai pukul 8.30. Si bus oranye Hairy Coo akan datang ke depan café tersebut dan si guide (sekaligus supirnya) akan mengecek satu per satu penumpang yang membooking tour pada hari itu. Si guide itu juga mengenakan Kilt- rok tartan khas Scotland. Kadang-kadang heran juga, orang sini pake kilt itu apa enggak kedinginan karena  hanya menggunakan kilt dan kaus kaki panjang, kebayang bbrrr-nya.
Nah mulai awal perjalanan sampai ke stop pertama di Forth bridge, si tour guide-nya nerocos terus cerita soal Edinburgh, atau kalau ada objek-objek menarik di kanan kiri.
            “Ini si bapak nggak berhenti ngomong?” tanya saya pada teman seperjalanan saya. Dan tentu saja, dia sama tak mengertinya dengan saya. Soalnya saya agak terganggu dengan  si bapak yang terus menerus ngomong dengan speakernya, rada berisik. Kadang lebih enak kalau tenang, sambil menikmati pemandangan di luar jendela, ataupun ngobrol dengan teman seperjalanan. Soalnya si bapak kan bicaranya soal sejarah, atau fakta-fakta menarik jadinya tetep si kepala sambil mikir itu si bapak ngomong tentang apaan, jadinya agak kurang rileks.
Untuk pemberhentian pertama di jembatan Forth Bridge, sebenarnya ini kali kedua saya mengunjungi tempat ini. Tahun lalu saya juga stop sebentar di tempat ini saat dalam perjalanan ke St. Andrews. Jembatan yang lumayan spektakuler ini terletak di Firth of Forth, sekitar 14 kilometer sebelah barat pusat kota Edinburgh. Pembangunan jembatan sepanjang 2.528.7 m ini dimulai pada Tahun 1882 dan memakan waktu sekitar 8 tahun sampai pada akhirnya selesai. Jembatan ini juga sering disebut “ Jembatan merah” karena warna jembatannya yang merah. Aih, jadi ingat lagu jembatan merah-nya tanah air. Iseng saya menemukan dua foto saya dengan latar belakang jembatan ini. Foto saya tahun 2013 dan 2014. Dan tadaaaa..mirip, kecuali pipi saya yang bertambah kembang.


Silahkan cari perbedaaanya ahah
Setelah dari Forth Bridge, kami menuju ke Stirling. Kami sangat bersyukur cuaca hari itu cerah. Soalnya memasuki musim dingin begini cuacanya cenderung gloomy, mendung ataupun hujan. Tapi memang Scotland bisa dibilang bisa mengalami empat musim dalam sehari jadi selalu unpredictable. Mini bus yang kami tumpangi menyusuri jalanan menuju Stirling, dan untunglah si bapak itu sudah mengurangi frekuensinya bercerita, diselingi dengan memutar musik ataupun membiarkan kami menikmati perjalanan. Ah legaaa….
Di Stirling, lokasi yang pertama kali kami kunjungi yakni National Wallace Monument. Untuk mencapai tempat tersebut harus mendaki sekitar 15 menit. Saya pun sebenarnya sudah pernah ke tempat ini Tahun 2012 lalu. Dan ingat waktu itu cukup melelahkan juga untuk mencapai tempat itu dari bus stop terdekat di sekitar University of Stirling. Jadi enak juga kalau pakai kendaraan sendiri seperti tour ini, bisa menjangkau sampai tempat terdekat dengan Wallace Monument ini tanpa berjalan terlalu jauh. 



Kamipun mendaki dan mencapai Wallace Monument, sebuah monument yang didedikasikan kepada Sir William Wallace, pahlawan Skotlandia abad ke 13-an. Bagi penggemar film Brave Heart pastilah nama William Wallace ini sudah akrab di telinga. Untuk masuk di dalam monument-nya, tiket masuknya lumayan juga yakni 9.5 (untuk dewasa) dan 7.60 (untuk student), dan sayangnya kartu historic Scotland yang kami punya-pun tidak berlaku di monument ini. Biasanya saat St Andrews day ada tiket gratis yang memberikan kesempatan untuk pengunjung bisa masuk ke dalam museumnya. Adakalanya juga, kalau jadwalnya pas ada semacam pertunjukkan yang menceritakan sejarah William Wallace. Dulu saat saya mengujungi tempat ini pertama kali pas dengan jadwal pertunjukkan tersebut. Info lebih lanjut bisa dilihat di : http://www.nationalwallacemonument.com/index.php
Bagi kami, cukuplah berfoto-foto di sekitar monument dan menikmati pemandangan Stirling dari ketinggian. Kastil Stirling terlihat di kejauhan, sementara kabut tipis turun perlahan. Udara dingin menyelusup membuat kami kembali merapatkan coat agar badan tetap hangat. 

