Kupandangi dia dari jauh, mengenakan rok motif bunga-bunga warna merah marun, dipadu padan dengan atasan casual namun tak menghilangkan kesan femininnya. Raut mukanya nampak serius membacai buku yang dipegangnya, seperti takut ada yang terlewatkan barang sebarispun. Angin senja menerbangkan pelan ujung-ujung jilbab meran marunnya. Rasanya mataku ingin merekam semuanya pelan-pelan, agar tak satupun adegan yang terlewatkan. Walau bila tengah begitu, aku, lelakinya, seperti tak pernah ada dalam dunianya. Asing.
Dia, perempuanku dan
buku di tangannya. Dia sudah terbang kemana-mana, bersama kata-kata, spasi,
deksripsi, prosa atau puisi. Sementara aku memandanginya, tak paham dengan itu
semua. Dan entah kenapa aku selalu ingin mengusili untuk menyelip memasuki
dunia abstraknya. Menjadi pengacau paling mempesona dalam hidupya. Lalu benar
saja, raut muka seriusnya itupun akan bersungut-sungut, marahnya padaku yang selalu
pura-pura. Aku tergelak, dan dia tersenyum merona, campuran pura-pura marahnya
dan bahagia hatinya.
Maybe
I annoy you with my choices
Well,
you annoy me sometimes too with your voice
But
that ain't enough for me
To
move out and move on
I'm
just gonna love you like the woman I love
Dia, yang
berlari-lari dalam dunianya. Aku kadang tersuruk-suruk mendampinginya.
Spontanitasnya yang meledak-ledak seperti bunga api. Nekad dan tidak rapinya
membuatku sering menggelengkan kepala. Hidupnya seperti merambah hutan
belantara, entah perampok, entah mahaguru yang ditemuinya, tak pernah terduga.
Tapi apapun, hanya padaku ia selalu mempercayakan keluh kesahnya. Sedangkan
aku, pun berlarian, sering hilang ditelan ritme lariku yang membuat hidupku seperti
tanpa jeda. Dan dia lah yang menjadi jedaku, spasiku. Perempuanku.
We
don't have to hurry
You
can take as long as you want
I'm
holdin' steady, My heart's at home
With
my hand behind you
I
will catch you if you fall
Yeah
I'm gonna love you like the woman I love
Dari jauhpun aku bisa
mengenalinya. Aromanya vanilla. Sepertinya aroma memang lebih digdaya
dibandingkan mata. Kadang angin membawanya serta, memberi sedikit kemurahan
pada keangkuhan jarak. Aroma vanillanya kadang tiba-tiba menyeruak seperti
hadirnya yang tiba-tiba.
Aku tak perlu
menghapal, namun selalu tahu ia selalu meletakkan ikat rambutnya di bawah
bantal, lalu dia uring-uringan mencarinya kemana-mana. Dia, yang masih
mencuri-curi minum kopi walau aku pernah bilang untuk menguranginya. Dia, yang
mengaku-ngaku memakai mantel hujan, namun nyatanya membiarkan hujan
kecintaannya itu menciumi tubuhnya. Aku cemburu setengah gila. Dia,
perempuanku, dengan segala tingkah menyebalkannya. Tapi hidupku berwarna
karenanya.
Sometimes
the world can make you feel
You're
not welcome anymore
And
you beat yourself up
You
let yourself get mad, And in those times when you stop lovin'
That
woman I adore
You
can relax, Because, babe, I got your back
Uh,
I got you, Uh, Yeah
Lalu
apa yang membuatmu tak nyaman? Yang menyebalkan?
Tanyanya suatu kala. I don’t wish to
change you, kataku. Cinta mungkin juga tentang hal-hal menyebalkan yang
entah mengapa terasa menyenangkan. Tentang kesalahan-kesalahan yang entah
mengapa terasa termaafkan. Tentang kesalahpahaman yang selalu bisa diluruskan.
Tentang kemarahan yang bisa diredakan.
Genduuuuuut,
maafin adek ya, rajuknya suatu ketika. Dan semua
baik-baik, saja.
I
don't wish to change you, You've got it under control
You
wake up each day different
Another
reason for me to keep holdin' on
I'm
not attached to any way you're showing up
I'm
just gonna love you like the woman I love
Oh,
Yeah I'm gonna love you
'Cause
you're the woman I love
Lalu kupandangi dia
kini, dengan bilah-bilah uban yang semakin banyak menghiasi rambut panjang
hitam legamnya. Dulu, dia selalu memintaku mencabuti ubannya saat muda. Tapi
bersama kami belajar sedikit-sedikit mengenai aturanNya.
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تنتفوا الشيب فإنه نور يوم القيامة ومن شاب شيبة في الإسلام كتب له بها حسنة وحط عنه بها خطيئة ورفع له بها درجة
“Janganlah mencabut uban karena uban
adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Siapa saja yang beruban dalam Islam
walaupun sehelai, maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu kebaikan,
dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan, juga dengannya akan ditinggikan
satu derajat.”
Perempuanku, engkau
tetap mempesona dengan uban-ubanmu, dengan pipimu yang kini tak sebakpia dulu.
Dia, masih tekun
membacai buku-buku di rak buku rumah kami yang hampir kekurangan tempat. Dia,
yang masih saja tenggelam dalam dunianya, di antara kata-kata, prosa, dan puisi yang
ditulisnya. Tapi dia masih saja duniaku. Perempuanku.
Inspired by “The Woman I Love” Jason Mraz. *kapan saya dinyanyiin lagu ini? #eh