Mentari Pertama di Hari Pertama Tahun ini |
Kota itu selalu kusebut, bila ditanya, “ingin melanjutkan kuliah dimana?” atau dulu pas pelatihan PDEC di Malang, bila disuruh writing tentang rencana studi lanjut, Edinburgh-pun kutulis dengan mantap, lalu saat koreksian writing dikembalikan, ada note kecil dari Ibu dosen-ku itu, tertulis : It’s so beautifull!! Ehehe aku tersenyum saat membacainya. Yuhuu I know that, that’s why I choose that place, Mam..
Lalu segala upaya selanjutnya adalah cerita tentang menuju ke titik itu, Edinburgh-ku. Sebenarnya alasanku memilihnya simpel saja,. Satu, walau cinta dengan Italia tapi rasanya ingin memperluas wilayah “jajahan” dan sepertinya di Itali tidak ada universitas yang masuk ke Top 100 Universitas di dunia, rasanya kok pengen merasakan studi di tempat yang memang bagus secara kualitas sesuai dengan bidang keilmuanku. So, Dua—jadilah menetapkan bahwa UK adalah tujuan utama, lalu Jerman menjadi tujuan kedua. Tiga, pilihan universitasnya setelah melirak lirik, pandang memandang, taksir menaksir, pilihanku cuma dua (saya memang bukan tipe mata keranjang ahaha), London Scholl of Public Health and Tropical Medicine, dan University of Edinburgh. Lalu, booklet yang jauh-jauh dikirim dari Inggris Raya dan diantar oleh Mas Amir Mahmud, staff administrasi kampusku ke meja kantorku seingatku cuma dua kali, yap, dari dua universitas itu, tak lain lagi. Lalu kujatuhkan hatiku pada Edinburgh, karena indahnya tempat itu seperti negeri dongeng, dibandingkan dengan London yang metropolis dan aku sadar diri cah ndeso sepertiku auranya tidak cocok dengan London. Dan pada akhirnya, setelah jatuh bangun, sampai mewek segala, Edinburgh-pun di depan mata, tapi lihat..peta berbelok arah tak terduga, ada hal yang tak bisa kau ubah, dan Tuhan menjatuhkan takdir, bahwa Glasgow ternyata adalah persinggahan hidup selanjutnya untukku.
Bedol Desa-Glasgow- |
Memang, mungkin seperti ada tempat-tempat yang memang ideal untuk dirindukan, seperti halnya jogya. Haiisssh jogya lagi (pada saat tulisan ini ditulis sedang ada pelangi yang melengkung di dekat Merapi—update status FB Jogyaku)—ahaha *kata yang baca : apa peduliku ;p. Maka, menjelang tahun baru, hatiku meloncat-loncat ingin terbang saat mendengar kalau anak-anak Glasgow akan bedol desa (Glasgow=desa??) ke Edinburgh, kota sebelah. Tiket bus-pun sudah kupesan, murah saja untuk tiket return sebesar 5.43 pounds (sekitar 70rebuan bolak balik), menggunakan jasa Citylink setelah mendaftar dengan account student, karena ada diskon 20% bila menggunakan student account. Mahasiswa Indonesia yang tinggal di luar negeri, rata-rata penyuka kata diskon, dan akupun salah satunya, jadi tentu saja menggunakan strategi itu hihi. Jadilah sabtu tanggal 31 Desember jam 3 sore kami berkumpul di Buchanan Station untuk berangkat ke Edinburgh. Rombongan kami sejumlah 11 orang, termasuk 2 teman dari London, dan seorang lagi teman sekelasnya Nares. Dan setelah sekitar 1,5 jam perjalanan, yeiiii akhirnya kaki menjejak di Edinburgh yipieeee....Kota tua itu sudah menggelap saat kami sampai, maka maka beriringan berjalan kaki menuju flat Detia (mahasiswa undergraduate yang kuliah di University of Edinburgh), dan numpang anget di dapur flatnya (ehehe daripada nunggu di luar dengan suhu yang mendingin). Maka dapur flat akomodasi kampus itu diserbu oleh kami-kami. Nares, puput, dkk langsung menggelar permainan kartunya, sementara yang lain beraneka rupa polahnya, ada yang mengunyah pizza buatan Detia, ada yang duduk, ada yang numpang skype-an, shalat isya, dan berbagai macam polah lainnya. Sekitar jam 8 kami berangkat, yang sejujurnya nggak tau berangkat kemana...ahaha. Kami semua nggak ada yang beli tiket acara tahun baruan, alasannya cuma satu, mahaaaaal. Untuk masuk satu spot acara kudu bayar 15 pounds, glek. Makanya kami berniat bersenang-senang ala kami saja di Edinburgh. Akhirnya kami berjalan menuju JK Rowling Cafe (The Elephant House), dimana dulu ceritanya JK Rowling sering nulis kisah Harry Potter di cafe ini. Begitulah unsur publisitas dan promosi yang yahud, dengan cerita seperti itu dipastikan caffe ini selalu rame. Di depan cafe itu ada tulisan “The Birthplace of Harry Potter”.
Di depan JK Rowling Cafe |
Suasana caffe yang dibangun tahun 1995 ini begitu nyaman dan menyenangkan untuk nongkrong, duduk-duduk sambil ngobrol. Dekorasi caffe ini didominasi dengan gambar, miniatur dan pernak pernik gajah. Selain itu, pastilah foto-foto JK Rowling dan berbagai artikel koran yang memuat tentang The Elephant House. Ternyata saat sampai di sana, beberapa mahasiswa Indonesia dari Newcastle sudah sampai, jadilah 3 meja di caffe tersebut diserbu mahasiswa Indonesia. Di jalan, kami juga bertemu dengan rombongan dari Leeds, dan salah satunya teman yang kukenal dari FB, salah satu diktiers (Diktiers = sebutan penerima beasiswa Dikti), Pak Irfan Rifai. Dunia memang sempit, ehehe lalu kutitip salam Buat Mba Dini (rekan dosen Unsoed) dan Mba Issa (Uni.Trunojoyo) yang studi di Leeds. Trus juga pas jalan tadi tiba-tiba namaku disebut, kutengok, ealaah ternyata Mas Irsyad dari Dundee yang ketemu pas di Dubai bersama istrinya. Entah dunia yang makin menyempit atau aku memang terkenal...ahaha..lupakan komentar barusan.
Aku, Dini, Dias. Lili dan Koko duduk dalam meja yang sama, sedangkan 2 meja lain ditongkrongin rekan lainnya. Kami hanya memesan minum (kan selalu pake jurus irit). Kupesan caffelatte large (ssst diem-diem..bakal ada yang rewel kalo aku minum kopi banyak-banyak)—ehehe no worries, akan kubilang, kan pake susu juga, jadinya sehat hihi. Sambil menikmati pesanan, kami ngobrol nggak jelas dari gudeg deket keraton jogya, pecak lele deket tamansari (dan dirikupun rindu jogya seketika) sampai soal resolusi.
“ Ayoh bergiliran sebutin resolusi tahun ini, kita-kita jadi saksi” kata Dini. Hiyaa perayaan tahun baru memang identik dengan resolusi. Maka bergiliran masing-masing menyebutkan resolusi, diamini dan disaksikan masing-masing kami. Dan anehnya, saat kusebutkan resolusi pertama, si koko kaget,
“ Apa?” ahahaha...fiuuuh apa anehnya???
Resolusi berikutnya, dengan mantap kuucapkan di tempat JK Rowling membuat buku legendaries Harry Potter, jadi semoga ketularan ehehe.
Bersama mereka di The Elephant House |