Dengan latar belakang The Wallace Monument

Dari Wallace Monument, tour guide kami mengantarkan ke depan Stirling Castle. Namun sayangnya karena waktu, dan juga tiketnya yang mahal (padahal kami bisa masuk dengan gratis dengan kartu Historic Scotland), kami hanya diberikan waktu untuk berfoto-foto dengan latar belakang Stirling Castle. Iyah, tentu saja ikut tour ada keterbatasan-keterbatasannya, termasuk nggak bisa seenak hati menentukan apa yang kita mau selama jalan-jalan. Tapi karena saya sudah pernah masuk ke dalam kastilnya, ya sudahlah...ehehe.
 Kemudian bus oranye yang unyu ala Hairy Coo membawa kami menuju Highland. Jalanan yang sempit dengan pemandangan yang indah di luar jendela. Musim dingin memang meranggaskan pohon-pohon, namun setiap musim menghadirkan keindahannya tersendiri. Pemberhentian kami selanjutnya adalah Lake of Mentieth. Saya excited karena belum pernah ke tempat ini, dan tadaaaa..ternyata si tour ini mengetahui spot yang cantik untuk foto-foto, dan saya jatuh cinta dengan pemandangan yang ada di depan mata saya. Beningnya Lake of Menteith, bayangan awan-awan di permukaan danau dan kabut tipis yang turun. Lokasi yang memikat untuk pemburu pemandangan keren seperti saya hehe. Ini dia foto dengan latar belakang danau tersebut, dan saya sukaaaaaaa..
Lake of Menteith ini cantikkkkkk...must to see banget!

Setelah dari Lake of Menteith, kami berhenti di Aberfoyle untuk makan siang. Kami diberi waktu sekitar 1 jam untuk makan siang dan jalan-jalan di sekitar pemberhentian kami. Dan seperti biasa, untuk menghemat budjet, kami membawa bekal makan siang sendiri. Sementara peserta tour yang lain mencari tempat makan, kami mencari lokasi yang pas untuk menikmati santap siang kami. Usai makan siang, kami sekedarnya berkeliling jalan-jalan, mengunjungi Wool Centre, lihat-lihat kartu pos dan souvenir *liat doang :D (pelancong pelit ahah).

Kabut turun di Aberfoyle, menemani makan siang kami
Selepas makan siang, kami melanjutkan perjalanan. Pemandangan kembali berhutan-hutan, kalau tidak salah kami memasuki kawasan Queen Elizabeth  forest. Dan si tour guide kembali menghentikan mobilnya dan mempersilahkan kami menikmati pemandangan yang katanya banyak dikunjungi fotografer-fotografer untuk mengambil foto. Yeaah, saya suka yang begini ini. Tour yang tahu tempat-tempat rahasia yang non mainstream tapi sangat keren untuk dikunjungi. Dan memang yang dikatakan si tour guide kami itu benar adanya. Pemandangan yang kami jumpai memang sungguh memanjakan mata. Dan you know what? Si tour guide tiba-tiba memainkan Bagpipe-nya, dududu memandangi lanskap dan mendengarkan alunan bagpipe, how can I not love you? *pada Scotland maksudnya ;p
Pemandangannya di lokasi ini bikin jatuh cinta banget

Kemudian setelah sekitar 20 menit perjalanan, tour guide kami berhenti untuk melihat hairy-coo, si sapi berambut khas Skotlandia itu. Tour guide kami menyediakan roti tawar dan memberikan kami semua kesempatan untuk memberikan makan pada si hairy coo yang lucu-lucu itu. Begitu mobil kami datang, si hairy-hairy coo itu sudah berlarian mendekat. Sepertinya mereka semua sudah hapal tanda pembawa makanan datang eheh.

Haloow ganteng, lapar ya?
Nah, banyak banget kan lokasi jalan-jalannya. Ini memang salah satu keuntungan kalau ikut tour, bisa menjangkau banyak tempat dari transportasinya yang mudah. Kalau menggunakan transportasi umum, kita terbatas mobilitasnya. Paling enak sih sewa mobil trus jalan-jalan sesuai dengan itinerary kita sih. Tapi kadang repot juga urusan sewa mobilnya, apalagi kalau ada kejadian yang pernah kami alami dulu (ditabrak dari belakang) trus harus urusan klaim-klaim asuransi. Kalau mau jalan-jalan super santai, ikut tour memang menjadi salah satu pilihan. 
Ternyata, tour gratisan inipun memberikan kejutan. Mereka membawa kami mampir di Loch Katrine yang tidak ada dalam list lokasi yang akan kami datangi. Yeaay, bener-bener lumayan banget ini tour. Dan so far, nggak disuruh-suruh cepet-cepet kayak tour yang pernah saya cobai. Berasanya lebih santai dan rileks. Dan kamipun diberikan kesempatan untuk jalan-jalan sejenak di Loch Katrine. Heu ini lokasi romantis banget. 
Loch Katrine yang romantis #halaah

Saat sudah menjelang senja, pemberhatian kami terakhir yakni di Duone Castle. Memang kastil ini tidak begitu terkenal, tidak seterkenal Kastil Edinburgh atau Stirling tentu saja. Tapi tetap saja lumayanlah untuk disinggahi sejenak. Dan karena kami punya kartu Historic Scotland, kami bisa masuk dan melihat lihat isi kastil. Kastil tua yang sederhana, dan memang tak banyak yang bisa dilihat-lihat di dalamnya. Kami malah lebih banyak menghabiskan waktu di belakang kastil, dimana ada sungai dan pemandangan yang cantik hehe.

Duone Castle

Itulah lokasi pemberhentian kami yang terakhir, kemudian tour guide membawa kami kembali ke Edinburgh. Humm tour yang menyenangkan. Kami diminta mengisi semacam kuisioner tentang tour tersebut, dan sesampainya di Edinburgh, si tour guide bilang silahkan memberikan donasi seikhlasnya. Tadinya saya pikir bakal ada semacam “bahasa intimidasi” apa gituu..eh tenyata tidak. Bahkan si tour guide itu cuma dengan santai memegang kantong tempat para penumpang untuk memasukkan uang tipsnya. Dia bilang “terimakasih” dengan ramah tanpa melihat berapa uang yang dimasukkan para penumpang. Saya yang awalnya “kikir” banget niat awalnya untuk cuma bayar 10 pounds, di akhir tour memasukkan 20 pounds dan berasa rela banget dengan tour yang stop lokasinya banyak banget dan menyenangkan.  Bagi yang ingin ke Scotland, tidak banyak waktu dan ingin semacam "wisata sapu jagat", tour ini layak untuk dicoba!



Disclaimer : tulisan ini dibuat secara sukarela, tidak menerima kompensasi apapun dari penyedia tour. 
Penulis  hanya ingin berbagi pengalaman pribadi selama menikmati tour tersebut.


 


 

Jumat, 28 November 2014

Angel of The North, Si Malaikat Utara Britania Raya




Menghabiskan hari kedua di Newcastle, kami hendak menuju Durham, sebuah kota kecil yang katanya cantik. Itinerary kami di Newcastle sudah rapi disiapkan Mbak Yayuk  yang sayangnya tidak bisa menemani kami jalan-jalan di Newcastle karena saat itu tengah liburan juga di Highland, Scotland (lah tukar tempat banget). Tapi alhamdulillahnya, Mba Yayuk sudah mententor Dek Yunita untuk menemani kami jalan-jalan. Jadi ngak repot tanya-tanya rute dan lainnya, jadi tinggal menikmati perjalanan dan objek wisata yang kami singgahi.

Kami naik bus menuju Durham, namun mampir dulu di salah satu tempat yang namanya Angel of The North. Katanya sih salah satu landmarknya daerah North East England, dan lumayan oke untuk foto-foto. Ya gitu deh, publikasi wisata di UK ini memang yahud. Para wisatawan banyak yang tertarik untuk mengunjungi karena sering ada cerita-cerita atau latar belakang yang membuat suatu tempat menarik untuk dikunjungi. Contohnya saja Alnwick Castle yang terkenal karena jadi tempat syuting Harry Potter, Glenco di Highland juga karena menjadi salah satu spot syuting film-nya James Bond dan masih banyak lagi lainnya. Setiap objek wisata mendandani dirinya dan mempromosikan agar menjadi istimewa. Mungkin hal ini patut dicontoh pula oleh industri pariwisata Indonesia.
Lihat saja, bahkan bus yang akan kami tumpangi menuju lokasi Angel of The North pun special bertuliskan The Angel. Ini dia pose mas basid sebelum naik bus. Dia yang bus lover tentu saja gembira ria kalau di foto bersama bus.

Mas Basid dan The Angel
 Dan serunya kalau jalan bareng-bareng berbanyak (asal jangan terlalu banyak si) itu ramaaaii dan seru,  bisa narsis-narsis nggak jelas seperti ini sampai si supirnya senyum-senyum. Urat malunya udah ilang semua kayaknya.

Liat si penumpang bis yang di belakang itu, kira-kira apa yang dia pikirkan liat kelakuan kami? 

Kami menikmati perjalanan dari Stasiun Newcastle ke bus stop terdekat dengan lokasi Angel of The North sekitar 45 menit. Terasa sekali perbedaan daerah perkotaan dan daerah pinggiran yang nampak lebih tenang, damai, segar dan menghijau. Akhirnya kami turun di bus stop terdekat dan si Malaikat Utara itu sudah nampak gigantis dari kejauhan. Patung yang berciri kontemporer hasil desain dari Antony Gormley ini tepatnya terletak di Gatehead, Tyne and Wear, England. Patung ini bertinggi 20 meter dengan ukuran sayap-sayapnya mencapai 54 meter. Sayap-sayapnya ini posisinya tidak lurus ke samping, namun miring 3.5 derajat ke depan. Kata pembuat desainnya sih biar terlihat seperti posisi memeluk “ a sense of embrace”. Walaupun nggak keliatan banget sih posisi memeluknya pas saya memandanginya.
Kami berjalan mendekati patung itu, sambil pastinya foto-fotonya dengan latar belakang si Malaikat Utara tersebut. 

Tentu saja Thanks untuk si self timer heheh
Begitu mendekat di arah patung, seperti biasa ada papan-papan informasi objek wisata yang kita datangi. Salah satu ciri objek wisata di UK yakni mereka menyediakan papan-papan informasi yang memberikan kesempatan kita untuk lebih banyak tahu informasi seperti sejarah dll dari objek wisata tersebut. Nah ternyata si Malaikat Utara ini dibangun untuk menandai bahwa di tempat ini merupakan lokasi konstruksi dimana para penambang batubara bekerja selama dua abad lamanya. Kemudian juga untuk menunjukkan adanya transisi dari era industri ke era informasi. Patung ini dibangun pada tahun 1994 dan selesai pada 16 Februari 1998 dengan biaya sekitar 1 juta poundsterling.

Papan informasi di objek wisata yang hampir selalu ada

Tak banyak memang aktivitas yang dilakukan di tempat ini, cocok untuk tempat pemberhentian untuk sekedar foto-foto saja. Jadi yang kami lakukan pastilah foto-foto dengan berbagai pose dengan latar belakang si malaikat Utara ini. Kemudian di area sekitarnya ada peternakan dan juga disediakan tempat untuk duduk-duduk. Cukup recommended untuk mampir sebentar ketika mungkin perjalanan kalian melewati area ini. Dan itulah yang kami lakukan, setelah puas berfoto-foto kami melanjutkan perjalanan kami menuju Durham. Dan masih sempat narsis di bus stop ahah 



Catatan Perjalanan UK Trip Desember 2013. Merapikan Kenangan. 

Rabu, 26 November 2014

Maukah Menua Bersamaku?



“Lalu kapan ada waktu untuk periksain kakinya?” tanya pasangan saya ketika saya bercerita tentang kaki kiri saya yang akhir-akhir ini terasa sakit bila berjalan jauh.
Sejak kecelakaan yang saya alami tahun 2012 lalu, saya agak melupakan untuk periksa lagi. Padahal waktu itu, perawatan yang saya terima hanya menyembuhkan luka-luka, sampai luka jahitan saya dilepas. Setelah sekitar 3 minggu, saat siangnya jahitan di kaki saya dilepas, sore harinya saya sudah naik motor lagi lalu agenda menyelesaikan penelitian lapangan sudah menunggu. Kemudian setelah kembali ke Glasgow, sibuk dengan kegiatan studi dan jalan-jalan #tetep. Jadi sampai saat ini, kaki saya belum sempat discan secara  menyeluruh.
Baru-baru ini saya mendengar obrolan rekan satu lab, Joy yang cerita baru saja periksa lengannya yang sakit. Issabele yang ada di ruangan juga menceritakan pengalamannya saat kakinya keseleo sampai harus pakai kruk dan menjalani perawatan terapi beberapa kali. Lalu dari mereka, saya baru tahu kalau semua perawatannya gratis, tercover oleh NHS (National Health Service). Akhirnya saya jadi kepikiran untuk cek kondisi kaki kiri saya. Akhir-akhir ini kaki kiri saya kadang terasa sakit bila berjalan jauh, apalagi semenjak lab saya pindah ke daerah Garscube yang mengharuskan saya jalan kaki 20 menit (2x 20 menit pulang pergi) setelah turun dari bus untuk menuju ke lab. Kaki kiri saya ini merupakan bagian yang paling parah saat kecelakaan, karena kaki kiri saya membentur bagian depan mobil saat kecelakaan dulu.
Wah, lumayan juga kalau bisa periksa atau perawatan gratis selagi di sini. Saya sebagai student di University of Glasgow tentu saja tercover layanan NHS ini. Beberapa kali juga saya memanfaatkan layanannya namun terbatas saat periksa flu/demam/radang tenggorokan biasa.
Beberapa saat lalu saya juga mendengarkan pengalaman Sani yang dirawat karena kanker stadium awal. Mulai dari periksa, operasi, sampai kemoterapi semuanya gratis dengan pelayanan yang sangat bagus. Pelayanan kesehatan di Inggris Raya ini memang patut dicontoh. 
Nah, mungkin karena informasi-informasi itu pulalah saya kepikiran untuk memeriksakan kaki kiri saya ini,
“Lalu kapan jadwal labnya longgar untuk sempetin periksa? “ tanyanya lagi, ketika mendapati saya hanya terdiam.
Pernah nggak sih merasa agak cemas kalau-kalau ada terjadi apa-apa sama tubuh kita? Hihih, gimana kalau..kalau…banyak kalau-kalau yang melintas. Saya jadi paham perasaan sahabat saya yang dulu saya suruh-suruh periksa terus. Di rahimnya ada kistanya, sampai perutnya kelihatan menggembung, dia menunda-nunda terus untuk periksa. Walaupun akhirnya dia periksa juga lalu menjalani operasi pengangkatan kistanya. Kayaknya memang normal ya ada perasaan cemas seperti itu.
“Ayo segera periksa. Kan biar nanti pas udah nenek-nenek masih bisa jalan-jalan, foto-foto narsis, nulis” ujarnya.
Tiba-tiba yang terlintas di pikiran saya bukan kapan jadwal lab saya agak longgar agar saya bisa ke NHS university untuk periksa ke GP (general practitioner), bukan kecemasan saya kalau-kalau ada yang aneh terjadi pada kaki saya. Bukan, bukan itu.  Ada selintasan pikir yang urung terlontarkan saat itu,
“Maukah menua bersamaku?”

Jumat, 14 November 2014

We have Our Own Option, Wanita Karir atau Ibu Rumah Tangga?



Salah satu postingan yang selalu bikin saya “males baca”—tapi akhirnya dibaca, bikin geregetan tapi akhirnya membuat saya enggan berkomentar adalah postingan soal dualisme perempuan, menjadi wanita karier atau ibu rumah tangga. Ini topik yang banyak banget dishare teman-teman perempuan, di status BBM, FB, twitter ataupun tulisan blog. Jujur  seringkali bikin saya “eneg”, please kenapa sih masih saja saling ngotot kalau salah satu dari pilihan itu yang terbaik? dengan menyalahkan atau merendahkan pilihan yang lainnya.
Kalau kamu sudah memilih sesuatu, kamu nggak harus mempublikasikannya pada seluruh dunia agar pilihan kamu didukung orang lain kan?. Nggak perlu juga nyari pendukung untuk meyakinkan dirimu sendiri kalau pilihan itulah yang terbaik yang kamu ambil. Atau jangan-jangan kamu nggak yakin dengan pilihanmu sendiri?
Iyah, begitu rasanya kala saya membaca postingan dengan tema-tema itu. Kenapa sih maksa semua orang harus setuju dengan pilihanmu? Keberagaman itu keniscayaan. Bukankah yang terpenting adalah hatimu seiya sekata dengan pilihan yang kamu ambil? We have our option to choose whatever in our life, entah  kamu mau milih jadi wanita karier (bekerja di luar rumah), ataupun jadi wanita yang stay at home. Bayangkan kalau semua wanita memilih berhenti bekerja, siapa yang akan jadi dokter, dosen, perawat, guru, menteri? Kalau semua wanita memilih bekerja, dari siapa kita bisa melihat ibu yang yang merawat anak-anaknya penuh waktu? Semuanya istimewa dengan peran dan pilihannya masing-masing.
Trus kenapa sih masih ribut saling mengaku pilihannya paling oke? Coba kalau energi itu bisa dialihkan untuk to do something great?
Wanita yang stay di rumah kadang merasa diri mereka direndahkan karena nggak punya penghasilan tetap, nggak dihargai kerja kerasnya mengurus suami dan anak-anak, merasa kurang aktulisasi dirinya. Ada pula yang sensi karena merasa ijazahnya nggak berguna.
Sedangkan wanita karir seringkali merasa disalahkan karena meninggalkan anak-anak di rumah, kurang waktu untuk mengurus keluarga dan lain-lainnya.
Yang merasa begitu siapa? Mereka sendiri. Dan yang sering “sadis” dengan tuduhan-tuduhan itu sayangnya adalah antar perempuan itu sendiri. Rasanya jarang laki-laki yang saya dengar terlibat dalam diskusi wanita karir-wanita rumahan. Iyah, kayaknya perempuan mempunyai gen berlebihan dalam mengurusi dan mengomentari urusan perempuan lainnya.
Bagi saya, semua orang punya pilihan masing-masing untuk memutuskan untuk menjadi wanita karir (bekerja di luar rumah) atau menjadi ibu rumah tangga (atau stay at home). We have a right to choose, and should ready for its consequence. Cukup itu. Kita bisa menjadi wanita karir yang sekaligus menjadi ibu rumah tangga yang tetap jago mengurus suami dan anak-anak. Kita bisa juga menjadi ibu rumah tangga yang produktif. Saya kenal banyak perempuan yang memutuskan stay at home tapi tetap berkarya dari rumah, bisa menjalankan bisnis online, nulis, punya kerjaan sampingan ataupun berkarya untuk mengaktualisasikan diri. Dan saya juga banyak mengagumi rekan perempuan yang memilih tetap bekerja namun tetap pintar membagi waktu dan energinya untuk suami dan anak-anak. So, sebenarnya damai-damai saja kan kalau bisa menghargai pilihan masing-masing?
Kita punya hak untuk memilih apapun yang kita putuskan dalam hidup, kemudian kalau sudah berpasangan tentu saja komunikasi dengan pasangan pastilah utama untuk memutuskan menjadi wanita karir atau wanita yang stay at home. Dan setelah memilih, jalanilah dengan memainkan peranmu dengan cara terbaik yang kamu bisa. Bukankah tugas kita hanya itu? Bukan untuk memuaskan pendapat orang lain tentang bagaimana wanita ideal seharusnya ataupun bla bla bla pendapat lainnya. Kenapa menjadi lelah dengan pendapat orang lain?
Asal seiya sekata dengan diri sendiri. Apalagi yang kau khawatirkan? Apalagi yang kau resahkan?

Salam,
Glasgow 14 November 2014